Sabtu, 27 September 2008

Pengantar Filsafat Islam

Pengantar Filsafat Islam
Pertemuan I Pengertian filsafat Islam

- Filsafat secara Bahasa : Yunani, Philosophia, philein (mencintai) dan sophia (kebijaksanaan). Philosophia berarti cinta kebijaksanaan.
- Istilah : Hasil kerja bepikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan universal. Atau juga, usaha akal untuk mengetahui yang sebenarnya tentang realistas
Cara berpikir : Spekulatif, Sistematis, Radikal, Universal
- Pengertian Islam : ajaran yang disampaikan oleh Allah melalui Nabi Muhammad sebagai Rasulnya dengan wahyu untuk disampaikan kepada umat manusia.
- Filsafat Islam adalah hasil pemikiran filsuf tentang ke-Tuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu pemikiran yang logis dan sistematis.
- Menurut Ahmad Fu'ad al-Ahwani, filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam

Ruang Lingkup Pembahasan :
Asal-usul dan hakekat realitas, Tuhan, alam, dan manusia, Penafsiran agama dan filsafat, Wahyu dan kenabian, Kehidupan setelah mati.

Sejarah Singkat Timbulnya

Pada masa permulaan jayanya dinasti Abbasiyah : periode dan titik yang tepat dalam suatu ekspansi pertukaran budaya seiring dengan peristiwa-peristiwa politik. Dibawah pemerintahan Harun al-Rasyid, dimulailah penterjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Yunani kedalam bahasa Arab, termasuk buku filsafat yang diterjemahkan. Barulah setelah itu banyak filsuf-filsuf Islam dan ahli keilmuan ternama.
- Pada masa Umayyah, kerajaan muslim meliputi seluruh wilayah dimana pemikiran Yunani tersebar.
- Sebab-sebab timbulnya : Terjadinya perluasan wilayah Islam, Terjadinya akulturasi kebudayaan, Pengaruh filsafat Yunani, Ada dalam Al-Qur'an perintah untuk berfilsafat (berpikir)
- Pertumbuhan dan perkembangannya sebagai upaya membela aqidah
- Filsafat Islam tumbuh dan berkembang setelah didirikan lembaga pengajaran, penterjemahan, dan perpustakaan.

Pengaruh Filsafat Islam terhadap berbagai bidang studi ke-Islaman

Perbedaan antara filsafat Yunani dengan Filsafat Islam terletak pada cara berpikirnya, yakni filsafat Yunani benar-benar murni berdasarkan rasio, sedangkan filsafat Islam berpikir sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Qur'an. Filsafat umum itu adalah akal, sedangkan filsafat Islam itu adalah wahyu.

a. Pengaruhnya terhadap Tasawuf
- Tasawuf adalah suatu ilmu yang mempelajari cara dan bagaimana seorang muslim berada sedekat mungkin dengan Allah.
- Objek tasawuf ialah bagaimana mengenal Allah, baik dengan jalan ibadah maupun melalui ilham dan intuisi.
- Objek filsafat adalah membahas segala sesuatu yang ada, baik fisika maupun metafisika yang dikaji dengan mempergunakan argumentasi akal dan logika.

b. Pengaruhnya terhadap Ilmu Kalam (teologi)
- Timbulnya ilmu tauhid, yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunaan semantic (logika) Aristoteles sebagai metode.
- Filsafat Islam mengandalkan akal sehat dalam mengkaji objeknya (Allah), alam, dan manusia tanpa terikat dengan pendapat yang ada (pemikiran-pemikiran yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relatif).
- Nash – nash agama hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil temuan akal,
- Ilmu kalam mengambil dalih akidah sebagai tertera dalam wahyu yang mutlak kebenarannya, untuk mengkaji objeknya (Allah) dan sifat-sifatnya. Serta hubungan Allah dengan alam dan manusia sebagai tertuang dalam kitab suci menjadikan filsafat sebagai alat untuk membenarkan nash agama.
- Filsafat Islam mengawali pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah pembenarannya diberikan wahyu.
- Sementara ilmu kalam mencari wahyu, barulah kemudian didukung oleh argumentasi akal.
- Filsafat dan Kalam mempunyai objek dan metode ilmu yang berbeda, tapi saling melengkapi dalam memahami Islam dan pembentukan akidah muslim.

c. Pengaruhnya terhadap Ilmu Fiqh
- Penggunaan ijtihad untuk memberikan hokum tertentu yang tidak ada nashnya. Yakni mempersamakan pemikiran dan memeprtimbangkan akal yang dinilai baik bagi kehidupan masyarakat.
- Pentingnya bentuk pemikiran filsafat mengenai Islam, yang dipandang perlu untuk menetapkan cabang-cabang dan bagian-bagian hokum berdasarkan kaidah umum tanpa melupakan segi fiqh.

A. Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani
Pemikiran Yunani dapat dibagi kepada dua zaman :
1. Zaman Yunani atau Helenis, zaman ini ditandai dengan munculnya pemikir-pemikira Yunani dari abad VI SM sampai akhir abad IV SM.
2. Zaman Helenists-Romawi, yakni zaman setelah Aristoteles (w. 322 SM)

AL-KINDI
Al-Kindi lahir di Kufah sekitar 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Ia dikenal sebagai filsuf muslim keturunan Arab yang pertama. Al-kindi hidup semasa pemerintahan Daulah Abbasiyah, Ia di percaya mengajar di lembaga bait al-Hikmah. Ia dikenal berjasa dalam gerakan penterjemahan dan seorang pelopor yang memperkenalkan tulisan-tulisan Yunani, Suriah, dan India.

Beliau tidak hanya dikenal sebagi seorang filsuf, tetapi juga ilmuan yang menguasai berbagai cabang pengetahuan, seperti matematika, geometri, astronomi, ilmu hitung, farmakologi, ilmu jiwa, optika, politik, musik dan sebagainya.

Karya-karyanya tidak hanya dalam bidang filsuf, tetapi dalam berbagai bidang tidak kurang dari 270 buah.

Filsafatnya

a. Talfiq
Al-Kindi berusaha mentalfiq (memadukan) antara agama dan filsafat. Menurutnya, filsafat adlah pengetahuan yang benar. Dan Al-qur'an membawa argument yang meyakinkan dan tidak bertentangan dengan filsafat. Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya karena keduanya sama-sama menggunakan akal sebagai alat.

Al-Kindi termasuk pengikut rasionalisme dalam arti umum, tetapi ia tidak mendewa-dewakan akal. Baginya, tanggapan pemikiran belum dapat menjamin kebenaran sesuatu, karena itu dibutuhkan alat yang menjamin untuk kebenaran sesuatu, yaitu mura'ah al-zihni'ah anil khatha'i.

b. Metafisika
Menurutnya, Tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului wujud lain. Wujud- Nya tidak berakhir, sedangkan wujud lain disebabkan wujud-Nya. Tuhan adalah mahaesa yang tidak dapat dibagi-bagi dan tidak ada zat lain yang menyamai-Nya dalam segala aspek. Ia tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan.

Tuhan adalah pencipta, Tuhan menciptakan dari tidak ada (creation ex nihilio) yang menjadikan alam dan juga mengendaikan dan mengaturya, serta menjadikan sebagiannya menjadi sebab bagi yang lain.

c. Jiwa
Jiwa adalah substansi yang tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi roh berasal dari Tuhan. Jiwa juga bersifat spiritual, ilahiah, terpisah dan berbeda dari tubuh.

Aruh yang berasal dari Tuhan bisa mengetahui Tuhan, Ruh yang berasal dari Tuhan akan kembali kepada Tuhan. Jiwa terbagi 3, nafsu, amarah, dan akal.

Jiwa mempunyai 3 daya, yakni daya bernafsu, daya pemarah, dan daya berpikir. Daya berpikir ini disebut akal, ada 3 macam akal, akal potensial, akal yang telah keluar dari potensial dan menjadi akal actual, akal aktualitas.

AL-FARABI
Dikalangan orang-orang Latin abad tengah, Al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr (Abunaser). Ia lahir di Wasij, Distrik Farab, Turkistan 257 H (870 M). ia pernah belajar bahasa dan sastra, logika serta filsafat. Ia pernah diangkat menjadi seorang ulama istana dengan tunjangan hidup yang besar, tetapi ia lebih memilih zuhud. A meninggal pad bulan desember 950 M pada usia 80 tahun di Damaskus. Ia dikenal sebagai filsuf terbesar Islam. Salah satu karya yaitu Tahqiq Ghardh Aristhu fi Kitab dan masih banyak lagi.

Filsafatnya
Pemaduan Filsafat
Al-Farabi berusaha memadukan beberapa aliran filsafat yang berkembang sebelumnya, terutama pemikiran Plato, Aristoteles, dan plotinus, juga antara agama dan filsafat. Karena itu, ia dikenal dengan filsuf sinkretisme yang mempercayai kesatuan filsafat. Bahwa sebenarnya aliran filsafat itu pada hakikatnya satu, meskipun berbeda corak dan ragamnya.

Metafisika
Mengenai masalah ketuhanan, Al-Farabi menggunakan pemikiran Aristoteles dan Neo-Platonisme, yakni al-Maujud al-Awwal sebagai sebab pertama bagi segala yang ada. Menurutnya, segala yang ada ini hanya dua kemungkinan dan tidak ada alternative yang ketiga.

