Tampilkan postingan dengan label Tasawuf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tasawuf. Tampilkan semua postingan

Jumat, 24 Oktober 2008

Pengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan Tajalli

Bab I. Tasawuf

Asal Usul dan Pengertian Taswauf
Secara etimologi, ada tiga kata yang menjadi kemungkinan timbulnya istilah tasawuf ( تصوف ), yaitu: shaff ( صف), shûff (), dan shuffah (صوف).[1]


1. Shaff (صف). Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan (shaffan) yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.[2] Shaffan sesungguhnya berarti secara berbaris-baris. Jadi, mengacu pada ayat di atas, tasawuf adalah menyusun barisan di jalan Allah SWT (fî sabîlillâh) –pen.

Pengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan Tajalli2. Shûf (صوف) adalah bulu domba. Pada masa pra-Islam, bulu domba sering digunakan sebagai pakaian oleh para ruhban () atau rabbi (pemimpin Yahudi yang asketis) sebagai simbol kesederhanaan. Shûf juga sering dijadikan pakaian oleh para petapa Nasrani.[3] Jadi, tasawuf adalah hal yang identik dengan kesederhanaan –pen.

3. Shuffah (صفة) adalah tempat duduk kecil yang terbuat dari kayu atau batu. Para sahabat Nabi saw sering duduk di atas shuffah sehingga mereka disebut Ahlush-shuffah (أهل الصفة).[4] Oleh sebab itu, tasawuf diidentikkan dengan Ahlush-shuffah dan diyakini bahwa tasawuf berasal dari kebiasaan para sahabat Nabi saw –pen.

Kesimpulannya, secara etimologi, tasawuf adalah barisan-barisan yang senantiasa berada di jalan Allah SWT dan hidup sederhana dengan mencontoh teladan para sahabat Nabi saw yang saleh –pen.

Tasawuf Menurut Beberapa Ulama
Ada beberapa ulama yang telah mendefinisikan istilah tasawuf. Di antaranya ialah Abu Muhammad Jariri (w. 923), Kattani (w. 934), Ruwaim (w. 915), Dzun-Nun Mishri (w. 858), dan Junaid (w. 913).

Abu Muhammad al-Jariri berkata, “Tasawuf adalah memasuki akhlak yang baik dan keluar dari akhlak yang buruk”

Kattani berkata, “Tasawuf adalah akhlak. Barangsiapa bertambah baik akhlak, bertambah baik (pula) tasawufnya.”

Ruwaim berkata, “Tasawuf adalah membiarkan diri bersama Allah menurut apa yang dikehendaki Allah.”

Dzun-Nun Mishri berkata, “Sufi (penganut tasawuf –pen.) adalah orang yang tidak berpayah-payah meminta dan tidak terkejut oleh penolakan.” (Maksudnya adalah tidak meminta sesuatu dan tidak kecewa apabila tidak mendapatkan apa yang diharapkan –pen).

Jadi, tasawuf bisa didefinisikan sebagai pendidikan tentang bagaimana seorang hamba harus berakhlak mulia dan senantiasa menyerahkan urusannya kepada Allah SWT (bertawakal) –pen.

Bab II. Maqamat dan Ahwal[5]

Pengertian Maqamat dan Ahwal
Maqamat, bentuk jamak dari maqam berarti tahapan, tingkatan, atau kedudukan. Jadi, maqamat adalah tahapan rohani yang ditempuh oleh para pengamal tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan ahwal, bentuk jamak dari hal, adalah keadaan mental yang dirasakan oleh para pengamal tasawuf sebagai anugerah yang datang dari Allah SWT. Maqam merupakan usaha, sedangkan hal merupakan anugerah. Keadaan hati dinamakan hal karena berubah-ubah dan dinamakan maqam karena telah tetap.

Pendapat yang sangat populer mengenai maqamat dan ahwal dikemukakan oleh Abu Nasr Sarraj yang berkata, “Maqam adalah kedudukan manusia di sisi Allah yang masuk ke dalam hati, sesuatu yang dirasakan karena ketulusan mengingat (dzikr) Allah.”

