Tampilkan postingan dengan label Tafsir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tafsir. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Oktober 2008

Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)

Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)
A. Pendahuluan

Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia) >> Tentunya kita semua akan bertanya-tanya apa yang mendorong Jalaluddin Rahmat menulis tafsir bil Ma’tsur ini. Menurut penjelasan beliau adalah bahwa sebuah gambar Kartopus, yang sangat mengesankan. Seorang gadis belia, berusia sekitar sepuluh tahun, berjilbab dan tersenyum manis. Ia memeluk al-Quran berukuran besar. Inilah generasi al-Quran bersamaan dangan kebangkitan islam, kita lihat minat generasi abad ini untuk mempelajari al-Quran. Tentunya banyak hal-hal yang menarik dari tafsir ini, konon Gladstone adalah seorang arsitek imprealism Inggris, pernah membawa al-Quran ke gedung parlemen. Sambil mengacung kan kitab suci itu, ia berkata : “selama orang-orang Mesir itu memegang buku ini detangan mereka, kita tidak akan menikmati kedamaian di negeri itu”. Hari ini yang memegang al-Quran bukan hanya orang-orang islam di Mesir, di Iran, presiden Rafsanjani mencium Endang, anak Indonesia, karena ia menegakkan rakyat Iran dengan qira’atnya yang indah.

Generasi abad ini adalah generasi al-Quran, tingakat kecintaan kepada al-Quran sudah sangat ekstrim, sehingga sebagian orang menganggap al-Quran saja sudah cukup, karena itu mereka menolak adanya sunnah yang dipandangnya selain tidak otentik juga membingungkan, sebagian lagi menafsirkan al-Quran tanpa bantuan ilmu-ilmu al-Quran. Tak jarang mereka manghasilakan penafisran yang aneh-aneh, dan akhirnya menafikan tafsir-tafsir yang lain. Sebagian lagi mngusulkan penafsiran kontekstual. Kita harus memahami ayat denga latar belakang historisnya. Kita harus melihat bahwa bagaimana Rasulullah dan para sahabatnya memahami ayat-ayat itu. Hampir semua orang setuju dengan cara ini, tetapi mereka kekurangan sumber rujukan. Tatkala umat islam sedang bersemangat kembali kepada al-Quran, Tafsir bil Ma’tsur merupakan penafsiran al-Quran dengan al-Quran lagi, atau dengan mengutip sabda Rasulullah, ucapan Sahabat dan Tabi’in (al-Dzahabi, al-Tafsir wal Mufasirun: 1 : 152).

Tulisan tafsir bil ma’tsur ini terdiri dari pendahuluan, daftar isi, kemudian penutup. Penulis tafsir ini dilakukan dalam beberapa cara yang nantinya akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya kemudian di sisni akan dijalaskan sistematika tafsir panafsiran dari bil Ma’tsur tersebut.


B. Biografi

Jalaluddin Rahmat adalah nama yang tak asing disebut dalam dunia ilmu pengetahuan di Indonesia. Pria kelahiran 29 Agustus 1949 ini lebih dikenal sebagai pakar komunikasi. Meski demikian, berbagai karya yang berkaitan dengan dunia keislaman, termasuk karya dengan tafsir al-Quran. Ayahnya dalah seorang aktifis islam di desanya. Ayahnya adalah seorang kiyai yang juga lurah desa. Akibat kemelut politik islam pada saat itu, ayahnya meninggalkannya dalam usia dua tahun.

Ia meninggalkan desanya sejak masuk SMP di kota Bandung. Karena merasa rendah diri, kang Jalal menghabiskan masa remajanya di perpustakaan negeri peninggalan Belanda. Disinilah ia berkenalan dengan gagasan-gagasan besar para filosof, terutama Spinoza dan Nietzche. Sejumlah buku berbahasa arab ditinggalkan ayahnya dan kemudian di baca oleh kang Jalal. Dari sini ia berkenalan dengan Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghozali.

Gelar kesarjanaannya di raih di jurusan penerangan Fakultas Publistik Universitas Padjajaran Bandung (1976). Dalam posisinya sebagai dosen, ia memperoleh beasiswa Fulbright dan masuk Lowa State University. Ia mengambil kuliyah komunikasi dan psikologi. Ia lulus dengan predikat magna cum laude. Karena mendapat perfact 4.0 grade point average. Sepulangnya dari Amerika, ia aktif mambina mahasiswa dan banyak memberikan kuliyah etika dan agama islam di ITB dan IAIN, serta berobsesi untuk mengkaji hubungan sains dan agama.

Sejumlah karya telah di torehkan, beberapa diantaranya : Khutbah-khutbah di Amerika, Catatan Kang Jalal, Visi Media, Politik dan Pendidikan, Islam Aktual, Rafleksi Sosial seorang Cendekiawan Muslim, Islam Alternatif, Reformsi Sufistik, Psikologi Komunikasi, sampai pada tahun 1999 buku ini telah di cetak ulang sebanyak 14 kali, Tafsir bil Ma’tsur; Pesan Moral al-Quran, Meraih Cinta Ilahi;Pencerahan Sufistik, Rekayasa Sosial; Reformsi atau Revolusi?, Psikologi Agama; Sebuah Pengantar, dan masih banyak karya-karya yang lain.

Sebagai seorang aktifis, ia menjadi ketua Dewan Syura IJABI (Ikatan Jamaa Ahli Bait Indonesia). Sosok yang sangat komunikatif dalam bertutur ini dikaruniai lima orang anak dan dua orang cucu.


C. Sistematika Tafsir

Tafsir bil Ma’tsur karangan Jalaluddin Rahnmat ini dala susunanhya pertama-tama dimulai dengan pendahuluan. Secara garis besasr dijelaskan tentang latar belakang tafsir tersebut ditulis, sehingga pada akhir kata mengajak kita semua untuk menetahui latar belakang dinalik ayat-ayat al-Quran, kemudian daftar isi yang tediri dari tema-tema tersebut tidak saling berkaitan antara satu sama yang lain, jadi tiap tema memliki pembahasan yang berbeda.

Setelah pendahuluan daftar isi kemudian lampiran. Dalam lampiran tersebut terdapat beberapa hadist yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Quran yagn ditafsir oleh Jalaluddin Rahmwat.


