A. Pendahuluan
Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia) >> Tentunya kita semua akan bertanya-tanya apa yang mendorong Jalaluddin Rahmat menulis tafsir bil Ma’tsur ini. Menurut penjelasan beliau adalah bahwa sebuah gambar Kartopus, yang sangat mengesankan. Seorang gadis belia, berusia sekitar sepuluh tahun, berjilbab dan tersenyum manis. Ia memeluk al-Quran berukuran besar. Inilah generasi al-Quran bersamaan dangan kebangkitan islam, kita lihat minat generasi abad ini untuk mempelajari al-Quran. Tentunya banyak hal-hal yang menarik dari tafsir ini, konon Gladstone adalah seorang arsitek imprealism Inggris, pernah membawa al-Quran ke gedung parlemen. Sambil mengacung kan kitab suci itu, ia berkata : “selama orang-orang Mesir itu memegang buku ini detangan mereka, kita tidak akan menikmati kedamaian di negeri itu”. Hari ini yang memegang al-Quran bukan hanya orang-orang islam di Mesir, di Iran, presiden Rafsanjani mencium Endang, anak Indonesia, karena ia menegakkan rakyat Iran dengan qira’atnya yang indah.
Generasi abad ini adalah generasi al-Quran, tingakat kecintaan kepada al-Quran sudah sangat ekstrim, sehingga sebagian orang menganggap al-Quran saja sudah cukup, karena itu mereka menolak adanya sunnah yang dipandangnya selain tidak otentik juga membingungkan, sebagian lagi menafsirkan al-Quran tanpa bantuan ilmu-ilmu al-Quran. Tak jarang mereka manghasilakan penafisran yang aneh-aneh, dan akhirnya menafikan tafsir-tafsir yang lain. Sebagian lagi mngusulkan penafsiran kontekstual. Kita harus memahami ayat denga latar belakang historisnya. Kita harus melihat bahwa bagaimana Rasulullah dan para sahabatnya memahami ayat-ayat itu. Hampir semua orang setuju dengan cara ini, tetapi mereka kekurangan sumber rujukan. Tatkala umat islam sedang bersemangat kembali kepada al-Quran, Tafsir bil Ma’tsur merupakan penafsiran al-Quran dengan al-Quran lagi, atau dengan mengutip sabda Rasulullah, ucapan Sahabat dan Tabi’in (al-Dzahabi, al-Tafsir wal Mufasirun: 1 : 152).
Tulisan tafsir bil ma’tsur ini terdiri dari pendahuluan, daftar isi, kemudian penutup. Penulis tafsir ini dilakukan dalam beberapa cara yang nantinya akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya kemudian di sisni akan dijalaskan sistematika tafsir panafsiran dari bil Ma’tsur tersebut.
B. Biografi
Jalaluddin Rahmat adalah nama yang tak asing disebut dalam dunia ilmu pengetahuan di Indonesia. Pria kelahiran 29 Agustus 1949 ini lebih dikenal sebagai pakar komunikasi. Meski demikian, berbagai karya yang berkaitan dengan dunia keislaman, termasuk karya dengan tafsir al-Quran. Ayahnya dalah seorang aktifis islam di desanya. Ayahnya adalah seorang kiyai yang juga lurah desa. Akibat kemelut politik islam pada saat itu, ayahnya meninggalkannya dalam usia dua tahun.
Ia meninggalkan desanya sejak masuk SMP di kota Bandung. Karena merasa rendah diri, kang Jalal menghabiskan masa remajanya di perpustakaan negeri peninggalan Belanda. Disinilah ia berkenalan dengan gagasan-gagasan besar para filosof, terutama Spinoza dan Nietzche. Sejumlah buku berbahasa arab ditinggalkan ayahnya dan kemudian di baca oleh kang Jalal. Dari sini ia berkenalan dengan Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghozali.
Gelar kesarjanaannya di raih di jurusan penerangan Fakultas Publistik Universitas Padjajaran Bandung (1976). Dalam posisinya sebagai dosen, ia memperoleh beasiswa Fulbright dan masuk Lowa State University. Ia mengambil kuliyah komunikasi dan psikologi. Ia lulus dengan predikat magna cum laude. Karena mendapat perfact 4.0 grade point average. Sepulangnya dari Amerika, ia aktif mambina mahasiswa dan banyak memberikan kuliyah etika dan agama islam di ITB dan IAIN, serta berobsesi untuk mengkaji hubungan sains dan agama.
Sejumlah karya telah di torehkan, beberapa diantaranya : Khutbah-khutbah di Amerika, Catatan Kang Jalal, Visi Media, Politik dan Pendidikan, Islam Aktual, Rafleksi Sosial seorang Cendekiawan Muslim, Islam Alternatif, Reformsi Sufistik, Psikologi Komunikasi, sampai pada tahun 1999 buku ini telah di cetak ulang sebanyak 14 kali, Tafsir bil Ma’tsur; Pesan Moral al-Quran, Meraih Cinta Ilahi;Pencerahan Sufistik, Rekayasa Sosial; Reformsi atau Revolusi?, Psikologi Agama; Sebuah Pengantar, dan masih banyak karya-karya yang lain.