Istilah-istilah dalam Maqamat dan Ahwal[6]
Ada beberapa istilah dalam maqamat dan ahwal, yaitu: tobat, wara’, zuhud faqir, sabar, tawakal, rida, mahabbah, dan ma’rifah. Orang yang menempuh jalan sufi terlebih dahulu harus bertobat dari dosa, yang dilakukan oleh anggota badan, maupun yang tersembunyi di dalam hati. Setelah melewati maqam tobat, maqam selanjutnya adalah wara’, yaitu meninggalkan segala sesuatu yang syubhat, yaitu segala sesuatu yang mengandung kesamaran atau yang diragukan hukumnya, tidak jelas halal-haramnya, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna. Selanjutnya adalah maqam zuhud, yaitu mengosongkan hati dari cinta terhadap dunia dan menjalani hidup untuk beribadah kepada Allah SWT, serta mengosongkan hati dari selain Allah SWT dan memusatkan hati kepada cinta-Nya. Selanjutnya adalah maqam faqir, yaitu menjalani hidup dengan kesadaran bahwa ia hanya membutuhkan Allah SWT. Selanjunya maqam sabar, yaitu sabar dalam menjalani perintah, sabar dalam meninggalkan larangan, sabar dalam menghadapi kesulitan, dan sabar atas ni’mah yang dilimpahkan oleh Allah SWT kepadanya. Selanjutnya adalah maqam tawakal, yaitu menyerahkan segala sesutunya kepada Allah SWT, tidak bergantung kepada selain-Nya, dan tidak pula kepada amal perbuatannya (nafsunya –pen). Selanjutnya adalah maqam rida, yaitu menerima dengan senang hati segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah SWT dan menyadari bahwa ketentuan-Nya lebih baik daripada keinginannya. Setelah melewati maqam­­-maqam­ tersebut barulah seorang sufi bisa mencintai (mahabbah) dan mengenal Allah (ma’rifah) atau juga disebut dengan tajalli.

Bab III. Takhalli, Tahali, dan Tajalli[7]

Pengertian Takhalli, Tahalli, dan Tajalli
Takhalli artinya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat buruk,seperti: sombong, dengki, iri hati, cinta kepada dunia, cinta kedudukan, riya’, dan sebagainya. Tahalli berarti menghiasi jiwa dengan sifat-sifat yang mulia, seperti: kejujuran, kasih sayang, tolong menolong, kedermawanan, sabar, keikhlasan, tawakal, kerelaan, cinta kepada Allah SWT, dan sebagainya, termasuk di dalahnya adalah banyak beribadah, berzikir, dan muraqabah kepada Allah SWT.

Setelah menempuh takhalli dan tahalli, sampailah para salik pada sesuatu yang dinamakan tajalli. Secara etimologi, tajalli berarti pernyataan atau penampakan. Tajalli adalah terbukanya tabir yang menghalangi hamba dengan-Nya sehingga hamba menyaksikan tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya. Istilah lain yang memiliki kedekatan arti dengan tajalli adalah ma’rifah, mukasyafah, dan musyahadah. Semua itu menunjuk pada keadaan di mana terbuka tabir (kasful-hijab) yang menghalangi hamba dengan Allah SWT.

Tajalli menurut Sufi
Ahli tasawuf berkata bahwa tasawuf tidak lain adalah menjalani takhalli, tahalli, dan tajalli. Jalan yang ditempuh oleh para Sufi adalah jalan takhalli, tahalli, dan tajalli. Mengosongkan jiwa dari sifat buruk, menghiasi jiwa dengan sifat yang baik dengan tujuan untuk menyaksikan dengan penglihatan hati bahwa sesungguhnya tuhan itu tidak ada, hanya Allah SWT yang Ada, “Tidak ada tuhan (lâ ilâha) selain (illâ) Allah SWT dan Muhammad bin Abdullah adalah hamba, utusan, dan kekasih-Nya.”

