Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 September 2008

FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya

.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya
Pengertian Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah hasil pemikiran filsuf tentang ajaran ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis. Sedangkan menurut Ahmad Fu’ad al-Ahwani filsafat Islam ialah pembahasan tentang alam dan manusia yang disanari ajaran Islam.

Sejarah singkat timbulnya Filsafat Islam. Cara pemikiran Filsafat secara teknis muncul pada masa permulaan jayanya Dinasti Abbasiyah. Di bawah pemerintahan Harun al –rasyid, dimulailah penterjemahan buku-buku bahasa Yunani kedalam bahasa Arab. Orang-orang banyak dikirim ke kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Awalnya yang dipentingkan adalah pengetahuan tentang kedokteran, tetapi kemudian juga pengetahuan-pengatahuan lain termasuk filsafat.

Penterjemahan ini sebagian besar dari karangan Aristoteles, Plato, serta karangan mengenai Neoplatonisme, karangan Galen, serta karangan mengenai ilmu kedokteran lainya, yang juga mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya yang dapat dibaca alim ulama Islam. Tak lama kemudian timbulah para filosof-filofof dan ahli ilmu pengetahuan terutama kedokteran di kalam umat Islam.

Tujuan dan manfaat mempelajarinya.
Tujuan mempelajari filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan kebijaksanaan. Sedangkan manfaat mempelajarinya ialah :
1. Dapat menolong dan menididk, menbangun diri sendiri untuk berfikir lebih mendalam dan menyadari bahwa ia mahluk Tuhan
2. Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan

2. Pengaruh Filsafat Islam terhadap berbagai studi keislaman, khususnya dalam bidang tasawuf, teologi, dan fiqih

Filsafat Islam dengan Ilmu Tasawuf
Tasawuf sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara dan bagaimana seorang muslim berada dekat, sedekat mungkin dengan Allah. Tasawuf terbagi dua, yaitu Tasawuf Amali dan Tasawuf Falsafi. Dari pengelompokan tersebut tergambar adanya unsur-unsur kefilsafatan dalam ajaran tasawuf, seperti penggunaan logika dalam menjelaskan maqamat (al-fana, al-baqa, ittihad, hulul, wahdat al- wujud).

Filsafat Islam dengan Ilmu Kalam (Teologi)
Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran anatara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembmahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunanaan semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil naqli yang tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.

Filsafat Islam dengan Ilmu Fiqh
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan hokum diperlukan ijtihad, yaitu suatu usaha dengan mempergunakan akal dan prinsip kelogisan untuk mengeluarkan ketentuan-ketentuan hukum dari sumbernya. Syaikh Mustafa ‘Abdurrazaq dalam bukunya yang berjudul Tauhid Li Tarikhul Falsafatil Islamiyah (pengantar sejarah Islam) menyatakan, bahwa Ilmu Ushul Fiqh sepenuhnya diciptakan dan diletakkan dasar-dasar oleh Asy-Syafi’ie, tentu akan melihat dengan jelas adanya berbagai gejala pemikiran filsafat.

3. Filsafat Al – Kindi
Al Kindi berusaha memadukan anatara filsafat dan agama. Filsafat berdasarkan akal pikiran adalah pengetahuan yang benar (knowledge of truth), al Qur’an yang membawa argument-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat. Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang, bahkan berteologi adalah bagian dari filsafat, sedangkan Islam mewajibkan mempelajari Teologi

Bertemunya filsafat dan agama dalam kebenaran deamn kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal dan filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama (the first Truth) bagi Al kindi ialah Tuhan.
Keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga hal yaitu :
1. Ilmu agama merupakan bagaian dari filsafat
2. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan filsafat, saling berkesuaian
3. Menuntut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama

Filsafat Metafisika
Tuhan dalam filsafat al kindi tidak mempunyai hakiakat dalam arti aniah atau mahaniah. Tidak aniah karena kerena Tuhan tidak termasuk dealam benda-benda yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah pencipta alam. Ia tidak tersususn dari materi dan bentuk, juga tidak mempunya hakiakat dalam bentuk mahaniah, karena Tuhan bukan merupakan gensus dan species. Tuhan hanya satu, tidak ada yang serupa dengan-Nya. Tuhan adalah unik, Ia semata-mata satu. Hanya Ia lah yang satu dari pada-Nya mengandung arti banyak

Filsafat Jiwa
Menurut Al Kindi, roh itu tidak tersususn, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi roh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan roh dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifat spiritual, Ilahiah, terpisah sdan berbeda dari tubuh. Roh adalah lain dari badan dan mempunyai wujud sendiri. Keadaan badan (jasmanni) mempunyai hawa nafsu dan sifat pemarah (passion). Roh menentang keinginan hawa nafsu dan passion.

4. Filsafat Al-Farabi
Al Farabi berusaha memadukan beberapa aliran filsafat fal safah al taufiqhiyah atau wahdah ala falsafah yang bebrkembang sebelumnya, terutama pemikiran Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan filsafat.

Talfiq
Dalam ilmu logika dan fisika Ia dipengaruhi oleh Aristoteles, dalam masal;ah akhlak dan politik ia dipengaruhi oleh Plato, sedangkan dalam persoalan metafisika ia di pengaruhi oleh Plotinus. Al farabi berpandapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu adalah satu kesatuan, oleh karena itu para filosof besar harus menyatujui bahwa satu-satunya tujuan adalah mencari kebenaran.

Metafisika
Wajib al wujud a dalah tidak boleh tidak ada, ada dengan sendirinya, esensi dan wujudnya adalah sama dan satu. Ia adalah wujud yang sempurna selamanya dan tidak didahului oleh tiada.jika wujud ini tidak ada, maka timbul kemustahilan, karena wujud lain untuk adanya tergantung kepadanya. Inilah yang disebut dengan Tuhan. Sedangkan mumkin al wujud adalah sesuatu yang sama antara berwujud dan tidaknya. Mumkin al wujud tidak akan berubah menjadi actual tanpa adanya wuijud yang menguatkan, dan dan yang menguatkan itu bukan dirinya tetapi wajib al wujud.

Jiwa
Pendapat al Farabi tentang jiwa dip[engaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles, dan Plotinus. Jiwa bersifat rohani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan jiwa, tidak berpindah-pindah dari sutau badan ke badan yang lainnya. Jiwa manusia disebut al nafs al nathiqoh, yang bersal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalaq, berbentuk, berupa, berkadar, dan bergerak. Jiwa dicuiptakan tatkala jasad siap menerimanya.

Politik
Pemikiran al Farabi tentang politik yang amat penting ialah tentang politik yang dia tuangkan kedalam dua karyanya, al siyasah al madaniyyah (pemerintahan politik) dan ara’ ala madinah al fadhilah (pendapaf-pendapat tentang Negara utama). Menurut al Farabi yang terpenting dalam Negara adalah pimpanan atau penguasanya, bersama sama bawahannya sebagaimana halnya jantung dan organ tubuh yahng lebih rendah secara berturut-turut.