D. Sistematika Penafsiran

Sistematika penafsiran Jalaluddin Rahmat ini tediri dari beberapa jilid, sistematikanya tidak berdasarkan urutan ayat al-Quran, tetapi lebih banyak berdasarkan pada pesan moral yang disampaikannya. Penulis berharap agar para pembaca dapat berpindah dari satu jilid ke jilid yang lain dengan mudah karena setip jilid adalah buku tersendiri. Dalam penulisan teks, tafsir ini ditulis dengan awali ayat-ayat al-Quran, terkemah, kemudian teks yang menjelaskan kandungan ayat ersebut. Berdasarkan tafsir yang saya ambil dari karangan Jalaluddin Rahmat ini, tafsir ini bentuknya sperti buku. Sistematika penafsiran dalam penulisan teks tidak berurutan namun dala buku tafsir (pesan moral al-Quran) ini diawali dengan Ta’udz beserta penafsiranya kemudian basmallah juga beserta penafsiran setelah itu ayat-ayat yang secara tidak berurutan. Tafisr bil Ma’tsur ini di tulis dengan menggunakan beberapa cara, diantaranya: menjelaskan ayat-ayat dengan Ababun Nuzul, mengutip peristiwa-peristiwa diluar zaman Nabi, yang digunakan para Mufasir untuk menerangkan kandungan makna al-Quran.

Dalam tafir ini, juga terdapat beberapa hadis. Dalam lampitran-lampiran hadist tersebut ditulis berdasarkan tiga hal : 1. Otentisitas, kesahihan hadist. 2. Relevansi, kaitannya dengaaan pesan moral yang di kandung ayat al-Quran. 3. Aktualitas; kaitan pesan moral itu dengan keadaan umat islam sekarang .

Hadits-hadis tersebut dikutip berdasarkan peristiwa-peristiwa pada zaman rasulullah, tentu saja pemilihan hadis itu dilakukan secara selektif bukan untuk membela mazhab tertentu seperti dituduhkan sebagian orang yang jahil. Tafsir ini lebih banyak mengandung pesan moral yang disampaikan.


E. Keistimewaan Tafsir

Dilihat dari tafsir tersebut ada beberapa keistimewaan yang dapat kita temukan seperti :
a). tafsir bil ma’tsur (pesan moral) ini mudah dipahami,dibaca karena tafsir ini menyerupai buku-buku bacaan.
b). Dalam pemilihan ayat, tidak begitu panjang dan penafsirannyapun mudah untuk dicerna
c). Sistematika penafsiran ini ditulis dengan asbabun-nuzul sehinggga dengan mudah kita akan mengetahui kandungan dari ayat-ayat tersebut.


F. Penutup

Setelah melihat tafsir bil ma’tsur karangan Jalaludin Rahmat ini, bahwa dalam tafsir ini banyak mengandung pesan-pesan moral yang disampaikan. Selain itu jugadalam tafsirnya bisa dilihat bahwa tafsir ini mudah dibaca dan dipahami karena bentuknya seperti buku bacaan biasa.

Dalam tafsirnya yang juga terdapat beberapa hadits dalam lampiran yang tidak dicantumkan dalam alur tulisan agar membacanya secara sinambung.

Dalam tafsir karangan Jalaludin Rahmat ini, kita juga dapat mengetahuio beberapa metode yang ditulis daklam penafsirannya.

Buku tafsir ini ditulis oleh Jalaludin Rahmat untuk mereka yang ingin mengetahui latar belajang dibalik ayat-ayat al-qur’an, kepada mereka yang ingin memahami ayat al-qur’an dalam bingkai kemanusiaan, yang ingin menghakimi dunia dengan pesan moral abadi dari firman Allah swt.



-------------


Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)

Rabu, 22 Oktober 2008

Tafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud Yunus

Tafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud Yunus
A. Pendahuluan
Tafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud Yunus>>> Tafsir al-Quranul karim karangan Mahmud Yunus ini awalnya di terjemahkan pada tahun 1992 kemudian di terbitkan tiga juz dengan huruf arab-malayu. Pada masa itu umumnya Ulama islam mengatakan haram untuk menterjemahkan al-Quran namun, bantahan dari Ulama islam tersebut tidak beliau perdulikan dan beliaupun tetap menterjemahkan al-Quran al-Karim tersebut.

Kemudian beliau berhenti menterjemahkan al-Quran, karena beliau lebih memilih untuk melanjutkan ilmu pengetahuannya di Mesir (Th 1924) di berbgai tempat hingga akhirnya di Darul Ulum. Beliau menerima pelajaran dari Syeokh Darul Ulum, bahwa menterjemahkan al-Quran itu hukumnya mubah, bahkan di anjurkan atau hukumnya fardu kifayah, untuk menyampaikan dakwah islamiyah kepada bangsa asing yagn tidak mengetahui bahasa arab. Bagaimanakah menyampaikan kitabullah kepada mereka, kalau tidak di terjemahkan kedalam bahasanya?

Dengan berbagai ilimu yang telah diserap oleh akal pikirannya, pada bulan Ramadlan tahun 1354 H (Desember 1935) beliau mulai kembali menterjemahkan al-Quran serta tafsir ayat-ayatnya yang penting yang kemudian beliau beri nama : Tafsir al-Quranul Karim. Dengan susah payah di terbitkan tefisr tersebut berjuz 2 tiap 2 bulan. Sedang menterjemahkan juz 7 sampai dengan 18 dibantu oleh almarhum H.M. Bakry. Pada bulan April 1938 tamatlah 30 juz dengan pertolongan Alah awt. dan disiarkan di seluruh Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1950, dengan petunjuk menteri Agama Almarhum Wahid Hasyim, salah seorang penerbit Indonesia Tafsir al-Quranul Karim itu dengan mendapatkan fasilitas kertas dari Menteri Agama dan di cetak sebanyak 200.000 aksemplar. Lalu di tunjuk percetakan bangsa Indonesia untuk mencetaknya.

Kabarnya ada bantuan dari Ulama Yogyakarta, supaya di stop mencetak Tafsir Quran Karim itu. Bantahan itu dikirim nya kepada Maeteri Agama RI tetapi saya tidak menerima bantuan.

Boleh jadi karena bantahan itu karena sebab-sebab yang lain, yang empunya percetakan tidak mau meneruskan mencetak tafsir Quran karim itu, padahal telah dimulainya mencetak beberapa halaman banyaknya.

Akhirnya di ambil alih oleh M. Baharata Direktur percetakan Al-Ma’arif Bandung. Lalu ia dicetak dan di terbitkan sebanyak 200.000 aksemplar dan dijualnya dengan harga Rp. 21 per eksemplar.

Pada tahun 1953 seorang Ulama dari Jatinegara membantah pula, bantahan itu dikirinya kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Salinannya disampaikan kepada Mahmud Yunus oleh Menteri Agama, lalu Mahmud yunus balas suratnyaitu dengan lebar panjang. Tembusannya M. Yunus kirimkan kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Akhirnya beliau tidak berkituk lagi, hanya diam.

Kemudian setelah habis cetakan itu, Mahmud yunus bersama istri Darisah binti Ibrahim meneruskan menerbitkan tafsir Quran Karim itu. Lalu mereka terbitkan beberapa kali tanpa ada perubahan yagn besar. Hanya ada perubahan sedikit demi sedikit.