Manfaat Melakukan Takhalli dan Tahalli dalam Kehidupan Sosial
Menghindari sifat buruk dan menghiasi diri dengan sifat mulia dapat mempererat silaturahim dan persaudaraan antar-penganut agama Islam bahkan dengan non-Islam. Justru mungkin itulah –menurut penulis— tujuan dari takhalli dan tahalli. Itulah –masih menurut penulis— yang menjadi inti dari pengamalan tasawut, yaitu menghindari segala larangan Allah SWT dan hal-hal yang tidak beroleh cinta-Nya serta menghiasi diri dengan akhlak mulia. Prof. Dr. Jalaluddin Rachmat (Kang Jalal) berkata, “Dahulukan akhlak di atas fiqh”. Akhlak mulia itulah yang akan menjaga persaudaraan antar-umat manusia. Insya Allah.[]

[1] Kuliah Akhlak Tasawuf oleh Dr. Asep Usman Ismail, MA. pada 5 Desember 2007.
[2] إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِي سَيِيْلِ اللهِ صَفًّا كَأّنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوْصٌ (سورة الصف:4)
[3] Kuliah Akhlak Tasawuf oleh Dr. Asep Usman Ismail, MA. pada 5 Desember 2007.
[4] Ibid.
[5] Dikutip dari tulisan tentang tasawuf oleh Dr. Wahib.
[6] Ibid.
[7] Ibid.

--------------------------------------
Pengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan TajalliPengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan TajalliPengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan TajalliPengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan TajalliPengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan TajalliPengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan TajalliPengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan TajalliPengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan TajalliPengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan TajalliPengertian dan Asal Usul Tasawuf, Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahali, dan Tajalli

Sabtu, 27 September 2008

PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA

PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA
PENDAHULUAN

Perkembangan tasawuf di Indonesia erat kaitannya dengan budaya-budaya bangsa Indonesia yang bersifat mistik, tasawuf dapat berkembang secara cepat dalam persebaranya,tasawuf yang merupakan bagian dari metode penyebaran ajaran Islam sangat memounyai kemiripan dalam metode pendekatan-pendekatannyadengan pendekatan-pendekatan agama hindu-budha yang merupakan system keagamaan masyarakat Indonesia sebelum Islam. Kemiripan dalam metode pendekatan dengan tihan, inilah yang kemudian mempermudah berkembangnya taswuf di Indonesia.
Tasawuf merupakan alat dari salh satu persebaran Islam di Indonesia. Tasawuf yang dahulu berkembang di Guzarat {Pakistan dan India sekarang} merupakan singkronisasi keagamaan Indonesia, yaitu negeri Hindustan yang hal ini tidak jauh berbeda dengan sosiologis agama Hindu di Indonesia.

PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA

A. Sejarah Kebudayaan Bangsa Indonesia Sebelum Islam
Sebelum kita berbicara tentang perkembangan Tasawuf di Indonesia terlebih dulu kita berbicara tentang sekitar kebudayaan bangsa Indonesia sebelum Islam,kebudayaan bangsa Indonesia sebelum Islam banyak dipengaruhi oleh kebudayaan hindu, Budha, yang bercorak Animisme, Dinamise, Paganisme, yang berketuhanan Politaisme. Hal-hal yang menyangkut masalah tradisi dan kepercayaan melekat pada kepribadian bangsa Indonesia yang beranaeka ragam hal ini dikarenakan factor kebudayaan Hindu, Budha sudah tertanam lama pada pergaulan bangsa Indonesia hal ini dapat dilihat dari beberapa peninggalan kerajaan yang bercorakkan Hindu, Budha yang pernah ada di Indonesia,bisnya berbentuk bangunan maupun kesenian, di Indonesia peninggalan yang bercorakkan hindu,budha yang dapat kita jumpai adalah Candi. Candi yang terkenal dari kebudayaan hindu ialah Candi Borabudur yakni peninggalan dari kerajaan singosari di bantul Jogjakarta sedangkan Candi Budha yang terkenal ialah candi peranbanan di Jogjakarta. Faktor Hindu Budha yang banyak bercorakkan dinamisme membuat kemudahaan masunya Tasawuf yang merupakan bagian dari ajaran Islam yang menggunakan metode pendekatan, penyatuan dengan Tuhan hal ini tidak jauh berbeda dengan ajaran Hindu Budha yang menggunakan metode pendekatan unntuk menjadi brahmana yang dikenal dengan istilah semedi.