Moral
Al Farabi menekankan empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi bangsa-bangsa dan setiap warga Negara. Yakni :
1. keutamaan teoritis yaitu prinsip-prinsip pengetahuna yang diperoleh sejak awal tanpa diketahui cara dan asalnya, juga yang diperoleh dengan cara kontemplasi, penelitian,dan melalui belajar dan mengajar.
2. keutamaan pemikiran yaitu yang memungkinkan orang mengetahui hal-hal yang bermanfaat dalam tujuan.
3. keutamaan akhlak , bertujuan mencari kebaikan
4. kautamaan amaliyah, diperoleh dengan dua cara, yaitu pernyataan-pernyataan yang memuaskan dan merangsang.

Teori Kenabian
Teori kenabian yang di ajukan al Farabidi motifisir pemikiran filosof pada masanya yang mengingkari kesistensi kenabian oleh Ahmad ibn Ishaq al Ruwandi yang berkebangsaan yahudidab Abu baker Muhammad ibn Zakariya al Razi. Menurut mereka para sufi berkemampuan untruk mengadakan komunikasi dengan aql Fa’al.


5. Filsafat Ibn Sina

Tentang Wujud
Dari Tuhanlah kemajuan yang mesti, mengalir intelegensi pertama sendirian karena hanya dari yang tunggal. Yang mutlak, sesuatu yang dapat mewujud. Tetapi sifat ontelegensi pertama tidak selamanya mutlak satu, karena ia bukan ada dengan sendirinya, ia hanya mungkin dan kemungkinannnya itu diwujudkan oleh Tuhan. Berkat kedua sifat itu, yang sejak saat itu melingkupi seluruh ciptaan di dunia, intelgensi pertama memunculkan dua kewujudan yaitu :
a. Intelegensi kedua melalui kebaikan ego tertinggi dari adanya aktualitas.
b. Lingkungan pertama dan tertingi berdasarkan segi terendah adanya, kemungkinan alamiyah. Dua proses pamancaran inii berjalan terus sampai kita mencapai intelegensi kesepuluh yang mengatur dunia ini, yang oleh kebanyakan filosuf muslim disebut sebagai malaikat Jibril.

Al Tawfiq (rekonsiliasi) antara Agama dan Filsafat
Sebagaimana Al Farabi, Ibn Sina juga mengusahakan pemanduan antara agama dan filsafat. Menurutnya nabi dan filsof menerima kebenaran dari sumber yang sama, yakni malaikat Jibril yang disebut juga sebagai akal kesepuluh atau akal aktif. Perbedaannya hanya terletak pada cara memperolehnya. Bagi nabi, tejadinya hubungan dengan malaikat Jibril melalui akal materiil, yang disebut hads (kekuatan suci, qudsiyyat), sedangkan filosof melalui akal mustafad.

Emanasi
Emanasi Ibn Sina menghasilkan sepuluh akal dan sembilan planet, sembilan akal mengurusi sembilan planet dan akal kesepuluh mengurusi bumi. Berbeda dengan pendahulunya Al Farabi, masing-masing jiwa berfungsi sebagai penggerak satu planet, karena akal (immateri) tidak bisa langsung menggerakan planet yang bersifat materi. Akal pertama adalah malaikat tertinggi dan akal ke sepuluh adalah malaikat Jibril yang bertugas mengatur bumi beserta isinya.

Jiwa
Secara garis besar pembahasan Ibn Sina tentang jiwa terbagi sebagai berikut :
a. Jiwa tumbuh-tumbuhan, mempunya tiga daya : makan, tumbuh , dan berkembang biak.
b. Jiwa binatang, mempunyai dua daya : gerak (al-mutaharrikat) dan menangkap (al-mudriakt).
c. Jiwa manusia, mempunyai dua daya : praktis (yang berhubungan dengan badan), teoritis (yang hubungannya dengan hal-hal abstrak)

Kenabian
Sejalan dengan teori kenabian dan kemukjizatan, Ibn Sina membagi manusia dalam empat kelompok : mereka yang kecakapan teoritisnya sudah mencapai tingkatan penyempurnaan yang sedemikian rupa sehingga tidak membutuhkan lagi guru sebangsa manusia, sedangkan kecakapan praktisnya telah mencapai suatu puncak yang sedemikian rupa sehingga berkat kecakapan imajinatif mereka yang tajam, mereka mengambil bagian secara langsung pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa masa kini dan akan datang dan kemampun menimbulkan gejala-gejala aneh di dunia. Kemudian ia mempunyai daya kekuatan intuitif, tetapi tidak mempunyai daya imajinatif. Lalu orang yang mengungguli sesamanya hanya dengan ketajaman daya praktis mereka.

Tasawuf
Ibnu Sina memulai tasawufnya dengan akal yang dibantu oleh hati. Dengan kebersihan hati dan pancaran akal, lalu akal akan menerima ma’rifat dari akal af’al. Dalam pemahaman Ibn Sina jiwa-jiwa manusia tidak beda dengan lapangan ma’rifahnya dan ukuran persiapannya untuk berhubungan dengan akal af’al.

Mengenai Tuhan dengan manusia, bertempatnya Tuhan dihati manusia tidak diterima oleh Ibn Sina, karena manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya, tetapi melalui perantara untuk menjaga kesucian perhubungan antara manusia dengan Tuhan saja. Karena manusia mendapat sebagian pencaran dari hubungan tersebut. Pancaran dan sinar ini tidak langsung kaluar dari Allah, tetapi melalui akal af’al.

6. Filsafat Al-Ghazali

Epistimologi
Pada mulanya ia berangggapan bahwa pengetahuan itu adalah hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indra. Tetapi kemudian ternyata bahwa baginya panca indra juga berdusta. Karena tidak percaya pada panca indra, al Ghazali kemudian meletakan kepercayaannya kepada akal. Alasan lain yang membuat al Ghazali terhadap akal goncang, karena ia melihat bahwa aliran-aliran yang mengunakan akal sebagai sumber pengetahuan, ternyata menghasilkan pandangan-pandangan yang bertentangan, yang sulit diselesaikan dengan akal.

Lalu al Ghazali mancari ilm al yaqini yang tidak mengandung pertentangan pada dirinya. Tiga bulan kemudian Allah memberikan nur yang disebut juga oleh Al Ghazali sebagai kunci ma’rifat ke dalam hatinya. Dengan demikian bagi Al Ghazali intuisi lebih tinggi dan lebih dipercaya daripada akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini.