Wajib wujud (Tuhan), tempat bergantung, berpikir wujud (Alam), tergantung. Tuhan adalah akal murni. Ia esa, dan yang menjadi obyek pemikirannya adalah sunstansinya saja. Jadi Tuhan adalah 'Aql, 'Aqil, dan Ma'qul (Akal, Substansi yang berpikir, dan substansi yang dipikirkan). Tuhan itu Maha Tahu.

Jiwa
Jiwa bersifat rohani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan jiwa tidak berpindah-pindah dari suatu badan ke badan yang lain. Jiwa manusia mempunyai daya-daya sebagai berikut :
1. Daya gerak (makan, memelihara, berkembang)
2. Daya mengetahui ( merasa, imaginasi)
3. Daya berpikir (Akal praktis, akal teoritis : akal potensial, akal actual, akal mustafad )

Moral
Al-Farabi menekankan empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi bangsa-bangsa dan setiap warga Negara, yakni keutamaan teoritis, keutamaan pemikiran, keutamaan akhlak, dan keutamaan amaliah.

Teori Kenabian
Menurut Al-Farabi, manusia dapat berhubungan dengan 'Aql Fa'al melalui dua cara, yakni penalaran atau renungan pemikiran dan imaginasi atau intuisi (ilham). Cirri khas seorang Nabi adalah mempunyai daya imaginasi yang kuat di mana obyek inderawi dari luar tidak dapat mempengaruhinya. Filsuf tidak sejajar tingkatannya dengan Nabi, karena setiap Nabi adalah filsuf, tetapi tidak semua filsuf itu Nabi karena adanya unsure pilihan Tuhan.

IBN SINA
Dilahirkan di desa Afsyanah, dekat Bukhara, Transoxiana (Persia Utara) 370 H (980 M). Ia mempunyai ingatan dan kecerdasan yang luar biasa, banyak menguasai ilmu pengetahuan. Hadiyah al-Ra'is ila al-Amir salah satu buku karangannya yang dipersembahkan kepada Sultan Nuh Ibn Manshur.

Ibnu Sina lebih dikenal dengan Aviccena di Barat atau biasa disebut Aristoteles baru. Karyanya sudah terdapat 267 karangan.

Filsafatnya
Metafisika
Ibnu Sina juga membicarakan sifat wujudiah sebagai yang terpenting dan mempunyai kedudukan di atas segala sifat lain walaupun esensi sendiri. Esensi terdapat dalam akal, sedangkan wujud terdapat di luar akal. Oleh sebab itu wujud lebih penting dari esensi. Kombinasi esensi dan wujud; esensi yang dapat mempunyai wujud (mustahil berwujud), esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud, esensi yang tak boleh tidak mesti mempunyai wujud.

Tuhan adalah unik, kemaujudan yang mesti, segala sesuatu selain Dia bergantung kepada diri dan keberadaan Tuhan. Kemaujudan yang satu itu hanyalah satu. Ia menganut paham emanasi

Jiwa
Beberapa argument untuk membuktikan adanya jiwa, yakni 1. Argumen psikofisif 2. argument "Aku" dan kesatuan fenomena 3. argument kontinuitas dan 4. argument manusia terbang di udara. Gerak dapat dibedakan kelpada gerak terpaksa, yaitu gerak yang didorong oleh unsure luar, dan gerak tidak terpaksa.

Ibnu Sina membagi jiw adalam 3 bagian : Jiwa tumbuh-tumbuhan (daya makan, tumbuh, dan berkembang biak), Jiwa binatang (daya gerak, menangkap (indera bersama, representasi, imajinasi, estimasi, rekoleksi), Jiwa manusia (daya praktis, dan teoritis (akal materil, intellectus in habitu, akal aktuil, akal mustafad).

Jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan.

Kenabian
Pendapatnya tentang Nabi, bertitik tolak dari tingkatan akal. Akal materil sebagai yang terendah adakalanya dianugerahkan Tuhan kepada manusia akal materil yang besar lagi kuat yang dinamakan akal intuisi yang didapat tanpa melalui latihan, dan dengan mudah berhubungan dengan akal aktif. Inilah bentuk akal tertinggi yang diperoleh manusia, yaitu bentuk akal yang ada pada Nabi-nabi.

Tasawuf
Ibnu Sina tidak memulainya dengan zuhud, beribadah dan meninggalkan keduniaan. Ia memulainya dengan akalyang dibantu oleh hati. Mengenai bersatunya manusia dengan Tuhan tidak diterima oleh Ibnu Sina, karena manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya, tetapi melalui perantara untuk menjaga kesucian Tuhan tapi melalui akal fa'al.

AL-GHAZALI
Al-Gazali mendapat gelar Hujjah al-Islam. Ia dilahirkan di Thus, bagian dari kota Khuraan, Iran 450 H (1056 M). Karyanya diperkirakan mencapai 300 buah.

