Tampilkan postingan dengan label DI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DI. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 September 2008

PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA

PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA
PENDAHULUAN

Perkembangan tasawuf di Indonesia erat kaitannya dengan budaya-budaya bangsa Indonesia yang bersifat mistik, tasawuf dapat berkembang secara cepat dalam persebaranya,tasawuf yang merupakan bagian dari metode penyebaran ajaran Islam sangat memounyai kemiripan dalam metode pendekatan-pendekatannyadengan pendekatan-pendekatan agama hindu-budha yang merupakan system keagamaan masyarakat Indonesia sebelum Islam. Kemiripan dalam metode pendekatan dengan tihan, inilah yang kemudian mempermudah berkembangnya taswuf di Indonesia.
Tasawuf merupakan alat dari salh satu persebaran Islam di Indonesia. Tasawuf yang dahulu berkembang di Guzarat {Pakistan dan India sekarang} merupakan singkronisasi keagamaan Indonesia, yaitu negeri Hindustan yang hal ini tidak jauh berbeda dengan sosiologis agama Hindu di Indonesia.

PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA

A. Sejarah Kebudayaan Bangsa Indonesia Sebelum Islam
Sebelum kita berbicara tentang perkembangan Tasawuf di Indonesia terlebih dulu kita berbicara tentang sekitar kebudayaan bangsa Indonesia sebelum Islam,kebudayaan bangsa Indonesia sebelum Islam banyak dipengaruhi oleh kebudayaan hindu, Budha, yang bercorak Animisme, Dinamise, Paganisme, yang berketuhanan Politaisme. Hal-hal yang menyangkut masalah tradisi dan kepercayaan melekat pada kepribadian bangsa Indonesia yang beranaeka ragam hal ini dikarenakan factor kebudayaan Hindu, Budha sudah tertanam lama pada pergaulan bangsa Indonesia hal ini dapat dilihat dari beberapa peninggalan kerajaan yang bercorakkan Hindu, Budha yang pernah ada di Indonesia,bisnya berbentuk bangunan maupun kesenian, di Indonesia peninggalan yang bercorakkan hindu,budha yang dapat kita jumpai adalah Candi. Candi yang terkenal dari kebudayaan hindu ialah Candi Borabudur yakni peninggalan dari kerajaan singosari di bantul Jogjakarta sedangkan Candi Budha yang terkenal ialah candi peranbanan di Jogjakarta. Faktor Hindu Budha yang banyak bercorakkan dinamisme membuat kemudahaan masunya Tasawuf yang merupakan bagian dari ajaran Islam yang menggunakan metode pendekatan, penyatuan dengan Tuhan hal ini tidak jauh berbeda dengan ajaran Hindu Budha yang menggunakan metode pendekatan unntuk menjadi brahmana yang dikenal dengan istilah semedi.

B. Sejararah Perkembangan Tasawuf Di Indonesia
Tasawuf diindonesia banyak diminati lantaran kebudayaan lama bangsa Indonesia yang bersafat mistik/mistik maupun mitos-mitos yang banyak berkembang,sebagai mana diutarakan pada kebudayaan bangsa Indonesia sebelum Islam. Tasawuf mudah masuk pada lini kebudayaan msyarakat Indonesia yang bercorak Mistis, hal ini dikarenakan aanya kemiripan dalam ajaran Tasawuf dengan kebudayaan lama bangsa Indonesia, kemiripan itu ada metode pendekatan dengan Tuhan, yakni pendekatan dengan Tuhan suatu symbol kesempurnaan, yang dapt dikatan peleburan {kesatuan antara Tuhan dan manusia} hal ini sebagai tingkatan tertinggi baik pada paham Al-hulul yang di bawa Al-Halaj maupun paham Wahdah Al-Wujud yang dibawa oleh Muhyidin Al-Arabi maupun paham Ma’rifah yang tokoh terkenalnya Robiah Al-Adawiyah. Semua merupakan bagian dari sutu metode agara bagaima dapat dekat, bersatu, melebur menjadi Tuhan.{menjadi satu kesatuan} hal ini hamper menyerupai dengan metode keagamaan Hindu maupun Budhadalam upaya mencapai kepada tingkatan tertingginya yakni menjadi berahmana seorang yang hendak mencapai berahmana harus mempunyai criteria-kriteria tertentu.bedanya Hindu Maupun Budha yaitu terletak pada penyatuan dengan tuhannya yang berbeda. Hal ini jelas karena perbedaan agama maupun tuhan yang berbeda.
Tasawuf di Indonesia terbagi berdasarkan territorial wilayah beberapa wilayah yang sudah berkembang dan sudah banyak pengikutnya yaitu , Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan tokoh-tokohnya di pulau Jawa oleh Wali Sanga, Sumatra oleh Hamjah fansuri, Kalimantan oleh Syekh Ahmad Khatib As-sambasi, Sulewesi oleh Syekh Yusuf Tajul Khalawati Al-Makasari.