Metafisika
Lain halnya dengan lapangan metafisika (ketuhanan) al Ghazali memberikan reaksi keras terhadap neo platonisme Islam, menurutnya banyak sekali terdapat kesalahan filsuf, karena mereka tidak teliti seperti halnya dalam lapangan logika dan matematika. Menurut al Ghazali, para pemikir bebas tersebut ingin menanggalkan keyakinan-keyakinan Islam dan mengabaikan dasar-dasar pemuajan ritual dengan menganggapnya sebagai tidak berguna bagi pencapaian intelektual mereka.

Menurut Al Ghazali ilmu Tuhan adalah suatu tambahan atau pertalian dengan zat, artinya lain dari zat, kalau terjadi tambahan atau pertalian dengan zat, zat Tuhan tetap dalam keadaannya.
Al Ghazali membagi manusia kepada tiga golongan, yaitu :
a. kaum awam, yang cara berfikirnya sederhana sekali.
b. kaum pilihan, yang akalnya tajam dan berfikirnya secara mendalam.
c. kaum penengkar.

Moral
Ada tiga teori penting mengenai tujuan mempelajari ahklak, yaitu
a. Mempelajari akhlak sebagai studi murni teoritis.
b. Mempelajari akhlak sehingga akan meningkatkan sikap dan prilaku sehari-hari.
c. Karena akhlak merupakan subjek teoritis yang berkenaan dengan usaha menemukan kebenaran tentang hal-hal moral.

Kebahagiaan di surga ada dua tingkat, yang rendah dan yang tinggi. Yang rendah terdiri dari kesengan indrawi seperti makan dan minum, sedangkan yang tertingi ialah berada dekat dengan Allah dan menatap wajah-Nya yang Agung senantiasa.

Jiwa
Jiwa berada di alam spiritual, sedangkan jasad di alam materi. Setelah kematian jasad musnah tapi jiwa tetap hidup dan tidak terpengaruh dengan kematian tersebut, kecuali kehilangan wadahnya. Adapun hubungan jiwa dan jasad dari segi pandangan moral adala setiap jiwa diberi jasad, sehingga dengan bentuannya jiwa bisa mendapatkan bekal hidup kekalnya. Jiwa merupakan inti hakiki manusia dan jasad hanyalah alat baginya untuk utnuk mencari bekal dan kesempurnaan, karena jasad sangat diperlukan oleh jiwa maka ia haus dirawat baik-baik. Menurut al Ghazali setiap perbuatan akal menimbulkan pengaruh pada jiwa, yakni membentuk kualiatas jiwa, asalkan perbuatan itu dilakukan dengan sadar.

7. Filsafat Ibnu Thufail

Filsafat dan Agama
Menurutnya filsafat dan agama adalah selaras, bukan merupakan gambaran dari hakikat yang satu. Yang dimaksud agama disini adalah batin dan syari’at. Ia juga menyadari adanya perbedaan tingkat pemahaman pada manusia. Ia menganggap tidak semua orang dapat mencapai kepada wajib al wujud dengan jalan berfilsafat seperti yang ditempuh oleh hayy. ‘Asal’ ‘salaman’ dan masyarakat awam tidak mungkin mengetahui al haqq, karena keterbatasan akalnya.

Metafisika
Bagi Ibn Thufail, dalil adanya Allah adalah gerak alam. Sesuatu yang bergerak tidak mungkin terjadi sendiri tanpa ada yang penggerak di luar alam, dan berbeda dengan yang digerakkan. Penggerak itu adalah Allah.
Ibn Thufail membagi sifat Allah kepada dua macam :
a. sifat yang menetapkam wujud zat Allah, seperti ilmu, qudrat dan sifat-sifat ini adalah zat-Nya sendiri.
b. Sifat yang menfikan hal kebendaan dari zat Allah, sehingga Allah maha suci dari ikatan hal kebendaan.

Epistimologi
Ibn Thufail menunjukkan jalan untuk sampai kepada objek pengetahuan yang maha tingi atau Tuhan. Jalan pertama melalui wahyu, dan jalan kedua adalah melalui filsafat. Ma’rifat melalui akal ditempuh dengan jalam keterbukaan, mengamati, meneliti, mancari, mencoba, membandingkan, klasifikasi, generalisasi dan menyimpulkan. Jadi ma’rifah adalah sesuatu yang dilatih mulai dari yang kongkrit berlanjut kepada yang abstrak. Dan khusus menuju global. Seterusnya dilanjutkan dengan perenungan yang terus menerus. Ma’rifah melalui agama terjadi lewat pemahaman wahyu dan memahami segi batinnya dzauq. Hasilnya hanya bisa dirasakan, sulit untuk dikatakan. Tidak heran kalau muncul syatahat dari mulut seorang sufi. Jadi proses yang dilalui ma’rifat semacam ini tidak mengikuti deduksi atau induksi, tetapi bersifat intuitif lewat cahaya suci.

Jiwa
Ada tiga kategori jiwa, yaitu :
a. jiwa fadhilah, yakni kekal dalam kebahagiaan karena menganal Tuhan dan terus mengerahkan perhatian dan renungan kepadanya. kelak jiwa ini akan di tempakan di sorga.
b. Jiwa fasiqah, yakni jiwa yang kekal dalam kesengsaraan dan tempatnya dineraka. Karena pada mulanya jiwa ini telah menganal Allah, tetapi kemudian melupakannya dengan melakukan berbagai maksiat.
c. Jiwa jahiliyyah, yakkni jiwa yang musnah karena tidak pernah menganal Allah sama sekali, jiwa ini sama halnya dengan hewan melata.
Ibn Thufail menawarkan tiga jenis amaliyah yang harus diterapkan dalam hidup :
 amaliyah yang menyerupai hewan (amaliyah yang dibutuhkan dan juga dapat menjadi penghalang untuk meningkatkan amaliyah berikutnya yang lebih tinggi).
 Amaliyah yang menyerupai benda angkasa, yakni melakukan hubungan baik dengan dibawahnya, dengan dirinya, dengan Tuhannya.
 Amaliyah yang menyerupai al wajib al wujud, amaliyah ini akan mampu mengantar kepada kebahagiaan abadi sebagai sarana akhir dari prinsip moral.

8. Filsafat Ibn Rusyd
Aliran filsafat Ibn Rusyd adalah rasional. Ia menjunjung tinggi akal fikiran dan menghargai peranan akal, karena dengan akal fikiran itulah manusia dapat menafsirkan alam maujud. Akal fikiran bekerja atas dasar pengertian umum (ma’ani kulliyah) yang didalamnya tercakup semua hal ihwal yang bersifat partial (juz’iyah). Ia menjelaskan bahwa kuliyyat adalah gambaran akal, tidak berwujud kenyataan diluar akal.
Metode-metode pembuktian kebenaran

Metode-metode yang dapat dilakukan manusia untuk membuktikan kebenaran ada tiga macam :
a. Metode Demonstrasi (al burhaniah)
b. Metode Dialektik (al Jadaliyyah)
c. Metode Retorika (al khatabiyyah)

Metafisika
Dalam masalah ketuhanan ia berpendapat bahwa Allah adalah penggerak pertama (muharik al awal). Sifat positif kepada Allah adalad akal dan ma’qul. Wujud Allah aialah esa-Nya. Wujud dan keesaannya tidak berbeda dari zat-Nya. Sebagai orang berfikir rasional, ibn Rusyd menafsirkan agama pun dengan penafsiran rasional. Namun ia tetap berpegang kepada sumber agama, yakni al Qur’an. Dalam mengenal sang pencipta tidak mungkin berhasil kecuali dengan melakukan pengamatan terhadap wujud yang diciptakan Allah.