Filsafatnya
Epistimologi
Mencari kebenaran sejati, yaitu kebenaran yang diyakininya betul-betul merupakan kebenaran seperti kebenaran sepuluh lebih banyak dari tiga. Pada mulanya, Al-Ghazali beranggapan bahwa pengetahuan itu adalah hal-hal yang ditangkap oleh panca indera. Tetapi kemudian, meletakan kepercayaan kepada akal. Tetapi tidak dapat dipercaya sebagaimana panca indera. Tetapi kemudian, adanya sumber pengetahuan yang lebih tinggi daripada akal, ia hanya dapat menggunakan kesimpulan hipotesis (fardhi). Al-Ghazali menganggap bahwa al-dzawq (intuisi) lebih tinggi dan lebih dipercaya daripada akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini kebenarannya.

Menurutnya, lapangan filsafat ada 6 (matematika, logika, filsafat, politik, etika, dan metafisika). Semuanya tidak ada yang bertentangan dengan agama. Logika berisi penyelidikan tentang dalil-dalil pembuktian, sylogisme, syarat-syarat pembuktian, definisi-definisi, dsb. Ilmu fisika membicarakan tentang planet-planet, unsure-unsur tunggal.

Al-Ghazali membagi filsuf kedalam 3 golongan, yaitu : materialis (filsuf-filsuf awal spt Empedokles dan Demokritus), naturalis (kaum zindiq), dan theis (filsuf modern spt Socrates, Plato, dan Aristoteles)

Metafisika
Al-Ghazali menyatakan kekeliruan filsuf sebanyak 20 persoalan, yakni :
4. Keabadian (abadiah) alam, masa, dan gerak
5. Konsep Tuhan sebagai pencipta alam dan bahwa alam adalah produk ciptaan-Nya (metaforis)
6. Demonstrasi/pembuktian eksistensi Penciptaan alam
7. Argumen rasional bahwa Tuhan itu satu dan tidak mungkin pengandaian dua wajib al-wujud
8. Penolakan akan sifat-sifat Tuhan
9. Kemustahilan konsep genus (jins) kepada Tuhan
10. Wujud Tuhan adalah wujud yang sederhana, wujud murni, tanpa kuiditas atau esensi
11. Argumen rasional bahwa Tuhan bukan Tubuh (jism)
12. Argumen rasional tentang Sebab dan Pencipta alam
13. Pengetahuan Tuhan tentang selain diri-Nya, dan Tuhan mengetahui species dan secara universal
14. Pembuktian bahwa Tuhan mengetahui dirinya sendiri
15. Langit adalah mahluk hidup da mematuhi Tuhan dengan gera perantaranya
16. Tujuan yang menggerakkan langit
17. Jiwa-jiwa langit mengetahui particular-partikular yang bermula
18. Kemustahilan perpisahan dari sebab alami peristiwa-peristiwa
19. Jiwa manusia adalah substansi spiritual yang ada dengan sendirinya, tidak menempati ruang, tidak terpateri pada tubuh, dan bukan tubuh.
20. Jiwa manusia setelah terwujud tidak dapat hancur, dan watak keabadiaannya membuat mustahil bagi kita membayangkan kehancurannya
Dan tiga persoalan yang dipandang dapat menyebabkan kafur :
1. Alam kekal (qadim) atau abadi dalam arti tidak berawal
2. Tuhan tidak mengetahui perincian atau hal-hal yang partilkular
3. Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani

Tuhan adalah pencipta, yakni menciptakan sesuatu dari tiada (creation ex nihilio). Inti jawabannya didasarkan atas sifat kemahakuasaan Tuhan, bahwa Tuhan mampu menciptakan segala sesuatu dari tiada. Karena itu, Ia pun membangkitkan kembali tubuh dan tulang belulang manusia yang telah hancur menjadi tanah ke dalam bentuk semula

Moral
Ada tiga teori penting mengenai tujuan mempelajari akhlak, yaitu; a. mempelajari akhlak sekedar sebagi studi murni teoritis yang berusaha memahami cirri kesusilaan (moralitas), tanpa mempengaruhi perilaku orang yang mempelajarinya, b. mempelajari akhlak sehingga akan meningkatkan sikap dan perilaku sehari-hari, c. Karena akhlak terutama merupakan subyek teoritis yang berkenaan dengan usaha menemukan kebenran tentang hal-hal moral, maka dalam penyelidikan akhlak harus terdapat kritik yang terus-menerus.