1) Perkembangan Tasawuf di Pulu Jawa
Tasawufb masuk di Pulau Jawa di tandai dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Tepatnya di Demak Jawa Tengah pada tahun 1479 M. sekitar abad terakhir ke-XV M. penyebaran agama Islam di Pulau Jawa Oleh Para Wali Sanga Melaluin pendekatan mistik. Hal ini merupakan strategi pendekatan dan pembawuran dengan masyarakat, corak budaya yang begitu kental membuat sulit penyebarab Islam sehingga para Wali berusaha mengadakan pendekatan dengan menggunakan kebudayaan di sekitarnya untuk mengIslamkan masyrakat di pPulau Jawa, karena di ketahui penduduk mempunyai latar be;lakang kebudayaan Hindu Budha yang sangat kental. Cara ini ternyata banyak di minati oleh penduduk sehingga banyak yang memeluk agama Islam.

2) Pada perkembangannya Tasawuf di Indonesia lebih dikenalkan oleh Syekh Siti Jenar yang mengatakan bahwa “ ajaran Islam itu tidak pelu yang perlu hanyalah hakikat, Tuhan dam muhmmad adalah satu, kerena Muhammad adalah Nur, sedangkan Nur adalah Tuhan”, meskipun dalam perkembangannya ajaran Syekh Siti Jenar dianggap sesat oleh Para Wali.

3) Perkembangan Tasawuf du Pulau Sumatra
Pekembangan Tasawuf di Sumatra sama halnya di Pulau Jawa, yakni untuk mengIslamkan penduduk sumtra. Ulama sufi yang sangat berpengaruh ilah Hamzah Pansuru yang berfaham Wahdatul Wujud. Hamzah pansuri terkenal dengan tulisannya sehingga membuat ajaran Tasawuf banyak dikenal oleh banyak oerang. Kemudian muridnya Syekh Samsudin bin Abdillah As-Sumatrani yang bermukim di Aceh, tokoh sufi lainnya yang berpengaruh dalam penyebaran Islam di Sumatra Ialah Syekh Abdul Rau’uf bin Ali Al-Fansuri yang menyebarkan Tarekat Satariyah dan kemudian diikuti oleh murid-mueidnya. Ulama sufi yang lainnya adalah Syekh Abdu samad Al-Palambani. Perketaannya yang sering dikatan tentang sufu yaitu “ seorang sufi tidak boleh hanya mengajar dan berzikir saja tetapi ia harus berani membela agama Islam dengan fisik.

4) Perkembangan Tasawuf di Kalimantan
Perkembangan Tasawuf di Kalaimantan sama halnya perkembangan di pulau-pulau lain di nusantara salah seorang sufi yang terkemuka di Kalaimantan ialah Syekh Khatib As-Sambasi, ketika belajar di Mekkah be;liau lebih dikenal dengan nama Ahmad Khatib bin Abdul Ghafar As-sambasi Al-Jawi. Beliau dipandang oleh gurunya sebagai ahli Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf dan penghapa Qur’an. Sementara di Kalimantan Selatan Sufi di kembangkan oleh Syekh Muhammad Nafi Idris bin Husaei Al-banjiri yang di beri gelar oleh pengikutnya dengan nama maulan Al-Alamah Al-Mursad Ila Tarikis Salamah yang hidup semasa dengan Syekh Muhammad Ar-Sad bin Abdillah Al-Banjiri, tetapi mereka berbeda keahliannya dalam hal agama. Dimana Syekh Muhammad Nafis sangat mendalami Ilmu Tasawuf sadangkan Syekh Muhammad Ar-Sad lebih mendalami kepada Syari’at. Tarikat yang lebih mencolok pada Syekh Muhammad Nafis ialah diliha dari segi teologi yakni Asyariyah dan dari segi mahjab Figih lebih kepada Mahjab Syafi’i.