Kenabian
Ibn Rusyd tdak mengatakan bahwa nabi Muhammad saw tidak mengaku dirinya adalah nabi dengan mengemukakan hal-hal yang menyimpang dari hukum alam (mukjizt) sebagai tantang terhadap lawan-lawannya. Maka Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar, karena syari’at yang dimuatnya berupa kepercayaan dan amalan yang tidak mungkin bisa dicari dan pelajari kecuali dengan wahyu.

Ibn Rusyd mengadakan pemisahan anatara dua macam mukjizat. Pertama, mukjizat Iuaran (al barrani), yaitu yang tidak sesuai dengan sifat yang karenannya seorang nabi . kedua, mukjizat yang sesuai dengan (al-munasib) sifat kenabian tersebut, yaitu syari’at yang yang dibawanya untuk kebahagiaan umat.

Tingkat Kemampuan Manusia
Pembenaran atau pembuktian sesuatu memang dipengaruhi oleh kapasitas individual. Diantaranya ada yang melakukan pembuktian (kebenaran) dengan cara burhan (demontrasi), ada juga lewat dialektik (jadali) seteguh ahli burhan melakukan demontrasi karena memang kemampuannya memang hanya sampai disitu, dam ada lagi melalui dalil retorik (khatabi) seteguh ahli burhan melakukan pembuktian dengan dalil-dalil demonstratif.

Alam semesta antara qadim dan hadits
Kondisi benda-benda wujud yang tertangkap indra, seperti air, udara, hewan, bumi, dan tumbuh-tumbuhan terbagi beberapa kondisi yaitu : wujud yang tercipta dari sesuatu di luar dirinya sendiri, tetapi berasal dari sesuatu yang berbeda, yaitu penyebab gerak (sebab fa’il, Officent cause), tercipta dari bahan (materi) tertentu, dan bahwa wujud ini keberadaannya didahului oleh zaman. Tingkat wujud semacam ini telah disepakati oleh semua pihak, baik pengikut Asy’ari maupun para filsuf klasik, untuk menyebutnya sebagai (muhdatsah) tercipta setelah tidak ada.

9. Filsafat Suhrowardi Al Maktul
- Pandangan Suhrowardi terhadap metafisika dan cahaya pada dasarnya tetap bersifat immaterial.
- Entitas yang pertama yang diciptakan Tuhan adalah akal pertama, kemudian melalui proses emanasi timbul akal kedua dan seterusnya.

Epistimologi
- Ia mengembangkan teori iluminasi dengan cara menggabungkan akal dan intuisi.
- Tujuan akhir pengetahuan iluminasi dan ma’rifat yang merupakan puncak pengetahuan.

Derajat tauhid
a. Tak ada Tuhan kecuali Allah (tauhid orang awam).
b. Tak ada Dia kecuali Dia.
c. Tak ada Engkau kecuali Engkau.
d. Tak Aku kecuali Aku.
e. Tak wujud kecuali wujud –Nya.

Kosmologi
- Alam semesta adalah manisfestasi cahaya pertama (Tuhan).
- 4 tingkatan alam :
a. Alam akal (alam al uqlu)
b. Alam jiwa (alam an nufus)
c. Alam materi (alam al ajsam)
d. Alam mitsal (alam al mitsal)

Psikologi
- Disamping ada jiwa dan akal ada sumber lain pengetahuan yairtu persepsi batin.
- 5 tahap perkembangan spiritual :
1. aku. 2. engkau tak ada 3. aku tidak ada.
4. hanya engkau yang ada.


10. Filsafat Ibn ‘Arabi

Filsafat Ibn ‘Arabi tentang wujud (realitas) Tuhan, alam semesta, dan manusia.
- Pengertian Wahdat al wujud.
Wahdat al Wujud terdiri dari dua kata, yaitu : wahdat (sendiri, tunggal,kesatuan) sedangkan wujud (ada). Dengan demikian Wahdat al wujud berarti kesatuan wujud.
- Kata al wahdah digunakan pula oleh para ahli filsafat dan sufistik sebagai suatu kesatuan antara materi dan roh, substansi (hakikat) dan format (bentuk), antara yang nampak (lahir) dan yang batin, antara alam dan Allah, karena alam dari segi hakikatnya qadim dan berasal dari Tuhan.

Tuhan
- Tuhan yang sebenarnya adalah Allah yaitu yang Esa, mutlak, tak terbatas, dan wujud Nya meliputi segala sesuatu.
- Antara mahluk (manusia) dan al haqq (Tuhan) sebenarnya satu kesatuan dari wujud Tuhan, dan yang sebenarnya adalah wujud Tuhan itu.
- Pada benda-benda yang ada di alam ini Tuhan dapat melihat diri Nya.
- Pada benda-denda alam ini terdapat sifat-sifat Tuhan.
- Allah - Yang tak terbatas
- Tuhan - Cahaya
- Pencipta - Wujud
- Yang mutlak - Ada
- Yang sebenarnya

Alam semesta
- alam semesta terbagi atas tiga :
1. Tajalli (Penampakan Tuhan).
2. Ciptaan Allah.
3. Tanda kekuasaan Nya

Manusia
Manusia adalah Mahluk : - Ruhani - Jasmani
Manusia adalah mahluk ruhani yang menggunakan jasmaninya sebagai kendaraan dan alat untuk mencapai tujuannya yaitu kembali kepada Allah. Manusia adakah mahluk jasmani (wujud manusia hanyalah photocopy dari wujud Tuhan).