Corak etika mengajarkan manusia mempunyai tujuan yang agung, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat, dan bahwa amal itu baik kalau ia menghasilkan pengaruh pada jiwa yang membuatnya menjurus ketujuan tersebut, dan dikatakan buruk kalau menghalangi jiwa mncapai tujuan itu.
Jiwa

Manusia diciptakan Allah sebagai mahluk yang terdiri dari jiwa dan jasad. Jiwa yang menjadi iti hakikat manusia adalah mahluk spiritual rabbani yang halus. Jiwa bagi Al-Ghazali adalah suatu zat (jauhar) dan bukan suatu keadaan atau aksiden ('ardh), sehingga ia ada pada dirinya sendiri. Jasadlah yang adanya tergantung pada jiwa, dan bukan sebaliknya.
IBN THUFAIL
Di Barat lebih dikenal dengan Abubacer, dilahirkan di Guadix 506 H (1110 M), dan meninggal di Marokko 581 H (115 M). Ia adalah seorang ilmuan di berbagai bidang seperti kedokteran, kesusastraan, matematika, dan filsafat. Dalam bidang filsafat, ia mencoba menserasikan sanins dengan hikmah Timur, atau antara filsafat dengan agama. Ia merupakan penjelas dan pelanjut Ibn Bajjah dan perambah jalan Ibn Rusyd.

Ibn Thufail lebih menyukai merenung daripada menulis, hal itu membuat karya-karyanya tidak banyak ditemukan. Karya yang terkenal adalah Hayy Ibn yaqzhan. Tetapi banyak buku yang dikarang oleh murid-muridnya yang dipersembahkan untuk Ibn Thufail.

Filsafatnya
Dalam bukunya Hayy Ibn Yaqzhan, disitu tetulis pejelasan untuk menyaksikan kebenaran (al-Haqq). Ibn Thufail menyajikannya untuk membangkitkan minat atau sebagai anjuran agar manusia berseedia menempuh jalan itu. Kandungan filsafat yang dapat diambil dari risalah itu adalah :

a. Filsafat dan agama,
Filsafat dan agama adalah selaras, bahkan merupakan gambaran dari hakikat yang satu. Memaparkan bahwa akal "khusus" setelah melalui tahapan perkembangan akan dapat mengetahui obyek kebenaran tertinggi, Allah, sama dengan yang digamarkan wahyu.

b. Metafisika,
Ibn Thufail membagi sifat Allah kepada dua macam, yakni :1. Sifat yang menetapkan wujud zat Allah, seperti ilmu, kudrah, dan hikmah. Sifat-sifat ini adlaah zat-Nya sendiri. 2. Sifat-sifat yang menafikan hal kebendaan dari zat Allah, sehingga Allah Maha suci dari kaitan dan kebendaan.

Menurut Ibn Thufail alam dan Tuhan sama-sama kekal. Tetapi kekekalan itu dibedakan tidak dalam esesi tetapi dalam waktu.

c. Epistimologi,
Ibn Thufail menunjukkan dua jala untuk sampai kepada obyek pengetahuan Yang Maha Tinggi atau Tuhan. Jalan pertama ialah melalui wahyu, dan jalan kedua adalah filsafat.

Ma'rifat melalui akal ditempuh dengan jalan keterbukaan, mengamati, meneliti, mencari, mencoba, membandingkan, klasifikasi, generalisai, dan menyimulkan. Ma'rifat melalui agama terjadi lewat pemahaman wahyu dan menghayati segi batinnya dengan dzauq. Hasilnya hanya bisa dirasakan, sulit untuk dikatakan.

d. Jiwa,
konsep tentang jiwa sejalan dengan Al-Farabi, yakni adanya tiga kategori jiwa. Pertama, jiwa fadhilah (yang kekal dalam kebahagiaan karena mengenal Tuhan dan terus mengarahkan perhatian dan renungan kepada-Nya, tempatnya disurga). Kedua, jiwa fasiqah (jiw ayang kekal dalam kesengsaraan dan tempatnya di neraka, karena pada awalnya mengenal Allah kemudian melupakan-Nya dengan melakukan maksiat). Ketiga, jiwa Jahiliyyah (jiwa yang musnah karena tidak pernah mengenal Allah sama sekali, jiwa seperti ini sama dengan hewan melata).

IBN RUSYD
Di Barat dikenal dengan Averroes, dilahirkan di Cordova 520 H (1126 M) dari kelurga yang tekenal alim dalam ilmu fiquh di Spanyol-Islam. Menyelesaikan buku medis dan risalah Islam dalam tahun yang sama. Keberhasilannya menafsirkan karya-karya Aristoteles menjadikan ia terkenal dengan gelar "komentator Aristoteles".

Ibn Rusyd telah banyak menulis dalam berbagai bidang, antaralain fiqh, kedokteran, ilmu falaq, filsafat dll. Buku yang terkena adalah Averroism, yakni komentar-komentarnya terhadap Aristoteles.