Ditegaskan bahwa tafsir in serta kesimpulan isi al-Quran, bukanlah tejemahan dari kitab bahasa arab, melainkan hasil penyelidikan pengarang sejak berumur 29 tahu sampai sekarang berumur 73 tahun. Sebab itu tafsir ini berlainan dengan tafsir-tafsir yang lain. Dalam tafisir in yang paling dipentingkan ialah menerangakan dan menjelaskan petunujuk-petunjuk yang termaktub dalam al-Quran untuk diamalkan kaum Muslimin khususnyadan seluruh umat manusia pada umumnya sebgai petunjuk universal. Karena petunujuk itulah tujuan utama kitab suci al-Quran seperti diterangkan Allah dalam firman-Nya pada permulaan surat al-Baqoroh:

Artinya: “ Kitab itu (Al-Quran) tidak ada keraguan didalamnya, jadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”.

Selain itu ditrgaskan pula sebab-sebab majunya satu umat dan sebab-sebab mundurnya, sebab kuat dan lemahnya, sebab tegaknya dan jatuhnya, sebab hidu dan matinya. Demikian itu dengan mengambil ‘brah dan pengajaran dari sejarah umat dahulu kala. Karena sejarah itu tetap mengulang jejaknya.

B. Biografi Mahmud Yunus
Dilahirkan di Sungkayang Batusangkar Sumetera Barat pada hari sabtu 10 Februari 1899 (30 Ramadlan 1361). Ayahnya bernama Yunus bin Incek dan ibunya bernama Hafsoh bini M.Tahir. buyutnya dari pihak ibu adalah seorang ulama besar di Sungkayang Batu sangkar, bernama Muhammad Ali gelar angku kolo.

Pendidikan Mahmud Yunus belajar dari al-Quran dan bahasa Arab yang ia tempuh semenjak berusia tujuh tahun di Surau kakeknya M.Tahir. di samping itu ia juga memasuki sekolah rakyat, tetapi hanya sampai kelas tiga saja.

Dari surau kakeknya ini, Mahmud Yunus pindah ke Madrasah yang diasuh oleh Syeikh H. Muhammad Thaib di Surau Tanjung Pauh. Berkat ketekunannya dalam waktu empat tahun, Mahmud Yunus telah sanggup mengajarkan kitab-kitab Mahalli, al-Fiyah dan Jam’ul Jawami’.

Minatnya terhadap studi al-Quran serta bahsa arab telah menimbulakan hasarta besar dalam diri Mahmud Yunus untuk menulis tafsir al-Quran yang kemudian menjadi karya monumentalnya sendiri yagn tetap populer sampai saat ini. Penulisan tafsir ini dimulai pada November 1922 yang dilakukan secara berangsur-angsur juz demi juz sampai dengan selesai juz ke-tiga puluh. Perlu di garis bawahi disini bahwa upaya penulisan Mahmud Yunus ketika itu, disaat masih suburnya pandangan yang mengatakan bahwa haram menterjemahkan al-Quran, merupakan tindakan yang cukup berani.

Profesi sebagai guru semenjak masih menjadi pelajar di Surau Tanjung Pauh sudah ia geluti. Kemampuan menjadi guru tersebut lebih menonjol manakala ia kembali dari Mesir . secara terus menerus Mahmud Yunus mengajar dan memimpin berbgai sekolah, yakni pada al-Jami’ah al-Islamiyah Batusangkar (1931-1932), Kuliyah Mu’alimin Islamiyah Noramal Islam Padang (1932-1946), Akademi Pramong Praja di Bukit Tinggi (1948-1949), Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) jkarta (1957-1980), menjadi Dekan dan Guru Besar pada fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1960-1963), Rektor IAIN Imam Bonjol Padang (1966-1071). Atas jasa-jasanya dibidang pendidikan ini, pada 15 Oktober 1977, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menganugerahi Mahmud Yunus Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Tarbiyah.

Banyak karya tulis yang telah di hasilkan Mahmud Yunus dalam berbgai bidang Ilmu Agama Islam, terutama pendidikan Islam di samping bidang-bidang lain seperti bahasa, sejarah, tauhid akidah, hokum, dan peribadatan, tafsir, hadist, perbandingan agama, yang ia tulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Pandangan terpenting tentang metode mengajar adalah “Metode itu lebih penting daripada pengajaran”. Akhirnya pada 18 Januari 1983, dalam Usia 83 Mahmud Yunus berpulang ke Rohmatullah di kediamannya, kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran Jakarta Pusat. Sehari kemudian ia dimakamkan di pemakaman IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun karya-karya Mahmud Yunus antara lain:1. Tafsir al-Quran tamat 30 juz, tahun 1938.
2. Terjemahan Tafsir al-Quran tanpa tafsir, untuk memudahkan membaca al-Quran.
3. Marilah sembahyang, Pelajaran Sholat untuk-untuk anak0anak SD, 4 jilid.
4. Puasa dan Zakat untuk anak-anak SD.
5. Haji ke Mekkah, cara mengerjakan haji, untuk anak-anak SD.
6. Keimanan dan Akhlaq, untuk anak-anak SD, 4 jilid.
7. Beberapa kisah pendek, untuk anak-anak SD.
8. Riwayat Rasul dua puluh lima, bersama Rasyidin/Zubir Usman.
9. Lagu-lagu baru/Not angka-angka, bersama Kasim St. M. Syah.
10. Beriman dan Berbudi Perkerti, untuk anak-anak SD.
11. Pemimpin Pelajaran Agama, 3 jilid, untuk murid-murid SMP.
12 Hukum Warisan dalam Islam. untuk tingkat Aliyah.
13. Perbandingan Agama, untuk tingkat Aliyah.
14. Kumpulan Do’a, untuk tingkat Aliyah.
15. Do’a-do’a Rasulullah, untuk tingkat tsanawiyah.
16. Marilah ke Al-Qur’an, untuk tingkat tsanawiyah/PGA bersama H. Ilyas M. Ali.
17. Moral Pembangunan dalam Alam, untuk tingkat Aliyah.
18. Akhlaq (bahasa Indonesia),. untuk tingkat Aliyah
19. Pelajaran Sembahyang, untuk tingkat Aliyah, mahasiswa/umum.
20. Hukum perkawinan dalam Islam, 4 Madzhab.
21. Soal Jawab HUkum Islam, 4 Madzhab.
22. Ilmu Mustalahul Hadist, bersama H. Mahmud Aziz.
23. Sejarah Islam di Minangkabau, dlaam penyelidikan baru.
24. Kesimpulan isi al-Quran, untuk Muballigh-Muballigh / umum.
25. Allah dan Makhluq-Nya, Ilmu Tauhid menurut Al-Quran.
26. Pengetahuan Umum Ilmu Mendidik, bersama St. M. Said.
27. Pkok-pokok Pendidikan/Pengajaran, Fak. Tarbiyah / PGAA.
28. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Fak. Tarbiyah / PGAA
29. Metodik Khusu bahasa Arab, Fak. Tarbiyah / PGAA
30. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.
31. Sejarah PEndidikan Islam (umum).
32. Pendidikan-Pendidikan Umum di Negara-negara Islam/Pendidikan Barat.
33. Ilmu Jiwa kanak-kanak, kuliyah untuk kursus-kursus.
34. Pedoman Dakwah Islamiyah, kuliyah untuk dakwah.
35. Dasar-dasar Negara Islam.
36. Manasik haji, untuk orang dewasa.
37. Juz Amma dan terjemahnya.