11. Filsafat Mulla Shadra

Epistimologi
- Tuhan bisa di capai pengetahuan
- Perjalanan akal menuju Tuhan melalui 4 tahap :
a. Dari mahkluk (halq) menuju hakikat kebenaran atau pencipta (haqq).
b. Dari hakiakat ke hakiakat dengan hakikat (min al haqq ila al haqq bi al haqq).
c. Dari hakikat kepada mahluk dengan hakikat (min al haqq ila al khalq bi al haqq).
d. Dari mahluk ke mahluk ke mahluk dengan hakikat (min al khalq ila al khalq bi al haqq)

Metafisika
- Metafisika Mulla Shadra dibangun atas tiga pilar :
1. Wahdah (unity).
2. Ashalah (wujud primer)
3. Tasykik (gradation/wujud)
- Semuanya adalah realitas tunggal (wujud itu satu)
- Wujud (realitas) itu satu tetapi berbeda intensitasnya
- Wujud Allah berdiri sendiri (qiyamuhu binafsihi)

Jiwa
- jiwa adalah entelechy badan jasmaniah yang bekerja melalui fakultas-fakultas yang disebut organ.
- Jiwa manggunakan badan untuk berpindah dari alam materi kealam spiritual.
- Jiwa manusia edan jiwa hewan sama-sam mamiliki kemampuan melepaskan dirinya dengan imaginasi akltual (khayal bi al fi’l), sedangkan manusia dengan akal actual (‘aql bi al fi’l)

Moral
- Untuk memperoleh kebahagiaan tertinggi manusia harus mengetahui petunnjuk Allah (Islam)
- Manusia sangat tergantung kepada kesempurnaan jiwa dalam proses inteleksi (ta’aqqul).
- Pengetahuan dapat mengalih bentuk orang yang tahu dalam proses trans-substansi (harka jauharia) nya menuju kesempurnaan.

12. Filsafat Muhammad Iqbal

Agama dan Filsafat
- Agama ialah suatu konsep dari suatu pengalaman yang kompleks, sebagian bersifat rasional, etik, dan sebagian lagi bersifat spiritual.
- Agama bukan semata-semata hanya pikiran atau cuma perasaan juga bukan sekedar tindakan tetapi merupakan ekspresi manusia secara keseluruhan, karenanya agama tak bertentangan dengan filsafat, bahkan merupakan suatu segi yang penting dari pengalama total, tentang realitas yang harus dirumuskan oleh filsafat.

Alam dan Manusia
- Alam yang konkret dalam (al-qur’an) merupakan satu realitas ciptaan, dimana yang katual dan yang ideal bergabung dan memperlihatkan adanya suatu pola rasional yang jelas.
- Manusia sebagai kekuatan yang sangat dinamis didalamnya (alam semesta) merupakan agen utama atau pekerja bersama Tuhan di dalam proses perealisasian potensi-potensi realitas yang tak terbatas.

Tuhan
- ia mendapatkan beberapa kesejajaran dengan konsep dinamis tentang
Tuhan sebagai kehendak atau energi yang kreatif yang terdapat dalan teori atomistic teologis al Asy’ary.
- Tuhan sebagai ego yang tak terbatas yang immanen dalam akal, dan ditunjuk oleh Al Qur’an sebagai yang awal dan yang akhir, yang lahir dan yang batin.
- iradah yang abadi (eternal will) dan kaindahan digolongkan menjadi salah satu sifat darinya, sikap yang meilingkupi nilai seni dan susila.

Ego/Khudi
- Bersifat maha pencipta, daya ciptanya tidak terbatas
- Bersifat maha mengetahui
- Bersifat maha kuasa
- Bersifat abadi

.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup,
.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya.FILSAFAT ISLAM; Pengertian, Ruang Lingkup, Sejarah, Tujuan, dan Manfaat MempelajarinyaSejarah, Tujuan, dan Manfaat Mempelajarinya

SEJARAH ISLAM NUSANTARA

SEJARAH ISLAM NUSANTARA
Belum ada tolak ukur kesepakatan di antara para sejarawan dalam memberikan tolak ukur pada kedatangan Islam di Indonesia. Perbedaan- perbedaan tersebut, selain disebabkan oleh perbedaan-perbedaan kategori yang digunakan dalam melihat sosok Islam, juga berkaitan erat dengan perbedaan dalam memahami apa yang dimaksud dengan “Islam”. Kelompok pertama, mereka menyatakan bahwa islamisasi dapat didasarkan pada kriteria minimal formal keagamaan, seperti pengucapan dua kalimat syahadat, pemakaian nama Muslim atau pemakaian aksara Arab pada batu nisan atau pada pengambilan beberapa kata atau istilah yang berasal dari “pusat dunia Islam” seperti Timur Tengah atau Persia. Pengertian Islam seperti ini terutama dianut oleh sejarawan lokal, dan juga oleh sejumlah sejarawan asing. Sedangkan kelompok kedua, yang mayoritas digunakan oleh sejarawan asing, menggunakan aspek “sosiologi” sebagai para meter, yaitu sejauh mana Islam dan perangkat institusinya berfungsi secara aktual dan secara keseluruhan di dalam masyarakat Muslim setempat. Menurut pandanagan ini pengucapan kalimat syahadat belaka belum dapat dikategorikan atau dijadikan tolak ukur penetrasi Islam di wilayah tertentu, meskipun secara formal keagamaan sudah memadai untuk membuat seseorang menjadi Muslim. Kalau diakui sebagai penganut Islam , mereka digolongkan sebagai Muslim yang mempraktekkan ajaran Islam secara lebih taat dalam kehidupan sehari-harinya.

Kalau pengertian dan ukuran pertama digunakan , maka beberapa kawasan tertentu seperti Samudera Pasai atau Leran di Jawa Timur telah memeluk Islam sedikitnya sejak akhir abad ke-11. Ini karena masing-msing tempat ditemukan batu nisan yang bertuliskan Arab yang bertahun 1927 (di Pasai) dan 1102 (di Leran). Selain itiu, Marco Polo yang mengunjungi wilayah Samudera Pasai pada 1292 menyebutkan bahwa Perlak sudah memeluk Islam, sementara “Samara” (Samudera) masih menyembah berhala. Demikian pula, pengembara Muslim Maroko, Ibnu Battuta, yang mengunjungi pasai pada 1345 menyatakan bahwa masyarakat setempat sudah masuk Islam. Dari tempat-tempat inilah kemudian Islam menyebar keseluruh Nusantara.

Mengenai tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara, sedikitnya ada empat teori besar. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. Teori ini dikemukakan Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), De Hollander (1861), dan Veth (1878). Crawfurd menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, meskipun ia menyebut adanya hubungan dengan orang-orang “Mohammedan” di India Timur. Keyzer beranggapan bahwa Islam datyang dari Mesir yang bermazhab Syafi’I, sama seperti yang dianut kaum Muslimin Nusantara umumnya. Teori ini juga dipegang NIemann dan De Hollander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan Mesir, sebagai sumber datangnya Islam, sebab Muslim Hadramaut adalah pengikut mazhab Syafi’I seperti juga kaum Muslimin Nusantara.

Teori kedua, diajukan oleh Veth yang berpendapat bahwa orang-orang Arablah yang menyebarkan Islam di Timur Tengah. Teori semacam ini juga diajukan Hamka dalam seminar “Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” pada tahun 1962. Menurutnya Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab, bukan melalui India, dan bukan pula pada abad ke-1, melainkan pada abad pertama Hijriyah/7 M.