Filsafatnya
Filsafatnya banyak dipengaruhi oleh Aristoteles, Aristoteles menurut pendapatnya adalah manusia istimewa dan pemikir terbesar yang telah mencapai kebenaran yang tidak mungkin bercampur kesalahan. Sebagai filsuf besar, juga memikir, membahas, dan memecahkan masalah-masalah yang pernah dipikirkan oleh filsuf-filsuf sebelumnya.

a. Metode Pembuktian Kebenaran
Sejalan denga pengajaran syari'at untuk pembuktian kebenaran konsep (tashdiq), metode yang dapat dipergunakan ada tiga macam, yaitu :
1. Metode Retorika (al-khatabiyyah), diperuntukkan bagi orang awam.
2. metode Dialektika (al-jadaliyah)
3. Metode Demonstratif (al-burhaniyyah), dikonsumsikan bagi kelompok kecil.

b. Metafisika
Dalam masalah Ketuhanan, berpendapat bahwa Allah adaah Penggerak Pertama (muharrik al-awwal). Sifat positif kepada Allah ialah "akal", dan "maqqul". Wujud Allah ialah Esa-Nya. Wujud dan Ke-Esaan-Nya tidak berbeda dari zat-Nya. Mengenai sifat-sifat Allah, lebih dikenal dengan paham Mu'tazilah, yaitu menggunakan prinsip tasybih dan tanzih (penyamaan dan penyucian). Mengenai hubungan zat dengan sifat Allah, memahami sifat-sifat Allah sebagai 'ittibarat dzihniyah (pandangan akal) terhadap zat Allah yang Maha Esa.

c. Tanggapan Terhadap al-Ghazali
Mengenai kritikan Al-Ghazali terhadap para filsuf dalam 20 masalah, dan 3 masalah yang dapat menyebabkan kekafiran. Ibn-Rusyd membela para filsuf dari serangan dan pengkafiran itu dalam buku Tahafut al-Tahafut (Kekacauan dalam kekacauan)

d. Moral
Membenarkan teori Plato, bahwa manusia adalah mahluk social yang membutuhkan kerjasama untuk memenuhi keperluan hidup dan mencapai kebahagiaann. Dalam merealisasikan kebahagiaan yang merupakan tujuan akhir bagi manusia, diperlukan bantuan agama yang akan meletakkan dasar-dasar keutamaan akhlak secara praktis, juga bantuan filsafat yang mengajarkan keutamaan teoritis, untuk itu diperlukan kemampuan berhubungan dengan akal aktif.

e. Averroisme
Penerimaan pemikiran Ibn Rusy di Eropa terbagi kepada dua kelompok, yaitu kelompok yang enentang pemikiran-pemikiran Ibn Rusyd, dalam hal ini golongan gereja, dan kelompok yang mendukung pemikiran Ibn Rusyd, dalam hal ini dipelopori oleh para ilmuwan. Pertentangan kedua kelompok ini begitu tajam, hal itu tampak dari tuduhan kelompok pertama terhadap kelompok kedua sebagai kelompok atheis.

SUHRAWARDI AL-MAQTUL
1. Biografi
Nama lengkapnya, Syaikh Syhibab al-Din Abu al-Futuh Yahya ibn Habasy ibn Amirak al-Suhrawardi, dilahirkan di Suhaward, Iran barat Laut, dekat Zanjan pada tahun 548 H/ 1153 M. ia dikenal dengan Syaikh al-Isyraq atau Master of Illuminasionist (Bapak Pencerahan), Al-Hakim (Sang Bijak), Al-Syahid (Sang Martir), dan Al-Maqtul (yang terbunuh).

Karya yang telah dihasilkan biasanya merupakan
1. Berisi pengajaran dan kaedah teosofi yang merupakan penafsiran dan modifikasi terhadap filsafat peripatetic.
2. Karangan pendek tentang filsafat, ditulis dalam bahasa Arab dan Persia dengan gaya bahasa yang disederhanakan.
3. Karangan pendek yang bermuatan dan berlambang mistis, pada umunya ditulis dalam bahasa Persia.
4. Komentar dan terjemahan dari filsafat terdahulu dan ajaran-ajaran keagamaan.
5. Doa-doa, yang lebih dikenal dengan al-Waridat wa al-Taqdisat (doa dan penyucian).

2. Filsafatnya
Suhrawardi menggunakan istilah atau lambing-lambang yang berbeda dari biasanya dipahami orang banyak, seperti Barzah, tidak berkaitan dengan persoalan kematian. Istilah ini adalah ungkapan pemisah antara dunia cahaya dengan dunia kegelapan.

a. Metafisika dan Cahaya
Cahaya dimaksudkan oleh Suhrawardi bersifat immaterial dan tidak bisa didefinisikan, karena sesuatu yang “terang” tidak memerlukan definisi, dan cahaya ialah entitas yang paling terang di dunia. Bahkan cahaya menembus semua susunan entitas, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik, sebagai suatu komponen yang esensial daripadanya. Penerangan cahaya orisinil dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Cahaya Abstrak (misalnya intelek, universal maupun individual).
2. Cahay Aksiden (Atribut), yaitu cahaya yang mempunyai suatu bentuk, dan mampu menjadi atribut dari sesuatu selain dirinya sendiri.