C. Sistematika Tafsir

Sistematika Tafsir karangan Mahmud Yunus susunannya diawali dengan pendahuluan yang di dalamnay dijabarkan tentang penulisan dan usaha yang ditempuh oleh Mahmud Yunus ketika beliau menterjemahkan dan menerbitkan al-Quran tersebut. Setelah penaduhulan kemudian langsung kepada ayat al-Quran berupa terjemahan dan dibawahnya langsung dijelaskan tafsirnya yang diawali dengan surawt al-fatihah, al-Baqoroh hingga pada akhir surawt an-Naas (30 Juz)untuk dapat membuka mengetehui isi al-Quran ini dengan mudah, kita dapat membuka dan melihat pada halaman belakang yaitu Daftar Surat dan isi Tafsir al-Quran Karim disini ditulis surat dan beberapa tema yang biasa di kaji beserta nomor urut halaman, sebelum mengerjakan pekerjaan yang beik diucapkan Bismillah….….I, apabila mendapatkan nikmat diucapkan Alhamdulillah………I, orang-orang yang dimurkai dan orang – orang yang sesat………2, kemudian yang ketiganya terdapat dalam surat al-Baqoroh, seperti orang-orang yang bertaqwadan sifat-sifatnya………..3, dan seterusnya.

Kemudian seterusnya dihalaman belakang kitab terdapat daftar isi surat-surat al-Quran beserta nomor halaman yang memudahkan pembaca dalam pencarian surat seperti surat al-A’raf……..2-8. Surat Al-A’la---898……dan seterusnya.

Setelah daftar isi dan surat-surat kemudian juga terdapatdaftar isi juz-juz al-Quran yang tujuannya memudahkan pembaca dalam pencarian sebuah ayat al-Quran seperti juz ke-1…..I, Juz ke-2……29, dan seterusnya.

Tafsir al-Quran ini dibelakangi juga terdapat beberapa kesimpulan isi al-Quran, yang berhubungan dengan keimanan, hokum-hukum, petunjuk atau pengajaran, akhlaq, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Disamping itu kitab tafsir ini terdapat daftar kesimpulan isi al-Quran.


D. Sistematika Penafsiran

Dalam tafsir Mahmud Yunus ini telah dijelaskan sebelumnhy bahwa didalamnya dibelakangi kitab terdapat kesimpulan isi al-Quran, ini tidak dapat di muat diawal kitab, karena berhubung tafsir al-Quran in berubah halamanny adari cetakan yang lama ke percetakan yang beru dan karangan ini.

Kitab ini terdiri dari dua jilid yaitu pertama satu jilid tamat dari juz 1 sampai dengan 30, kedua , tiga jilid, pertama dari juz 1 sampai dengan 10 n, jilid kedua dari juz 11 sampai dengan 20, jilid ketiga dari juz 21 sampai dengan 30.

Tafsir al-Quran in sistematika penafsirannya sama seperti isi al-Quran dan terjamahan disamping kanan ayat (setiap ayat) kemudian terjemahannya dibawahnya terdapat penafsiran.

Sistematika penafsiran Mahmud Yunus menafsirkan seluruh ayat sesuai susunannya dalam mushaf al-Quran ayat demi ayat, surat demi surat, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Naas. Maka secara sitematika penafsiran tafsir ini menempuh tartib Mushaf.


E. Sumber-sumber Tafsir al-Quran Mahmud Yunus

Setelah mempelajari:
1. Tafsir at-Thabaryjuz 1 hal 42
2. Ibnu Katsir juz 1 hal 3
3. Al-Qasimy juz 1 hal 7
4. Fajrul Islam juz 1 hal 199
5. Zhurul Islam juz 2 hal 40-43 dan juz 3 hal 37

Dapatlah diambil kesimpulan bahwa sumber-sumber tafsir itu tujuh:
a). tafsir al-Quran dengan al-Quran, karena ayat-ayat itu tafsir-menafsirkan dan jelas-menjelaskan antara satu dengan yang lain.

b). Yafsir dengan hadist yang shahih, seperti hadist Bukahri dan Muslim. Sekali-kali tidak boleh dengan hadist yagn Maudlu’ dan Dlo’if.

c). Tafsir dengan perkataan sahabat, tapi khusus dengan menerangakan sebab-sebab turunnya sayat, bukan menurut pendapat dan pikirannya.

d). Tafsir dengan perkataan tabi’in, bila mereka ijma’ atas semua tafsir. Hal ini menurut pendapat bahwa ijma’ itu hujjah.

e). Tafsir dengan umum bahasa arab bagi Ahli Ilmu Lughah.

f). Tafsir dengan Ijtihad bagi Mujtahid.

g). Tafsir dengan tafsir Aqli bagi Mu’tazilah. Selain dari pada itu ada lagi tafsir Akil menurut Syi’ah dan tafsir Shufi bagi ahli Tasawwuf.


F. Metode dan Corak Tafsir

Tafsir al-Quran Karim Mahmud Yunus ini menunjuk pada metode tahlili, suatu metode tafsir yagn bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran dan seluruh aspeknya.

dalam tafsir Mahmud Yunus, aspek kosa kata dan penjelasan arti global tidak selalu dijelaskan. Kedua aspek tersebut dijelskan ketika dianggap perlu atau kadang pula suatu ayat, suatu lafadz dijelaskan arti kosakata-katanya, sedangakan lafadz yang lain dijelaskan arti kosa katanya, sedengkan lafadz yang lain dijelaskan arti globalnya karena mengadung suatu istilah, bahkan dijelaskan secara terperinci dengan memperlihatkan penggunaan istilah itu pada ayat-ayat yang lain.


G. Keistimewaan Tafsir al-Quran Karim Mahmud Yunus
Adapun keistimewaannya adalah:
? Terjemahan al-Quran disusun baru, sesuai dengan perkembangan bahasa Indonesia, serta mudah difahami oleh pembaca. Bahkan mahasiswa-mahasiswa dapat memperluas bahasa arabnya.
? Teks al-Quran terjemahannya disusun sejajar dan setentang. Dengan demikian mudah mengetahui nomor-nomor ayat al-Quran dalam teks bahasa arab dan terjemahanny adalam bahasa Indonesia.
? Keterangan-keterangan ayat ditaruh dan diletakkan didalam ayat yang bersangkutan, sehingga mudah mempelajarinya tanpa memeriksa ke halaman-halaman yagn lain, seperti cetakan yang lama.
? Keterangan-keterangan ayat ditambah dan diperluas, setengahnya berupa masalah-masalah ilmiyah yang harus dipelajari oleh mahasiswa-mahasiswa.