5) Perkembangan Tasawuf di Sulawesi
Hamper semua perkembangan Tasawuf di kepulauan Nusantara satu sama lain tidak jauh berbaeda. Yakni untuk mengIslamkan penduduk sekitar yang membedakan satu sama lainnya adalah tarekat yang kemudian berkembangnya saja, di Sulawesi Tasawuf yang berkembang bercorak Sunni dan Falsafi menskipun pada tarekat Falsafi banyak mencampur adukan ajaran Tasawuf dengan Ilmu Hitam, sehingga hal ini semakin membiongungkan masyarakat kalangan awam. hal seperti inilah yang kemudian membuat cira Tasawuf dimata masyrakar semakin direndahkan dan kurang diminati orang.

Ulam Tasawuf dari Sulawesi adalah SyekhYusuf Tajul Khalawati Al-Makasari, beliau lahir 8 Syawal 1036 H., bertepatan dengan 3 Juli 1629 M, beliau beraliran Tasawuf sunni yang bermukim di Goa Sulawesi Selatan


PENUTUP
Perkembangan taswuf di Indonesia mempunyaihakikat tujuan yakni islamisai pendududk Indonesia yang masih menganut kepercayaan tradisional yang bersifat animisme, dinamisme dengan pengaruh mistiknya, sementara itu taswuf digunakan oleh para wali untuk mengadakan pendekatan dengan masyarakat. Perkembangan tasawuf bukan hanya di pulau jawa akan tetapi di pulau-pulau lain kepulauan nusantara.
Tokoh-tokoh yang sangat terkenal mengajarkan tasawuf di pulau jawa maupun pulau-pulau lainnya adalah: dipualu jawa dikenal Syeih Siti Jenar, di pulau Sulawesi: Syeih Tazul Khalawati al-Maksari: di pualu Sumatra: Syeih Hamzah Pansuri, sedangkan di pulau Kalimantan ialah syekh ahmad Khotb as-sambasi. Mereka adalah sedikit dari sekian banyak tokoh-tokoh sufi yang mengajarkan tasawuf di Indonesia, yakni semuanya bertujuan guna menyebar luaskan agama Islam di Indonesia.
Bersambung ....


-----------------

 PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA

 PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA

Rabu, 24 September 2008

ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM


ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM
Jika anda mendengar nama Brunei Darusalam, segera terbayang dari benak kita nuansa ke-Islaman yang sangat kental di tengah gemilang kehidupan disana hasil emas hitam yang mengalir tanpa henti di negeri kecil di Kepulauan Kalimantan tersebut. Brunei Darusalam adalah negara Islam-Melayu-Beraja, kerajaan tertua di Asia Tenggara.

Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bagian yang yang dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Nama Borneo berdasarkan nama negara ini, sebab pada zaman dahulu kala, negeri ini sangat berkuasa di pulau ini

Secara geografis, Brunei adalah suatu negara di pantai Kalimantan bagian utara, berbatasan dengan laut Cina Selatan, di sebelah utara dan dengan Serawak di sebalah selatan barat dan timur. Luas: 5,765 km2, penduduk 267.000 jiwa (1989), kepadatan penduduk 46/km2, agama: Islam( 63,4 %), Budha (14 %), Kristen (9,7 %), lain-lain (12,9 %). Bahasa Melayu, Ibu kota: Bandar Seri Begawan, satuan mata uang : Dolar Brunei (BI$)

Sebagian besar wilayah Brunei terdiri dari daratan. Dengan pantai berupa rawa-rawa dengan hutan bakau, tetapi makin jauh kepedalaman tanah makin bukit-bukit dengan ketinggian kurang dari 100 M. Diperbatasan dengan Serawak terdapat daerah berbukit dengan ketinggian diatas 300M.

Penduduk Brunei hanya berjumlah 370 ribu orang dengan pendapatan berkapita sekitar 23,600 dollar Amerika atau sekitar 225 juta rupiah, Penduduknya 67% beragama Islam, Budha 13%, Kristen 10% dan kepercayaan lainnya sekitar 10%. Islam adalah agama resmi kerajaan Brunei Darusalam yang dipimpin oleh Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah (1967-kini).


Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Brunei Darussalam


Catatan tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei berasal dari perkataan baru nah yaitu setelah rombongan klan atau suku Sakai yang dipimpin Pateh Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri baru. Setelah mendapatkan kawasan tersebut yang memiliki kedudukan sangat strategis yaitu diapit oleh bukit, air, mudah untuk dikenali serta untuk transportasi dan kaya ikan sebagai sumber pangan yang banyak di sungai, maka mereka pun mengucapkan perkataan baru nah yang berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka inginkan. Kemudian perkataan baru nah itu lama kelamaan berubah menjadi Brunei
Diperkirakan Islam di Brunei datang pada tahun 977 melalui jalur Timur Asteng oleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Catatan bersejarah yang membuktikan penyebaran Islam di Brunei adalah Batu Tarsilah. Catatan pada batu ini menggunakan bahasa Melayu dan huruf Arab. Dengan penemuan itu, membuktikan adanya pedagang Arab yang datang ke Brunei dan sekitar Borneo untuk menyebarkan dakwah Islam.
Silsilah kerajaan Brunei terdapat pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang pertama kali memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807).
Replika stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P'u Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedagang dan mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat tempat baik penduduk lokal maupun keluarga kerajaan
Islam menjadi agama resmi negara semenjak Raja Awang Alak Betatar masuk Islam (1406-1402). Awang Alak Betatar ialah Raja Brunei yang pertama memeluk Islam dengan gelar Paduka Seri Sultan Muhammad Shah. Dia terkenal sebagai pengasas kerajaan Islam di Brunei dan Borneo. Pedagang dari China yang pernah ke Brunei merakamkan beliau sebagai Ma-Ha-Mo-Sha. Beliau meninggal dunia pada 1402.
Awang Alak menganut Islam dari Syarif Ali. Dikatakan, Syarif Ali adalah keturunan Ahlul Bait yang bersambung dengan keluarga Rasulullah melalui cucu Baginda,Saidina Hassan. Pendekatan dakwah yang dilakukan Syarif Ali tidak sekadar menarik hati Awang Alak, dakwahnya menambat hati rakyat Brunei. Dengan kebaikan dan sumbangan besarnya dalam dakwah Islam di Brunei, beliau dinikahkan dengan puteri Sultan Muhammad Shah. Setelah itu, beliau dilantik menjadi Sultan Brunei atas persetujuan pembesar dan rakyat setempat
Sebagai pemimpin dan ulama, Syarif Ali gigih mendaulatkan agama Islam, diantaranya membina masjid dan melaksanakan hukum Islam dalam pentadbiran negara. Kegiatan membina masjid ini dijadikan pusat kegiatan keagamaan dan penyebaran Islam. Setelah tujuh tahun memerintah Brunei, pada 1432, Syarif Ali meninggal dunia dan dimakamkan di Makam Diraja Brunei.
Perkembangan Islam semakin maju setelah pusat penyebaran dan kebudayaan Islam Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511), sehingga banyak ahli agama Islam pindah ke Brunei. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tersebut telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Malaka, sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hingga abad ke-17 sewaktu memperluas kekuaaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya. Kemajuan dan perkembangan Islam semakin nyata pada masa pemerintahan Sultan ke-5, yaitu Sultan Bolkiah (1485 - 1524), yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung, seluruh pulau Kalimantan (Borneo), kepulauan Sulu, Kepulauan Balabac, Pulau Banggi, Pulau Balambangan, Matani dan Utara Pulau Pahlawan sampai ke Manila
Pada masa sultan ke-9, yaitu Sultan Hassan (1605-1619), dilakukan beberapa hal yang menyangkut tata pemerintahan, pertama, menyusun Institusi-institusi pemerintahan agama, karena agama memainkan peranan penting dalam memandu negara Brunei kearah kesejahteraan, kedua, menyusun adat istiadat yang dipakai dalam semua upacara, baik suka maupun duka. Di samping menciptakan atribut kebesaran raja dan perhiasan raja. Ketiga, memuatkan UU Islam yaitu Hukum Qanun yang mengandung 46 pasal dan 6 bagian. Aturan adat istiadat kerajaan dan istana tersebut masih kekal hingga sekarang.
Pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan kawasan timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Pengeran Mohidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa yang menggugat corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain.
Brunei Darussalam Pada Masa Penjajahan Inggris
Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja disana serta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.
Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada tahun 1906, Brunei menerima suatu langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang bertugas menasehati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali hal yang bersangkutan dengan adat istiadat setempat dan agama.
Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah, kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan. Di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei dan dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak cadangan (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu bercadang untuk membentuk sebuah negara yang merdeka.
Pada 1967, Sultan ke-28, Omar Ali Saifuddin III (1950-1967) telah turun dari takhta dan melantik putra sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah Brunei mencapai kemerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986.
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan. Perjanjian tersebut berisi 6 pasal. Akhirnya setelah 96 tahun di bawah pemerintahan Inggris Brunei resmi menjadi negara merdeka di bawah Sultan Hassanal Bolkiah pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.