b. Epistemologi
Suhrawardi mengritik logika Aristoteles. Menurut Aristoteles, definisi adalah genus plus diferensia. Tetapi Suhrawardi berpendapat bahwa atribut khusus hal yang terdefinisikan, yang tidak dapat dipredikatkan kepada hala lain, mengakibatkan kita tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu.

c. Kosmologi
Semua yang “bukan cahaya” disebut sebagai “kualitas mutlak” atau “materi mutlak”.landasan mutlak semua benda dpat dibagi menjadi dua jenis:
1. yang diluar ruang – atom-atom atau substansi tidak terang(esensi-esensi menurut kaum Asy’ari).
2. yang mesti didalam Ruang – bentuk-bentuk kegelapan, misalnya: berat, bau, rasa dan sebagainya.

d. Psikologi
Ubahlah sikapmu terhadap alam semesta, dan gunakan garis perilaku yang diniscayakan oleh perubahan itu, secara singkat sarana-sarana pewujud ini adalah pengetahuan dan tindakan.
MULLA SHADRA
Nama lengkapnya Muhammad ibn Ibrahim Yahya QawamiSyirazi, sering disebut Shadr al-Din al-Syirazi atau Akhund Mulla Shadra. Ia dilahirkan Syiraz pada tahun 979/980 H atau 1571/1572 M.

Dengan ringkas, perjalanan hidup Mulla Shadra dapat dikelompokkan kepada tiga, yaitu:
1. Masa pendidikan dan latihan formal di Syiraz dan Isfahan;
2. Masa kezuhudan dan pembersihan jiwa di Kahak;
3. Masa sebagai pengajar dan penulis di Syiraz.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah Al-Hikmah al-Muta’aliyah fi Asfar al-‘Aqliyyah al-Arba’ah (Kebijaksanaan Transendental tentang Empat Perjalanan Akal pada Jiwa). Dan masih banyak lagi karya-karya yang telah dihasilkannya.

Latar belakang intelektual
Pada masa dinasti Saljuk posisi filsafat digantikan oleh ilmu kalam, terutama setelah Al-Ghazali menyerang filsafat lewat bukunya Tahafut al-Falasifah. Sejak itu tradisi filsafat di dunia Islam timur, yang berada di bawah pengaruh Sunni, mengalami kelesuan, kalau tidak dikatakan hampir mati.

Untuk memahami pemikiran Mulla Shadra, terutama karya monumentalnya tersebut, terlebih dahulu harus dipahami beberapa sumber pemikiran yang mengitarinya sebagai diutarakan di atas, meliputi:

a. Filsafat Peripatetis-Neo-Platonisme yang dikembangkan oleh Ibn Sina dan para pendukungnya;
b. Teosofi Isyraqi (Iluminasi) Suhrawardi dan para pengikutnya, seperti Qutb al-Din Syirazi dan Jalal al-Din Dawani;
c. Doktrin gnostis (Irfan) Ibn Arabi dan mereka yang bertanggungjawab dalam penyebaran doktrin Ibn Arabi, seperti Sadr al-Din Qunyawi serta karya-karya tokoh sufi terkemuka, antara lain Ayn Qudat Hamadani dan Mahmud Syabistari;
d. Ilmu kalam Syi’ah Imamiyah;
e. Wahyu, termasuk di dalamnya sabda Nabi SAW, dan para Imam Syi’ah.

Filsafatnya
a. Epistemologi
Sebagaimana para filsuf-filsuf sebelumnya, Mulla Shadra juga meyakini adanya titik temu antara filsafat dan agama sebagai kesatuan kebenaran yang dapat dibuktikan melalui mata rantai histories yang berkesinambungan dari Adam dan Ibrahim, orang-orang Yunani, para sufi Islam (mengalami puncaknya pada Ibn ‘Arabi), dan para filsuf.

Bangunan epistemology Mulla Shadra berkaitan erat dengan idenya tentang Wahdah (unity), ashalah (principality), tasykik (gradation), dan ide perubahan substansi (harka/istihala jauhariyah).

b. Metafisika

1. Wujud
Pada awalnya, Mulla Shadra adalah penganut pemikiran metafisika esensialis Suhrawardi, tetapi dengan pengalaman spiritual yang dikombinasikan dengan visi intelektualnya, ia menciptakan apa yang disebut Corbin sebagai “Revolusi besar di bidang metafisika”, dengan memformulasikan metafisika eksistensialis, menggantikan metafisika esensialis yang dianut sebelumnya.

Metafisika eksistensialis Mulla Shadra dibangun di atas tiga pilar utama, yaitu wahdah (unity) wujud, asalah (principiality) wujud, dan tasykik (gradation) wujud; dan tidak dapat dipahami tanpa mendalami ontology Ibn Sina serta kosmologi dan poetika Suhrawardi.