H. Kesimpulan

Tafsir al-Quran Mahmud Yunus ini mudah untuk dipelajari dan dipahami kaerna di dalamnya sudah kategori-kategori membuka kitab tafsir tersebut dan didalamnya juga terdapat beberapa kesimpulan yang memudahkan kita untuk mengetahui isi kandungan tafsir tersebut secara garis besar kesimpulan isi al-Quran.

Inilah kesimpulan isi al-Quran yang berhubungan dengan keimanan, hokum-hukum, petunjuk/pelajaran, akhlaq, ekonomi dan ilmu pengetahuan, diterangkan dengan ijmal (kesimpulan) saja.

Sebenarnya kaum Muslimin memuliakan dan menjunjung tinggi al-Qran . tapi jika mereka ditanya apa isi quran itu? Mereka tidak bias menjawab apa-apa. Sekarang dengan keluarnya “kesimpulan isi al-Quran “ ini, tentu mereka dapat menjawabnya. Saudara-saudara yang tidak sanggup membaca al-Quran dari awal sampai tamat, sekurang-kurangnya hendanyalah dibacanya” kesimpulan isi al-Quran” ini.

Apabila orang-oarang islam menurut sebagaimana yang termaktub didalamnya itu, niscaya mereka akan mendapat kemajuan dan keselamatan dari dunia sampai akherat. Oleh sebab itu hendaknya tiap-tiap kita bersungguh-sungguh mengikutinya sekedar tenaga, serta mengajak teman sejawat, supaya bersama-sama ke jurusan itu.

Sesunggunhnya mengeluarkan hukum-hukum atau ilmu pengetahuan dan yang lain-lain dari dalam al-Quran tak ubahnya seperti mengeluarkan mutiara dari dalam lautan. Jika orang yang mengeluarkan mutiara itu hanya memekai perkakas lama dan serba kurang, tentu ia dapat mengeluarkan sedikit saja. Tetapi apabila ia mempunyai perkakas yang modern serta sempurna, tentu ia menghasilkan mutiara yang amat banyak. Tetapi meskipun begitu, mutiara yang dalam lautan itu tidak juga akan habisn-habisnya. Maka bagitulah juga dalam mengeluarkan hukum-hukum dan ilmu pengetahuan dari dalam Quran itu. Meskipun sekarang telah kita usahakan mengeluarkan apa-apa yagn tersebut dalam kitab ini., tetapi janganlah kita sangka, bahwa mutiara yang ada dalam al-Quran itu telah habis, bahkan masih banyak lagi yang tersembunyi di sana sini. Jika selalu kita membaca al-Quran dan memperhatikan isinya, niscaya akan terbuka juga bagi kita rahasia-rahasianya yang lain. Oleh sebab itu hendaklah tiap-tiap orang islam membiasakan membaca al-Quran, meskipun beberapa ayat di tiap-tiap hari, supaya bertambah kaimanan kita kepada Allah swt. dan supaya bersih hati kita kita dari pada sifat yang tidak baik.


Contoh Tafsir Mahmud Yunus dalam surat An-Nisa’ ayat 9:


Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Keterangan ayat 9: “ dalam ayat ini Allah menganjurkan kepada orang tua agar memikirkan akibat anak-anaknya yang masih lemah (kecil), bila ia meninggal dunia. Sebab itu hendaklah ia bertakwa dan berusaha meninggalkan harta pusaka untuk mereka. Janganlah mewasiatkan hartanya untuk fakir miskin dan amalan sosial lebih dari mestinya, supaya tidak terlantar kehidupan anak-anaknya yang masih kecil itu.

Menurut islam, berwasiat itu hukumnya sunnah, sedang mendidik anak-anak hukumnya wajib. Yang wajib harus didahulukan daripada yang sunnah. Demikian hukum islam.


Referensi:

=> Mahmud Yunus, Tafsir al-Quran Mahmud Yunus.
=> Abdul Ghofur, Faham Tauhid Nabi Ibrahim Menurut Ibnu Katsir, Studi Analisis Surah Al-‘An’am Ayat 74-79.
=> Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam

--------------------

Tafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud Yunus
Tafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud YunusTafsir Al-Qur'an Al-Karim Mahmud Yunus

Rabu, 24 September 2008

FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)

FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)
Dakwah amar ma'ruf nahi munkar secara praktis telah berlangsung sejak adanya interaksi antara Allah dengan hamba-Nya (periode Nabi Adam AS), dan akan berakhir bersamaan dengan berakhimya kehidupan di dunia ini. Pada awalnya Allah mengajar Nabi Adam AS nama-nama benda, Allah melarang Nabi Adam mendekati pohon dan Allah memerintahkan para malaikat sujud kepada Nabi Adam, semua Malaikat pada sujud kecuali Iblis, dia enggan dan takabur. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bumi. Berdakwah, beramar makruf dan bernahi munkar adalah salah satu fungsi strategis kekhalifahan manusia, fungsi tersebut berjalan terus-menerus seiring dengan kompleksitas problematka kehidupan manusia dari zaman ke- zaman, dakwah tidak berada dalam sket masyarakat yang statis, tetapi berada dalam sket masyarakat yang dinamis dan tantangan dakwah yang semakin luas dan komplek, oleh karena itu peningkatan kualitas kompetensi muballigh harus secara terus menerus dilakukan secara efektifi.

Sehubungan dengan itu, memahami fikiqih dakwah salah satu proses mencapai kompetensi da’i, dan dalam makalah ini akan diuraikan secara selayang pandang seputar pengertian dakwah, hakikat dakwah, hukum dakwah, sistematika dakwah, dan garis-garis besar managemen dakwah.

Kata Kunci: Dakwah, fiqh, tematik

Pengertian Dakwah1. Secara Etimologi
Kata dakwah (الدعوة ) artinya: "do’a", "seruan ", “panggilan”, "ajakan", "undangan", "dorongan" dan "permintaan", berakar dari kata kerja. "دعا“ yang berarti "berdo 'a", " memanggil, "'menyeru ", "mengundang", "mendorong", dan "mengadu".
Dakwah secara etimologis bebas nilai, artinya bisa mengajak kepada kebaikan atau ke jalan Allah bisa juga mengajak kepada kemungkaran, jalan syetan atau berbuat maksiat seperti apa yang telah didramatisir oleh Zulaiha dengan mengajak Yusuf berbuat maksiat sebagaimana Firman Allah SWT:

فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ
Artinya: “Maka dia mengadu kepada Tuhan-Nya, bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah aku”. [ Q.S.Al-Qamar/54.10]

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya: “ Allah menyeru [manusia] menuju Darussalaam [Surga], dan memberipetunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus [Islam][Q.S. Yunus/10.25]

وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
…... Artinya: “ Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah SWT mengajak ke Surga “,,,,,. [Q.S.Al-Baqarah/2.221].