B. Sejararah Perkembangan Tasawuf Di Indonesia
Tasawuf diindonesia banyak diminati lantaran kebudayaan lama bangsa Indonesia yang bersafat mistik/mistik maupun mitos-mitos yang banyak berkembang,sebagai mana diutarakan pada kebudayaan bangsa Indonesia sebelum Islam. Tasawuf mudah masuk pada lini kebudayaan msyarakat Indonesia yang bercorak Mistis, hal ini dikarenakan aanya kemiripan dalam ajaran Tasawuf dengan kebudayaan lama bangsa Indonesia, kemiripan itu ada metode pendekatan dengan Tuhan, yakni pendekatan dengan Tuhan suatu symbol kesempurnaan, yang dapt dikatan peleburan {kesatuan antara Tuhan dan manusia} hal ini sebagai tingkatan tertinggi baik pada paham Al-hulul yang di bawa Al-Halaj maupun paham Wahdah Al-Wujud yang dibawa oleh Muhyidin Al-Arabi maupun paham Ma’rifah yang tokoh terkenalnya Robiah Al-Adawiyah. Semua merupakan bagian dari sutu metode agara bagaima dapat dekat, bersatu, melebur menjadi Tuhan.{menjadi satu kesatuan} hal ini hamper menyerupai dengan metode keagamaan Hindu maupun Budhadalam upaya mencapai kepada tingkatan tertingginya yakni menjadi berahmana seorang yang hendak mencapai berahmana harus mempunyai criteria-kriteria tertentu.bedanya Hindu Maupun Budha yaitu terletak pada penyatuan dengan tuhannya yang berbeda. Hal ini jelas karena perbedaan agama maupun tuhan yang berbeda.
Tasawuf di Indonesia terbagi berdasarkan territorial wilayah beberapa wilayah yang sudah berkembang dan sudah banyak pengikutnya yaitu , Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan tokoh-tokohnya di pulau Jawa oleh Wali Sanga, Sumatra oleh Hamjah fansuri, Kalimantan oleh Syekh Ahmad Khatib As-sambasi, Sulewesi oleh Syekh Yusuf Tajul Khalawati Al-Makasari.

1) Perkembangan Tasawuf di Pulu Jawa
Tasawufb masuk di Pulau Jawa di tandai dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Tepatnya di Demak Jawa Tengah pada tahun 1479 M. sekitar abad terakhir ke-XV M. penyebaran agama Islam di Pulau Jawa Oleh Para Wali Sanga Melaluin pendekatan mistik. Hal ini merupakan strategi pendekatan dan pembawuran dengan masyarakat, corak budaya yang begitu kental membuat sulit penyebarab Islam sehingga para Wali berusaha mengadakan pendekatan dengan menggunakan kebudayaan di sekitarnya untuk mengIslamkan masyrakat di pPulau Jawa, karena di ketahui penduduk mempunyai latar be;lakang kebudayaan Hindu Budha yang sangat kental. Cara ini ternyata banyak di minati oleh penduduk sehingga banyak yang memeluk agama Islam.

2) Pada perkembangannya Tasawuf di Indonesia lebih dikenalkan oleh Syekh Siti Jenar yang mengatakan bahwa “ ajaran Islam itu tidak pelu yang perlu hanyalah hakikat, Tuhan dam muhmmad adalah satu, kerena Muhammad adalah Nur, sedangkan Nur adalah Tuhan”, meskipun dalam perkembangannya ajaran Syekh Siti Jenar dianggap sesat oleh Para Wali.

3) Perkembangan Tasawuf du Pulau Sumatra
Pekembangan Tasawuf di Sumatra sama halnya di Pulau Jawa, yakni untuk mengIslamkan penduduk sumtra. Ulama sufi yang sangat berpengaruh ilah Hamzah Pansuru yang berfaham Wahdatul Wujud. Hamzah pansuri terkenal dengan tulisannya sehingga membuat ajaran Tasawuf banyak dikenal oleh banyak oerang. Kemudian muridnya Syekh Samsudin bin Abdillah As-Sumatrani yang bermukim di Aceh, tokoh sufi lainnya yang berpengaruh dalam penyebaran Islam di Sumatra Ialah Syekh Abdul Rau’uf bin Ali Al-Fansuri yang menyebarkan Tarekat Satariyah dan kemudian diikuti oleh murid-mueidnya. Ulama sufi yang lainnya adalah Syekh Abdu samad Al-Palambani. Perketaannya yang sering dikatan tentang sufu yaitu “ seorang sufi tidak boleh hanya mengajar dan berzikir saja tetapi ia harus berani membela agama Islam dengan fisik.