2. Jiwa
Mulla Shadra sebagaiman Aristoteles, mendefinisikan jiwa sebagai entelechy badan. Oleh sebab itu, manakal jiwa itu tidak bersifat abadi, dalam arti bermula, maka jiwa itu tidak dapat dipisahkan dan bebas dari materi.

c. Moral
Adapun pengaruh Mulla Shadra dapat dilihat dengan banyaknya murid dan penerus pemikirannya yang tampak pada kesinambungan gerakan Isyraqi Syi’ah di Persia.

MUHAMMAD IQBAL
1. Biografi
Muhammad Iqbal penyiar (filsuf, ahli hukum, pemikir politik, dan reformasis Islam adalah seorang tokoh dominan umat Islam abad kedua puluh) lahir pada bulan Djulhijah 1289 H, atau 22 Pebruari 1873 M di Sialkot. Ia memulai pendidikannya pada masa kanak-kanak pada Ayahnya, Nur Muhammad yang dikenal seorang ulama. Dia telah banyak menghasilkan karya

2. Filsafatnya
a. Ego atau Khudi
Konsep tentang hakikat ego atau individualitas merupakan konsep dasar dari filsafat Iqbal, dan menjadi alas penopang keseluruhan struktur pemikirannya. Iqbal membandingkan watak ego dengan watak alam. Menurutnya alam bukanlah seongok kematerialan murni yang megisi sebuah rongga, akan tetapi ia merupakan suatu struktur peristiwa-peristiwa, suatu cara tata laku yang sistematis, sama organisnya dengan ego yang hakiki.
b. Ketuhanan
Pemahaman Iqbal tentang ketuhanan mengalami tiga tahap perkembangan, sesuai dengan pengalaman yang dilaluinya dari tahap pencarian sampai ke tahap kematangan. Ketiga tahap itu adalah:
Tahap Pertama: dari tahun 1901 sampai tahun 1908. pada tahap ini Iqbal cenderung sebagai mistikus-panteistik. Tahap Kedua: dari tahun 1908 sampai 1920. pada tahap ini, Iqbal mulai menyangsikan tentang sifat kekal dari keindahan dan efisiensinya, serta kausalitas-akhirnya. Tahap Ketiga: berlangsung dari tahun 1920 sampai 1938. jika pada tahap kedua merupakan pertumbuhan, maka pada tahapan ketiga merupakan pengembangan menuju kematangan konsepsi Iqbal tentang ketuhanan.
c. Materi dan Kausalitas
Menurut Iqbal, kodrat relitas yang sesungguhnya adalah rohaniah dan semua yang sekuler sebenarnya adalah suci dalam akar-akar prwujudannya. Adapun materi adalah suatu kelompok ego-ego berderajat rendah, dan dari sana muncul ego yang berderajat lebih tinggi, apabila penggabungan dan interaksi mereka mencapai suatu derajat koordinasi tertentu.
d. Moral
Ego-insani, menurut Iqbal, menyatakan dirinya sendiri sebagai sesuatu kesatuan diri yang kita namakan keadaan-keadaan mental. Keadaan-keadaan mental ini tidak berdiri sendiri-sendiri sebagai suatu isolasi satu sama lain, tetapi jalin berjalin-jalin dan memberi arti satu sama lain.
Ada dua cara untuk memahami manusia, menurut Iqbal. Pertama, cara intelektual, dan kedua, cara vital. Cara intelektual memahami dunia sebagai suatu system tegar tentang sebab akibat. Cara vital, menerima mutlak adanya keharusan yang tidak dapat dihindarkan dari kehidupan, yakni kehidupan dipandang sebagai suatu keseluruhan; cara vital ini dinamakan ‘Iman’.
e. Insan al-Kamil
Iqbal menafsirkan Insan al-Kamil, atau ‘manusia utama’, setiap manusia potensial adalah suatu mikrokosmos, dan bahwa insan yang telah sempurna kerohaniannya menjadi cermin dari sifat-sifat Tuhan, sehingga sebagai orang suci dia menjadi khalifah atau wakil Tuhan di muka bumi.

Hal-hal yang dapat memperkuat pribadi menurut Iqbal, ialah:
a. ‘Isyq-o-muhabbat, yakni cinta kasih.
b. Semangat atau keberanian, termasuk bekerja kreatif dan orisinil, artinya asli dari hasil kreasinya sendiri dan mandiri.
c. Toleransi, rasa tenggang-menenggang.
Faqr, yang artinya sikap tidak mengharapkan imbalan dan ganjaran-ganjaran yang akan diberikan dunia, sebab bercita-citakan yang lebih agung.



-----------------------

Pengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat Islam
Pengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat IslamPengantar Filsafat Islam
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEMUKAN MAKALAH/ARTIKEL YANG ANDA CARI DI SINI:
Custom Search

Posting Terkini