Ketiga, Teori yang mengatakan bahwa Islam di Nusantara datang dari India pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan Sulaiman, Marco Polo, dan Ibnu Battuta, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’I dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke Asia Tenggara. Menurutnya , melalui perdagangan amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumya istilah-istilah Persia yang dibawa dari India digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan Nusantara. Teori ini lebih lanjut dikembangkan oleh Snouck Hurgronye yang melihat para pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah Islam baru ini. Teori Snouck lebih lanjut dikembangkan oleh Marrison pada 1951. Dengan menunjuk tempat yang pasti di India, ia menyatakan dari sanalah Islam datang ke Nusantara. Ia menunjuk pantai Koromandel sebagai pelabuhan tempat bertolaknya para pedagang Muslim dalam pelayaran mereka menuju Nusantara.

Teori keempat, yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (kini Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pires yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Dan Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya, dari arah pantai Timur, bukan dari Barat (Malaka), pada abad ke-11, melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu. Ia beralasan bahwa secara doktrin, Islam di semenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang, elemen-elemen prasasti di Trengganu juga lebih mirip dengan Prasasti yang ditemukan di Leran.

Semua teori diatas jelaslah belum final, meskipun telah banyak sejarawan yang menulis tentang masalah ini. Agenda penelitian dan penafsiran lebih lanjut menyangkut sifat penyebaran agama Islam di kawasan ini terlepas dari mana datangya Islam dan faktor-faktor apa yang menyebabkan Islam berkembang menjadi agm dominan dalam pertarungannya dengan sistem-sistem agama, kebudayaan dan tradisi lain yang sebelumnya dominan atau dalam waktu yang kira-kira bersamaan dengan datangnya Islam, berusaha pula mengembangkan pengaruhnya.

A. Proses Masuknya Islam Ke Indonesia
Teori yang menjelaskan masuknya Islam ke Indonesia cukup variatif sesuai dengan bukti historis yang para sejarawan temukan. Suatu teori menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Para sarjana sepakat bahwa agama Islam mulai berkembang dengan semarak pada ke-13 setelah terbentuknya komuniti-komuniti Islam dalam jumlah yang cukup besar di berbagai tempat di kepulauan Indonesia. Komuniti-komuniti itu terdiri dari kaum urban yang telah memeluk Islam dan para pendatang yang terdiri dari kaum pedagang, sarjana, ulama dan sufi. Pertanyaan kemudian adalah bagaimana proses islamisasi itu berlangsung? Melalui jalur apa Islam masuk ke Indonesia?

Menurut Hanun Asrohah menyebutkan bahwa ada tiga teori yang berbicara tentang proses Islamisasi di Indonesia, yakni pertama, teori bahwa Islam dibawa ke Nusantara melalui para pedagang Gujarat dan Arab Saudi. Kedua, Islam tersebar di Indonesia melalui para ulama (mullah). Atau dengan kata lain, menurut teori ini proses Islamisasi di Indonesia pernah dilakukan juga melalui jalur-jalur pendidikan sebagaimana yang pernah dilakukan Maulana Malik Ibrahim, Syekh Ishaq dan lain sebagainya. Dan ketiga, melalui jalur kekuasaan keraton. Teori ini mengindikasikan bahwa raja-raja di Nusantara ketika itu memiliki peran dan pengaruh signifikan dalam penyebaran Islam di Indonesia. Seorang raja yang telah masuk Islam biasanya akan diikuti oleh rakyat secara serentak. Sementara Uka Tjandrasasmita sebagaimana dikutip Badri Yatim menyebutkan bahwa saluran-saluran islamisasi melalui enam cara, yaitu:
1. Jalur Perdagangan
Tradisi berdagang dengan cara berpindah dari satu negara ke negara lainnya merupakan satu tradisi dan kerekteristik yang pernah dikembangkan oleh bangsa-bangsa Arab, India, dan Gujarat. Bahkan bisnis berdagang dijadikan sebagai jalan alternative dalam mengais rezki sekaligus penyebaran Islam di Dunia, termasuk penyebaran Islam di Indonesia.

Pada masa awal, saudagar-saudagar Muslim dikenal cukup mendominasi perdagangan di Nusantara. Hubungan pergaulan antara pedagang Muslim dengan penduduk setempat akhirnya dapat menarik hati penduduk setempat untuk memeluk Islam. Besarnya pengaruh saudagar Muslim mampu memperkenalkan nilai-nilai Islam terutama ketentuan hukum Islam mengenai perdagangan yang memberi keuntungan ekonomi secara maksimal, sekaligus mereka membatasi adanya pilihan terhadap agama-agama lain. Hubungan ini dilakukan pada abad ke-7 hingga ke-16 M, ketika itu para penduduk Indonesia masih belum mengenal Islam sebagai satu agama dan keyakinan. Pada waktu itu, masyarakat Indonesia lebih mengenal agama Hindu, Budha, pemujaan terhadap benda-benda keramat (aninisme, dinanisme) dan lain sebagainya. Para pedagang Muslim banyak bermukim di pesisir pulau Jawa yang penduduknya ketika itu masih kafir. Bahkan mereka berhasil mendirikan mesjid-mesjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi benyak.

2. Jalur Perkawinan
Penyebaran Islam di Indonesia banyak didukung oleh adanya hubungan perkawinan antara bangsawan yang notabene pedagang Muslim dengan para wanita dari kalangan bangsawan. Mungkin tidak sedikit para ulama (mullah) yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman pada masyarakat Indonesia yang kemudian diambil menantu oleh para bangsawan terkemuka. Sebut saja Sunan Ampel (Raden Rahmat) kawin dengan Nyi Manila, Sunan Gunung Djati kawin dengan Kawunganten, dan sebagainya.

3. Jalur Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran-ajaran yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syaikh Lemah Abang, Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.

4. Jalur PendidikanIslamisasi juga melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselanggarakan oleh guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok-pondok itu, calon ulama, guru agama,dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang diundang ke Maluku Untuk mengajarkan agama Islam.

5. Jalur Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga adalah pencipta wayang kult dan tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang, dan kini kesenian itu menjadi kesenian tradisional Jawa yang paling popular hingga saat inii. Sunan Kalijaga tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, namun telah dipangkasi akar-akar hinduisme di dalamnya. Di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesinian lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.

6. Jalur Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebudayaan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam masuk Islam.