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Artinya: “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cendrung untuk [memenuhi keinginan mereka], dan tentulah aku masuk orang-orang yang bodoh “.[Q.S.Yusuf/12.33].

2. Secara Terminologi
Dakwah adalah menyeru, mengajak manusia untuk memahami dan mengamalkan ajaran islam sesuai dengan Al-Qur'an dan sunnahNabi Muhammad saw (sabilillah). Sebagaimana Firman Allah Swt :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya : "dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang rnenyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung." (QS Ali- Imran : 104). 1

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya: “ Serulah [manusia] kepada jalan Tuhanmu .......[Q.S.An-Nahl/16.125].

Hukum Dakwah

Jika min yang ada pada Surat Ali Imaron ayat. 125 di atas [ minkum ] adalah min lil bayaniyah, maka dakwah menjadi kewajiban bagi setiap orang [ individual ] orang Islam, tetapi jika min dalam ayat tersebut adalah min littab ‘idhiyyah [ menyatakan untuk sebahagian ] maka dakwah menjadi kewajiban ummat secara kolektif atau pardhu kifayah. Dua pengertian tersebut dapat digunakan sekaligus. Untuk hal-hal yang mampu dilaksanakan secara individual, dakwah menjadi kewajiban setiap muslim [ fardhu ‘ain ] , sedangkan untuk hal-hal yang hanya mampu dilaksanakan secara kolektif, maka dakwah menjadi kewajiban yang bersifat kolektif [ fardhu kifayah ]. Setiap muslim dan muslimat yang sudah baligh wajib berdakwah, baik secara aktif maupun secara pasif. Secara pasif dalam arti semua sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam sehingga dapat menjadi contoh dan tuntunan bagi masyarakat.

Kewajiban berdakwah bagi setiap individu, selain dinyatakan dalam ayat tersebut di atas ditegaskan juga dalam Al-Qur’an, dan pesan Rasulullah Saw pada waktu Haji Wada’, :

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Artinya: “ Demi masa sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran, dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran “.[Q.S. Al-‘Ashr/103].

فَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَإِنَّهُ رُبَّ مُبَلِّغٍ يُبَلِّغُهُ لِمَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ (رواه البخا رى )

“ ....maka hendaklah yang menyaksikan di antara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena boleh jadi yang hadir itu menyampaikannya kepada orang ..”. [ H.R. Bukhari ] .

Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda :

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً رواه البخاري)
Artinya: "..... sampaikanlah apa yang (kamu terima) dariku, walaupun satu ayat..."
(HR Bukhari)

Hakikat Dakwah:

Aktivitas dakwah pada hakikatnya suatu proses mengadakan perubahan secara normatif sesuai dengan Al-Qur’an, dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebagai contoh adalah perubahan dari berimanan kepada selain Allah SWT menjadi beriman Kepada Allah SWT, atau dari ideologi yang batil, sesat kepada ideologi yang benar, dari kebodohan kepada kepintaran, dari kultur, dan akhlaq yang sesat kepada kultur, dan akhlaq yang benar, dan mulia, dari malas beriibadah menjadi rajin beribadah, dari kehidupan yang bertentangan dengan Islam menjadi berkehidupan yang Islami, dari tidak perduli pada agama menjadi perduli dan semangan beragama dll

Sistematika Dakwah
Dakwah sebagai suatu ilmu yang relatif muda bila dibandingkan dengan ilmu filsafat. Dakwh sebagai suatu ilmu memiliki sistimatika yang terdiri dari 8 seb sistem. Kurang berhasilnya gerakan dakwah pada umumnya lebih disebabkan oleh lemahnya sub sistem dakwah secara keseluruhan, oleh karena itu agar gerakan dakwah lebih efektif, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah membangun keseluruhan sub sistem dakwah secara keseluruhan. Uraian secara global akan diarahkan kepada 8 subsistem dakwah sebagai berikut :

1. Subjek Dakwah (Da'i)
Da'i/muballigh adalah setiap orang yang mengajak, memerintahkan orang di jalan Allah [ fi-Sabiilillah ], atau mengajak orang untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah nabi Muhammad SAW. Berhasil tidaknya gerakan dakwah sangan ditentukan oleh kompetensi seorang da’i, yang dimaksud dengan kompetensi da’i adalah sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan, dan prilaku serta keterampilan yang harus dimiliki oleh para da’i, oleh karena itu para da’i harus memilikinya, baik kompetensi substantif maupun kompetensi metodologis :

1.1. Kompetensi Substantif :
1]. Memahami agama Islam swecara konverhensif, tepat dan benar.
2]. Memiliki al-akhlaq al- kariimah, seorang pribadi yang menyampaikan ajaran yang mulia, dan mengajak oang menuju kemuliaan, tentula seorang da’i memiliki akhlaq mulia yang terlihat dalam seluruh aspek kehidupannya,seorang da’i harus memiliki sifat shiddiq, amanah, sabar,
tawaddhu’, adil, lemah lembut dan selalu ingin meningkatkan kualitas ibadahnya, dan sifat-sifat mulia lainnya, lebih dari itu kunci utama keberhasilan da’i adalah satu kata dan perbuatan. Allah mengancam seorang da’i atau siapa saja yang perkatannya tidak sejalan dengan perbuatannya , atau hanya bisa berkata tapi tidak mau berbuat. Allah AWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
“ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. “ [ Q.S. Ash-Shaf 61: 2-3 ]

3]. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan yang relatif luas, yang dimaksud dengan pengetahuan di sini adalah cakupan ilmu pengetahuan yang paling tidak terkait dengan pelaksanaan dakwah, antara lain, ilmu bahasa, ilmu komunikasi, ilmu sosiologi, psikologi dakwah, teknologi informasi baik cetak maupun elektronik, ilmu patologi sosial dll.

4]. Memahami hakikat dakwah. Hakikat dakwah pada dasarnya adalah mengadakan prubahan sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, artinya perubahan yang bersifat normatif, sebagai contoh : Perubahan dari kebodohan kepada kepintaran, perubahan dari keimanan atau keyakinan yang betil kepada keyakinan yang benar, dari tidak faham agama Islam menjadi faham Islam, dari tidak mengamalkan Islam menjadi mengamalkan ajaran Islam, dan Allah tidak akan memberi petunjuk dan kemudahan kepada manusia untuk dapat berubah kecuali kalau manusia berjuang dengan ichlasan, tekat yang kuat, ikhtiar yang maksimal. Allah berfirman :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka menguh keadaan yang ada pada diri mereka sendiri “. [ Q.S. ar-Ra’d 13: 11 ]

5]. Mencintai objek dakwah [ mad’u ] dengan tulus, mencintai mad’u merupakan salah salah satu modal dasar bagi seorang da’i dalam berdakwah, rasa cinta dan kasih sayang terhadap mad’u akan membawa ketenangan dalam berdakwah, seorang da’i harus menyadari bahwa objek dakwah adalah saudara yang harus dicintai, diselamatkan dan disayangi dalam keadaan apapun, walaupun dalam keadaan objek dakwah menolak pesan yang disampaikan atau meremehkan bahkan membeci, kecintaan da’i terhadap mad’u tidak boleh berubah menjadi kebencian, hati da’i boleh prihatin dan dibalik keprihatinan tersebut seyogyanya da’i dengan ikhlas hati mendo’akan agar mad’u mendapat petunjuk dari Allah SWT karena demikianal yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW :

عَنْ أَنَسٍ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“ Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” [ HR. Bukhari dan Muslim ] .