4) Perkembangan Tasawuf di Kalimantan
Perkembangan Tasawuf di Kalaimantan sama halnya perkembangan di pulau-pulau lain di nusantara salah seorang sufi yang terkemuka di Kalaimantan ialah Syekh Khatib As-Sambasi, ketika belajar di Mekkah be;liau lebih dikenal dengan nama Ahmad Khatib bin Abdul Ghafar As-sambasi Al-Jawi. Beliau dipandang oleh gurunya sebagai ahli Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf dan penghapa Qur’an. Sementara di Kalimantan Selatan Sufi di kembangkan oleh Syekh Muhammad Nafi Idris bin Husaei Al-banjiri yang di beri gelar oleh pengikutnya dengan nama maulan Al-Alamah Al-Mursad Ila Tarikis Salamah yang hidup semasa dengan Syekh Muhammad Ar-Sad bin Abdillah Al-Banjiri, tetapi mereka berbeda keahliannya dalam hal agama. Dimana Syekh Muhammad Nafis sangat mendalami Ilmu Tasawuf sadangkan Syekh Muhammad Ar-Sad lebih mendalami kepada Syari’at. Tarikat yang lebih mencolok pada Syekh Muhammad Nafis ialah diliha dari segi teologi yakni Asyariyah dan dari segi mahjab Figih lebih kepada Mahjab Syafi’i.

5) Perkembangan Tasawuf di Sulawesi
Hamper semua perkembangan Tasawuf di kepulauan Nusantara satu sama lain tidak jauh berbaeda. Yakni untuk mengIslamkan penduduk sekitar yang membedakan satu sama lainnya adalah tarekat yang kemudian berkembangnya saja, di Sulawesi Tasawuf yang berkembang bercorak Sunni dan Falsafi menskipun pada tarekat Falsafi banyak mencampur adukan ajaran Tasawuf dengan Ilmu Hitam, sehingga hal ini semakin membiongungkan masyarakat kalangan awam. hal seperti inilah yang kemudian membuat cira Tasawuf dimata masyrakar semakin direndahkan dan kurang diminati orang.

Ulam Tasawuf dari Sulawesi adalah SyekhYusuf Tajul Khalawati Al-Makasari, beliau lahir 8 Syawal 1036 H., bertepatan dengan 3 Juli 1629 M, beliau beraliran Tasawuf sunni yang bermukim di Goa Sulawesi Selatan


PENUTUP
Perkembangan taswuf di Indonesia mempunyaihakikat tujuan yakni islamisai pendududk Indonesia yang masih menganut kepercayaan tradisional yang bersifat animisme, dinamisme dengan pengaruh mistiknya, sementara itu taswuf digunakan oleh para wali untuk mengadakan pendekatan dengan masyarakat. Perkembangan tasawuf bukan hanya di pulau jawa akan tetapi di pulau-pulau lain kepulauan nusantara.
Tokoh-tokoh yang sangat terkenal mengajarkan tasawuf di pulau jawa maupun pulau-pulau lainnya adalah: dipualu jawa dikenal Syeih Siti Jenar, di pulau Sulawesi: Syeih Tazul Khalawati al-Maksari: di pualu Sumatra: Syeih Hamzah Pansuri, sedangkan di pulau Kalimantan ialah syekh ahmad Khotb as-sambasi. Mereka adalah sedikit dari sekian banyak tokoh-tokoh sufi yang mengajarkan tasawuf di Indonesia, yakni semuanya bertujuan guna menyebar luaskan agama Islam di Indonesia.
Bersambung ....


-----------------

 PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA

 PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA
TEMUKAN MAKALAH/ARTIKEL YANG ANDA CARI DI SINI:
Custom Search

Posting Terkini