Ada faktor yang cukup menentukan bagi cepatnya perkembangan Islam di Indonesia, khususnya antara abad ke-13 hingga abad ke-17, yang sering dilupakan oleh para pengkaji sejarah Islam. Factor itu ialah peranan organisasi dagang yang disebut ta’ifa, semacam gilde yang mempunyai jaringan perdagangan yang luas mulai dari Istanbul, Turki, hingga ke Sumatera dan pulau Jawa. Anggota-anggota ta’ifa tidak hanya terdiri dari para saudagar dan bangsawan kaya. Tetapi juga bekas tentara yang ingin mengabdikan diri bagi penyebaran agama Islam, para ulama dan sarjana dari berbagai disiplin ilmu, muballigh, penyair, sastrawan, sufi, seniman, pengrajin, pengusaha pabrik tekstil, parabot, keramik dan lain-lain, guru agama dan bahasa Arab, pakar perkapalan dan pelayaran, tabib dan banyak lagi profesi yang terlibat dalam sebuah ta’ifa.

B. Kontribusi Umat Islam Terhadap Pembinaan Masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia
Islam sebagai satu bentuk keberagamaan yang memiliki karekteristik dan watak seperti ajarannya yang terbuka (inklusiv), dapat menampung dan menerima ajarannya agama terdahulu yang masih sesuai dengan ajaran Islam (akomodatif), bersifat egaliter,reformatif dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan inti ajaran Islam itu sendiri yakni memposisikan semua ajarannya sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).

Dalam persoalan politik, kehadiran Islam di beberapa tempat mendorong terjadinya perubahan pola kekuasaan dan melahirkan kesatuan-kesatuan politik Islam dalam bentuk kesultanan-kesultanan. Agama Islam juga membawa berbagai pandangan baru yang revolusioner untuk masa itu. Bagi Nurcholis Madjid kondisi Islam yang seperti itu dengan dua alasan sebagai berikut, pertama, sifat Islam sebagai agama egaliter radikal yang berakibat pada penyudahan sistem kasta dalam masyarakat Hindu Nusantara dan penghentian praktek sati (keharusan seorang janda untuk terjun ke dalam api yang juga digunakan untuk membakar jenajah suaminya). Kedua, Islam dengan kesadaran hukumnya yang amat kuat telah melengkapi penduduk nusantara khususnya para pedagang dengan sistem hukum yang berjangkauan internasional yang mampu mendukung kegiatan perdagangan dalam konteks ekonomi global yang saat itu sedang dalam kekuasaan Islam.

Dalam bidang ekonomi sosial Islam telah membuka masyarakat untuk senantiasa berlaku adil dalam melakukan transaksi, tidak berbuat curang dalam timbangan, harus ada kesepakatan antara penjual dan pembeli serta bagaimana konsep keseimbangan, tidak boros atau tidak berlebihan yang dianjurkan al-Qur’an juga mampu menciptakan suasana kehidupan manusia yang sehat, damai dan sejahtera. Dengan demikian, kedatangan Islam sesungguhnya bukan tanpa makna bagi kehidupan umat manusia, Islam banyak memberikan kontribusi dan peran signifikan di setiap sektor kehidupan manusia.

Dalam konteks Indonesia, kedatangan Islam sejak abad ke-7 M telah menampilkan sebuah pola dan sikap keberagaman yang bisa diterima oleh hampir sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa alasan antara lain, pertama, tidak sedikit para pedagang yang berbangsa asing yang pada akhirnya menetap di nusantara, bahkan menikah dengan wanita pribumi. Kedua, banyak kerajaan-karajaan di Nusantara yang pada akhirnya bergabung dengan Islam.

Dengan demikian, keberadaan Islam pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat dan mampu memainkan peran yang cukup penting dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang pendidikan, politik, sosial ekonomi perdagangan dan kebudayaan.

1. Kontribusi Umat Islam Sebelum KemerdekaanDalam kancah politik, Islam memiliki doktrin bahwa rasa nasionalisme terhadap tanah air, cinta tanah air (hubbull watan) menjadi ciri mendasar ajaran Islam itu sendiri. Doktrin yang dimiliki umat Islam yang pada akhirnya menggugah rasa nasionalisme yang kuat terhadap hati mayoritas masyarakat Muslim di Indonesia untuk berjuang dalam mempertahankan bumi pertiwi. Nasionalisme ini bisa dibuktikan melalui cara peperangan langsung (fisik) atau dapat juga melalui jalur diplomasi. Perjuangan fisik ini dapat dibuktikan dengan serangkaian usaha yang dilakukan para pahlawan Indonesia seperti, Pangeran Diponegoro (1785-1830 M) dari Yogyakarta, RA Kartini dari Jawa, Cut Nyakdin dari Aceh, Imam Bonjol dari Sumatera barat, Sultan Hasanudin dari Banten, Syarif Hidayatullah dari Cirebon, Budi Utomo ((1908-1939 M) dan pahlawan lainnya yang berusaha menentang penjajah dengan satu tujuan agar Negara Kesatuan Republik Indonesia ((NKRI) kembali kepangkuan ibu pertiwi.

Perjuangan melalui jalur diplomatik seperti yang pernah dilakukan para pahlawan lainnya seperti Haji Agus Salim dan Abdoel Moeis sebagai tokoh central Sarekat Islam (1915), KH. Ahmad Dahlan (1869-1923 M) yang kemudian mendirikan organisasi beraliran modernis (1912), KH. Hasyim Asy’ari mendirikan organisasi tradisionalis Nahdatul Ulama (1926), KH. Abdullah Ahmad yang kemudian mendirikan Madrasah Adabiyah di Padang Sumatera Barat, Moh Hatta, Moh Yamin Moh Syahrir, Moh Natsir, H. Samanhoedi, Adam Malik, H. Abdul Karim Abdullah. Sebagian besar dari tokoh tersebut juga dicatat dalam sejarah sebagai tokoh yang pernah mengonsep Piagam Jakarta yang kemudian dijadikan sebagai dasar pembentukan falsafah negara Indonesia yakni Pancasila. Dan masih banyak pahlawan Islam lain yang mencoba melakukan serangkaian usaha demi memajukan bangsa Indonesia.

Dalam pendidikan, umat Islam juga memiliki peran yang cukup signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan upaya yang dilakukan oleh para tokoh Muslim tersebut, misalnya KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari dalam merespon pendidikan yang diterapkan oleh Belanda yang cukup sekuler, tidak berpihak kepada rakyat kecil, dan mendikhotomikan ilmu pengetahuan agama dan Ilmu pengetahuan umum, dengan lembaga yang bisa merespon keinginan masyarakat Indonesia secara luas, yakni pendidikan pesantren dan madrasah. Melalui lembaga pendidikan ini masyarakat Indonesia dapat belajar ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum secara seimbang. Pendidikan Islam tidak menghendaki terjadinya dikotomi keilmuan, sebab dengan adanya sistem dikotomi menyebabkan sistem pendidikan Islam menjadi sekularistis, rasionalistis, empiris, intuitif dan materialistis. Keadaan demikian tidak mendukung tata kehidupan umat yang mampu melahirkan peradaban Islam.