Islam di Brunei Setelah Merdeka
Setelah merdeka Brunei menjadi sebuah negara Melayu Islam Beraja. “Melayu” diartikan dengan negara melayu yang mengamalkan nilai-nilai tradisi atau kebudayaan melayu yang memiliki unsur-unsur kebaikan dan menguntungkan. “Islam” diartikan sebagai suatu kepercayaan yang dianut negara yang bermazhab Ahlussunnah Waljamaah sesuai dengan konstitusi dan cita-cita kemerdekaannya. “Baraja” adalah suatu sistem tradisi melayu yang telah lama ada.

Brunei merdeka sebagai negara Islam di bawah pimpinan sultan ke-29, yaitu Sultan Hassanal Bolkiah Mu’izzadin Waddaulah. Panggilan resmi kenegaraan saultan adalah “ke bawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda dan yang dipersatukan negeri. Gelar “Muizaddin Waddaulah” (pinata agama dan negara) menunjukkan ciri keislaman yang selalu melekat pada setiap raja yang memerintah.

Sebelum abad 16, Brunei memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di Wilayah Kalimantan dan Filipina. Sesudah merdeka, di tahun 1984 Brunei kembali menunjukkan usaha serius bagi memulihkan nafas ke-islaman dalam suasana politik yang baru. Di antara langkah-langkah yang diambil ialah mendirikan lembaga-lembaga modern yang selaras dengan tuntutan Islam. Disamping menerapkan hukum syariah dalam perundangan negara, didirikan Pusat Kajian Islam serta lembaga keuangan Islam.

Sultan telah melakukan usaha penyempurnaan pemerintahan yaitu dengan membentuk Majelis Agama Islam atas dasar UU agama dan Mahkamah Kadi tahun 1955. Majelis ini bertugas menasehati sultan dalam masalah agama Islam.

Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki konstitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri, yang dipilih dan diketuai oleh Sultan sendiri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri. Pemilu, menurut kontitusi, harus diadakan setiap 5 tahun. Namun sejak 1965 tidak pernah lagi diadakan pemerintahan umum. Partai Demokrasi Nasional Brunei, partai politik satu-satunya dinegara ini, dibentuk pada tahun 1985.

Langkan lain yang ditempuh sultan adalah menjadikan Islam benar-benar berfungsi sebagai pandangan hidup rakyat Brunei dan satu-satunya ideologi negara. Untuk itu dibentuk jabatan hal Ehwal Agama yang bertugas menyebarkan paham Islam. Baik kepada pemerintah beserta aparatnya maupun kepada masyarakat luas. Brunei mengembangkan hubungan luar negeri dengan masuk Organisasi Konferensi Islam, ASEAN dan PBB.

Untuk kepentingan penelitian agama Islam, pada tanggal 16 September 1985 didirikan pusat dakwah yang juga bertugas melaksanakan program dakwah serta pendidikan kepada pegawai-pegawai agama serta masyarakat luas dan pusat pameran perkembangan dunia Islam. Di Brunei orang-orang cacat dan anak yatim menjadi tanggungan negara. Seluruh pendidikan rakyat (dari Tk sampai Perguruan Tinggi) dan pelayanan kesehatan diberikan secara gratis.
-------------------------------------------

Catatan Kaki:Ensiklopedia Indonesia Seri Geografi. Penyusun Redaksi Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT. Intermesa.1990) cet 1, hal 48
"http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei"
"http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei"
Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, liku-liku Pencapain Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam, (Brunei: Jabatan Pusat Sejarah,1992) Cet ke-1, hal 276-283
Ensiklopedia Islam Indonesia, Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Djambatan. 1992. hal 50
Ensiklopedia Islam, Jakarta: Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve. 1999. Cet. 5 hal 27



REFERENSI

Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, liku-liku Pencapain Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam, (Brunei: Jabatan Pusat Sejarah,1992) Cet ke-1.
Ensiklopedia Islam, Jakarta: Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve. 1999. Cet. 5
Ensiklopedia Islam Indonesia, Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Djambatan. 1992.
Ensiklopedia Indonesia Seri Geografi. Penyusun Redaksi Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: PT. Intermesa.1990) cet 1.
"http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei"

ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM
TEMUKAN MAKALAH/ARTIKEL YANG ANDA CARI DI SINI:
Custom Search

Posting Terkini