Waktu Nabi Muhammad SAW berdakwah, beliau dicaci maki dan sisakiti secara fisik, Nbi Muhammad SAW berdo’a :

اللهم اغفر لقومى فإ نهم لا يعلمون
“ Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.”

6]. Mengenal kondisi lingkungan dengan baik. Da’I harus memahami latar belakang kondisi social, ekonomi, pendidikan, budaya dan berbagai dimensi problematika objek dakwah, paling tidak mendapat gambaran selintas tentang kondisi mad’u secara umum, agar pesan dakwah komunikatif atau sesuai dengan kebutuhan mad’u.

7]. Memiliki kejujuran dan rasa ikhlas, karena keihklasan dan kejujuran merupkan factor yang sangat prinsip, dan menentukan diterimanya amal ibadah oleh Allah SWT, dan aktifitas dakwah yang dilaksanakan secara ikhlas akan selalu mendapat pertolongan dari Allah SWT.

1.2. Kompetensi Metodologis :1]. Da’i atau muballigh harus mampu mengidentifikasi permasalah dakwah yang dihadapi, yaitu mampu mendiagnosis dan menemukan kondisi objektif permasalah yang dihadapi oleh objek dakwah.
2]. Muballigh harus mampu mencari dan mendapatkan informasi mengenai ciri-ciri objektif objek dakwah serta kondisi lingkungannya.
3]. Berdasarkan informasi yang diperoleh dengan kemampuan pertama dan kedua di atas seorang da’I akan mampu menyusun langkah-langkah perencanaan bagi kegiatan dakwah yang dilakukannya.
4]. Berkemampuan untuk merealisasikan perencanaan tersebut dalam melaksanakan kegiatan dakwah.


Objek Dakwah [ mad’u ]
Objek dakwah [ mad’u ] ialah orang yang menjadi sasaran dakwah, yaitu semua manusia, sebagaimana firman Allah SWT :
“ Dan Kami tidak mengutus kamu, melainka kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Q.S. As-Saba’ 34: 28 ].
Berdasarkan ayat tersebut dapat difahami bahwa objek atau sasaran dakwah secara umum adalah seluruh manusia, dan objek dakwah secara khusus dapat ditinjau dari berbagai aspek secara khusus sebagai berikut :
1. Aspek usia ; anak-anak, remaja dan orang tua.
2. Aspek kelamin ; Laki-laki dan perempuan.
3. Aspek agama ; Islam dan kafir atau non muslim
4. Aspek sosiologis ; Masyarakat terasing, pedesaan, kota kecil dan
kota besar, serta masyarakat marjinal dari kota besar.
5. Aspek sturktur kelembagaan ; Legislati, ekskutif, dan yudikatif.
6. Aspek kultur ke-beragamaan ; Priyayi, abangan dan santri.
7. Aspek ekonomi ; Golongan kaya, menegah, dan miskin.
8. Aspek mata pencaharian ; Petani, peternak, pedagang, nelayan,
karyawan, buruh dll.
9. Aspek khusus ; Golongan masyarakat tuna susila, tuna netra, tuna
rungu, tuna wisma, tuna karya, dan narapidana.
10. Komunitas masyarakat seniman, baik seni musik, seni lukis, seni
pahat, seni tari, artis, aktris dll.
Para da’I tidak cukup hanya mengetahui objek dakwah secara umum dan secara khusus tersebut, tetapi yang lebih penting lagi yang harus diketahui adalah hakikat objek atau sasaran dakwah itu sendiri. Adapun hakikat objek dakwah adalah seluruh dimensi problematika hidup objek dakwah, baik problem yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, akhlaq, mu’amalah [ pndidikan, social, ekonomi, politik, budaya dll ]

Tujuan Dakwah [ al-ahdafuddakwah ]Pada dasarnya tujuan takwah sifatnya bertahap, dan sangat beragam, ini terkait dengan hetroginitas objek dakwah, dan perbedaan-perbedaan problematik yang dihadapi oleh objek dakwah, sebagai contoh ; Bagi objek dakwah yang beragama Islam, tetapi belum memahami ajaran Islam tentang ibadah sholat, maka tujuan dakwak tentu agar mad’u mengetahui sholat dan tata cara pelaksanaannya, bagi mad’u yang sudah bisa sholat, tetapi belum mau melaksanakan sholat, sudah tentu tujuan dakwah, agar mad’u termotivasi untuk melaksanakan ibadah sholat. Dengan demikian tujuan dakwah paling tidak dapat dibagi menjadi dua garis besar sebagai berikut :

Tujuan Umum : Agar manusia memahami ajaran Islam, dan melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang diperintahkan. dan menjauhi larangan Allah Swt sebagai mana yang dilarang oleh Allah Swt.

Tujuan Umum :
1. Agar orang kafir menjadi masuk Islam
2. Agar orang Islam dapat memahami sumber-sumber, dan poko-pokok ajaran Islam.
3. Agara orang Islam bisa bertuhan, beribadah, berakhlaq, dan bisa bermu’amalah sesuai dengan al-Qur’an, dan Sunnah Nabi SAW.

Materi Dakwah
Allah SWT telah memberi petunjuk tentang materi dakwah yang harus disampaikan , untuk lebih jelasnya perlu mencermati firman Allah Swt sebagai berikut :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar……[Q.S. Ali-Imran : 104 ].

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ
“ Serulah [ manusia ] kepada jalan Tuhanmu…..” [ Q.S. As-Nahl: 125]

Dalam ayat tersebut yang dimaksud al-Khair adalah nilai-nilai universal yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah, Al-Khair menurut Rasulullah Saw sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibn Katsir dalam Tafsirnya adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Nbi Muhammad Saw, sedangkan Al-Ma’ruf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat selama sejalan dengan Al-Khair. Yang dimaksud dengan Sabili Rabbika adalah jalan yang ditunjukkan Tuhanmu yaitu; Ajara Islam.

Dari dua ayat tersebut dapat difahami bahwa materi dakwah pada gasis besarnya dapat dibagi dua :
1. Al-Qur’an dan Hadits
2. Pokok-pokok ajaran Islam yaitu ; aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalah mencakup pendidikan, ekonomi, social, politik, budaya dll.

Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt, dan Hadits Nabi Muhammad Saw :

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“ Serulah [ manusia ] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …….“ [ Q.S. An-Nahl 16: 125 ].

Dari ayart tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama’ terhadap tiga prinsip metode tersebut antara lain :

1. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
2. Metode mau’izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati.
3. Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran. Demikianlah antara lain pendapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda :

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“ Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].

Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
1. Metode dengan tangan [ bilyadi ], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
2. Metode dakwah dengan lisan [ billisan ], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad’u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.
3. Metode dakwah dengan hati [ bilqolb ], yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’I atau muballigh, maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banya ditentukan oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari.

Sarana Dakwah

Sarana dakwah yang baik, setrategis dan memadai, menjadi salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan dakwah Islam, sarana yang dimaksud antara lain adalah Masjid, musholla, sekolsh, perpustakaan, kantor, balai desa dll.

Media Dakwah

Media adalah alat yang menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang sangat vital yang merupakan uran nadi dalam totalitas dakwak. Kemajuan teknologi informasi dan globalisasi sekarang ini seolah-olah menjadikan seluruh dunia menjadi satu kampung saja, perpindahan informasi dari suatu benua ke benua lain bagai cepatnya kilat , sehingga seseorang yang sedang berbicara di Mesir umpamanya, dapat didengar, dilihat dan dipantau dari berbagai penjuru dunia. Padahal sebelumnya, ketika seorang muballigh berbicara di suatu Masjid, mungkin jama’ah yang khadir tidak semuanya bisa melihat wajah muballighnya, dan barakali juga tidak mendengar suara muballigh.
Pemanfatan kemajuan media teknologi informasi baik cetak maupun elektronik sangat menentukan effektifitas dakwah, baik dilihat dari aspek luasnya jangkauan wilayah dakwah maupun dari aspek daya komunikatifnya.

Dana Dakwah
Dana adalah salah satu factor yang sngat menentukan kelancara dan efektifitas kegiatan dakwah, karena dana berkaitan langsung dengan sub-sub system dakwah yang lain, dan idealnya gerakan dakwah yang bersifat organisatori, perlu dipleningkan semacam Bank da’wah.

Managemen Dakwah

Magagamen dakwah memegang pranan penting dalam menentukan keberhasilan dakwah. Yang dimaksud dengan managemen dakwah adalah suatu proses pemampatan serta pendayagunaan kseluruhan sub system dakwah dakwah secara effektif untuk mencapai sasaran dan tujuan dakwah.

Dalam upaya membangun managemen dakwah harus memperhatikan prinsip-prinsip managemen secara keseluruhan, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip managemen dakwah adalah :

1. Organisasi dakwah. Oraganisasi dakwah yang dibentuk dengan baik, dengan menempatkan seseorang dalam struktur organisasi sesuai dengan bidang, bakat, dan minat mereka masing masing, dan dapat dikelola dengan baik dan rapi akan menjadi kekuatan gerakan dakwah yang dapat bergerak secara efektif, dan akan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dakwah dengan baik.
2. Plening dakwah. Perencanaan dakwah yang baik dan terprogran secara rapi, dan bertahap akan sangat menetukan tahapan-tahapan apa yang harus dicapai, sebaliknya dakwah yang dilaksanakan tanpa perencanaan yang mateng akan sulit mencapai sasaran dan tujuan yang jelas.
3. Aktuating dakwah atau pelaksanaan dakwah, dakwah yang dilaksanakan
dengan berlandaskan perencanaan dakwah yang matang biasanya kegiatan dakwah akan dapan dilaksanakan secara tertib, teratur, dan efektif.
4. Kontroling dakwah. Mengontrol kegiatan dakwah sangat penting untuk mengantisipasi kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses dakwah, dan sangat bermanfaat untuk menjaga kesinambungan proses kegiatan dakwah.
5. Evaluasi dakwah. Untuk mengetahui apakah dakwah itu berhasil atau tidak, gagal atau tidak harus ada proses evaluasi yang cermat, teliti, dan objektif, dengan menetapkan parameter-parameter keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu aktifitas dakwah, dan dari hasil evaluasi secara objektif dapat dijadikan konsideran untuk menyusun langkah-langkah strategi dakwah yang lebih efewktif pada masa berikutnya, dan isyarat untuk mengadakan evaluasi terdapat dalam firman Allah SWT :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.” [ Q.S. Al-Hasyr 59: 18 ].

Dari ayat tersebut dapat difahami bahwa perlu adanya suatu proses evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan, untuk merencanakan hidup yang lebih baik di masa-masa yang akan datang, termasuk kegiatan dakwak yang telah dilakukan perludi evaluasi.
Referensi
[1] Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah/Penafsir al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahannya, [ Lembaga Percetakan Raja Fahd, tt ], hal. 93.
[1] al-Bukhari: 67, 4402; Muslim; 1679 daam CD Mawsu’at al-Hadits al-Syarif, Mesir.
[1] . Hasbi Ash-Shiddieqy TM, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Bulan Bintang Jakarta, 1977, hal. 60.
[1] Yayasan Penyelenggara Penerjemah, alQur’an; hal. 928.
[1]. Yauasan Penyelenggara Penerjemah, al-Qur’an, h. 370.
[1]. Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah, Gema Insani Press, Jakarta 1995. 64.
[1]. Ibid, h. 150.
[1] Pimpinan Pusat Muhammadiyah Mjlis Tbligh, Islam Dan Dakwah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tbligh Jogjakarta 1987, hal. 137 – 142.
[1] . Yayasan Penyelenggara Penerjemah, al-Qur’an, hal. 688.
[1] . H.M.Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar, Bulan Bintang Jakarta 1977, hal. 13-14.
[1] . Yayasan Penyelenggaraan Penerjemahan, al-Qur’an, hal. 93.
[1]. Yayasan Penyelenggara Penerjemahan, al-Qur’an, hal. 421.
[1]. M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Jilid.2, Lentera Hati, Jakarta 2000, hal.143-44.
[1]. Jilid 7, Ibid, hal.
[1]. Yayasan Penyelenggara Penerjemahan, al-Qur’an, hal. 421.
[1]. Anhar Anshori, Skripsi Perkembangan Dakwah di Yogyakarta priode 1972 – 1984, Yogyakarta 1984, hal. 16.
[1]. Said Bin Ali Al-Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Gema Insani Press Jakarta 1994, hal. 98.
[1] . Yayasan Penyelenggara Penerjemah, al-Qur’an, hal. 919.
Sumber :
http://eprints.ums.ac.id/467/01/FIQIH_DAKWA3.doc


FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik) FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)FIQIH DAKWAH (Pendekatan Tafsir Tematik)
TEMUKAN MAKALAH/ARTIKEL YANG ANDA CARI DI SINI:
Custom Search

Posting Terkini