Terlepas dari perbedaan usaha yang coba dilakukan para tokoh tersebut yang pasti sebelum kemerdekaan RI usaha negoisasi melalui jalur politik, pembinaan akhlak melalui pendidikan agama dan organisasi keislaman, usaha perbaikan ekonomi atas prakarsa organisasi Sarekat Dagang Islam dan lain sebagainya. Usaha-usaha tersebut yang pada akhirnya membuk mata hati rakyat Indonesia untuk bersatu, demi satu kata Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dan kembali ke bumi pertiwi.

2. Kontribusi Umat Islam Setelah KemerdekaanTerbentuknya NKRI tidak lantas mengakhiri perjuangan yang pernah dilakukan para pendiri dan pahlawan Indonesia. Serangkaian usaha dalam rangka perjuangan bangsa Indonesia terus dilakukan demi sebuah cita-cita yang sangat ideal, yakni menciptakan negara yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur. Oleh karena itu, pasca kemerdekaan, umat Islam terus berupaya dan berjuang terutama dalam rangka pembinaan moralitas bangsa, mengisi pembangunan, perbaikan pendidikan, dan perbaikan sumber daya manusia Indonesia.

Kehadiran Departemen Agama dapat dikatakan sebagai satu di antara banyak kontribusi yang dilakukan umat Islam. Departemen ini didirikan pada 3 Januari 1949 berdasarkan UUD 1945 pasal 29, bahwa Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa dan bahwa Negara menjamin kemerdekaan atas setiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

Selain itu juga, lahirnya lembaga-lembaga keagamaan seperti Majlis Ta’lim, pesantren salaf dan pesantren modern, serta munculnya Islamic Boarding School merupakan kontribusi riil yang coba dimainkan umat Islam. Kehadiran lembaga-lembaga tersebut secara tidak langsung telah memberi warna tersendiri bagi perjalanan sejarah Sistem Pendidikan Nasional.

Melalui jalur pendidikan, mulai dari tingkat Taman Pendidikan al-Qur’an ((TPA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah ((MA), dan IAIN, STAIN serta UIN, juga merupakan satu kontribusi yang sangat bernilai. Lembaga-lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Depag tersebut di samping telah ikut andil dalam membantu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, juga tidak sedikit investasi materi yang lahir melalui peran lembaga tersebut.

Peranan umat Islam dalam mengisi kemerdekaan juga bisa dilihat dari berbagai serangkain usaha, tindakan yang kemudian berimbas pada lahirnya organisasi seperti, MUI, ICMI, Bank Muamalat Indonesia (BMI), lembaga pemerintahan seperti Depag RI, perundang-undangan seperti undang-undang peradilan agama, Kompilasi Hukum Islam (KHI), dan lain sebagainya.

Didirikannya Majlis Ulama Indonesia ((MUI) sebagai lembaga yang bertugas menampung segala aspirasi keagamaan dari organisasi Islam, menyeleksi dan mengevaluasi tentang kehalalan atau keharaman suatu makanan, juga memberi fatwa keagamaan secara mutlak kepada umat Islam, sehingga keberadaannya harus dijadikan sebagai rujukan dan dapat memenangkan seluruh masyarakat Muslim tanpa terkecuali.

3. Islam Indonesia dan Tantangan Masa Depan
Islam Indonesia adalah etnis yang sah dan refresentatif dari masyarakat Islam internasional dan tidak harus diapresiasi sebagai bagian menyimpang kesadaran keummatan-keislaman intenasional. Umat Islam yang satu bukanlah sebuah bentuk di mana setiap bagiannya harus menyerahkan kepalanya masing-masing untuk diseragamkan dalam segala hal. Memang terdapat keseragaman nyata di wilayah teologis, syari’ah, dan ubudiyah, namun itu bukan berarti keseragaman dalam semua hal. Islam justeru mentoleransi sejumlah perbedaan dan menganggapnya sebagai rahmat.

Hal ini penting untuk dicatat mengingat konstalasi global saat ini secara sepihak menempatkan Islam vis a vis barat dalam medan pertentanagan fisik yang saling menafikan. Peristiwa 11 September 2001 di New York, perang As melawan Taliban, kehancuran Palestina dan pengepungan Iraq seolah-olah menjadi fakta tunggal umat Islam.

Ini diperparah lagi dengan kampanye barat yang intens bahwa Islam identik dengan kekerasan dan apa yang disebut mereka sebagai terorisme sebagaimana tercermin melalui jaringan Al-Qaeda, Otsama bin Laden, Rezim Taliban, Saddam Husein atau Imran Khoemeini. Barat memang tidak pernah mau serius berdialog secara sejajar dengan umat Islam secara keseluruhan.

Di sisi lain, kampanye barat ini berdampak pada semakin bermunculnya kelompok minoritas Islam garis keras (saat ini mulai berkembang subur di Indonesia) yang bermimpi menciptakan komando (kekhalifahan) tunggal dan menyeru untuk berkonfrontasi secara fisik dengan Amerika. Agenda kelompok ekstrim ini seolah-olah mendominasi aktivitas umat Islam internasional yang berjumlah 1 milyar jiwa.

Persoalan ini yang harus dipecahkan secara kreatif dan substantive oleh seluruh umat Islam internasional, termasuk di Indonesia. Kesadaran dan kenyataan Islam Indonesia adalah modal yang besar dan strategis guna melakukan agenda dan tugas-tugas peradaban dan cultural baik dalam area domestic, regional, maupun internasional. Kita harus mampu melanjutkan contoh yang baik dari para pendahulu kita seperti komunitas Wali Songo dalam mengapresiasi perbedaan, improvisasi cultural maupun penyusunan agenda-agenda besar di masa depan.



DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos. 2000)
Azra, Azyumardi, Perspektif Islam di Asia Tenggara. (Jakarta: Yayasan obor Indonesia. 1991)
Gholib, Achmad, Study Islam: Pengantar Memahami Agama, Al-Qur’an, Al-Hadist & Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Faza Media, 2006)
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)
Madjid, Nurcholis, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan Indonesia. (Jakarta. Paramadina. 1997)
Noer, Deliar, Membincang Tokoh-tokoh Bangsa. (Bandung: Mizan, 2001)
Nurdin, Ali & Abd. Aziz Hasibuan, Islam dan Prospek Keberagamaan di Indonesia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) cet.1
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004)




SEJARAH ISLAM NUSANTARASEJARAH ISLAM NUSANTARASEJARAH ISLAM NUSANTARASEJARAH ISLAM NUSANTARASEJARAH ISLAM NUSANTARASEJARAH ISLAM NUSANTARASEJARAH ISLAM NUSANTARASEJARAH ISLAM NUSANTARASEJARAH ISLAM NUSANTARA
TEMUKAN MAKALAH/ARTIKEL YANG ANDA CARI DI SINI:
Custom Search

Posting Terkini