Sebagai seorang aktifis, ia menjadi ketua Dewan Syura IJABI (Ikatan Jamaa Ahli Bait Indonesia). Sosok yang sangat komunikatif dalam bertutur ini dikaruniai lima orang anak dan dua orang cucu.
C. Sistematika Tafsir
Tafsir bil Ma’tsur karangan Jalaluddin Rahnmat ini dala susunanhya pertama-tama dimulai dengan pendahuluan. Secara garis besasr dijelaskan tentang latar belakang tafsir tersebut ditulis, sehingga pada akhir kata mengajak kita semua untuk menetahui latar belakang dinalik ayat-ayat al-Quran, kemudian daftar isi yang tediri dari tema-tema tersebut tidak saling berkaitan antara satu sama yang lain, jadi tiap tema memliki pembahasan yang berbeda.
Setelah pendahuluan daftar isi kemudian lampiran. Dalam lampiran tersebut terdapat beberapa hadist yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Quran yagn ditafsir oleh Jalaluddin Rahmwat.
D. Sistematika Penafsiran
Sistematika penafsiran Jalaluddin Rahmat ini tediri dari beberapa jilid, sistematikanya tidak berdasarkan urutan ayat al-Quran, tetapi lebih banyak berdasarkan pada pesan moral yang disampaikannya. Penulis berharap agar para pembaca dapat berpindah dari satu jilid ke jilid yang lain dengan mudah karena setip jilid adalah buku tersendiri. Dalam penulisan teks, tafsir ini ditulis dengan awali ayat-ayat al-Quran, terkemah, kemudian teks yang menjelaskan kandungan ayat ersebut. Berdasarkan tafsir yang saya ambil dari karangan Jalaluddin Rahmat ini, tafsir ini bentuknya sperti buku. Sistematika penafsiran dalam penulisan teks tidak berurutan namun dala buku tafsir (pesan moral al-Quran) ini diawali dengan Ta’udz beserta penafsiranya kemudian basmallah juga beserta penafsiran setelah itu ayat-ayat yang secara tidak berurutan. Tafisr bil Ma’tsur ini di tulis dengan menggunakan beberapa cara, diantaranya: menjelaskan ayat-ayat dengan Ababun Nuzul, mengutip peristiwa-peristiwa diluar zaman Nabi, yang digunakan para Mufasir untuk menerangkan kandungan makna al-Quran.
Dalam tafir ini, juga terdapat beberapa hadis. Dalam lampitran-lampiran hadist tersebut ditulis berdasarkan tiga hal : 1. Otentisitas, kesahihan hadist. 2. Relevansi, kaitannya dengaaan pesan moral yang di kandung ayat al-Quran. 3. Aktualitas; kaitan pesan moral itu dengan keadaan umat islam sekarang .
Hadits-hadis tersebut dikutip berdasarkan peristiwa-peristiwa pada zaman rasulullah, tentu saja pemilihan hadis itu dilakukan secara selektif bukan untuk membela mazhab tertentu seperti dituduhkan sebagian orang yang jahil. Tafsir ini lebih banyak mengandung pesan moral yang disampaikan.
E. Keistimewaan Tafsir
Dilihat dari tafsir tersebut ada beberapa keistimewaan yang dapat kita temukan seperti :
a). tafsir bil ma’tsur (pesan moral) ini mudah dipahami,dibaca karena tafsir ini menyerupai buku-buku bacaan.
b). Dalam pemilihan ayat, tidak begitu panjang dan penafsirannyapun mudah untuk dicerna
c). Sistematika penafsiran ini ditulis dengan asbabun-nuzul sehinggga dengan mudah kita akan mengetahui kandungan dari ayat-ayat tersebut.
F. Penutup
Setelah melihat tafsir bil ma’tsur karangan Jalaludin Rahmat ini, bahwa dalam tafsir ini banyak mengandung pesan-pesan moral yang disampaikan. Selain itu jugadalam tafsirnya bisa dilihat bahwa tafsir ini mudah dibaca dan dipahami karena bentuknya seperti buku bacaan biasa.
Dalam tafsirnya yang juga terdapat beberapa hadits dalam lampiran yang tidak dicantumkan dalam alur tulisan agar membacanya secara sinambung.
Dalam tafsir karangan Jalaludin Rahmat ini, kita juga dapat mengetahuio beberapa metode yang ditulis daklam penafsirannya.
Buku tafsir ini ditulis oleh Jalaludin Rahmat untuk mereka yang ingin mengetahui latar belajang dibalik ayat-ayat al-qur’an, kepada mereka yang ingin memahami ayat al-qur’an dalam bingkai kemanusiaan, yang ingin menghakimi dunia dengan pesan moral abadi dari firman Allah swt.
-------------
Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)
Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia) >> Tentunya kita semua akan bertanya-tanya apa yang mendorong Jalaluddin Rahmat menulis tafsir bil Ma’tsur ini. Menurut penjelasan beliau adalah bahwa sebuah gambar Kartopus, yang sangat mengesankan. Seorang gadis belia, berusia sekitar sepuluh tahun, berjilbab dan tersenyum manis. Ia memeluk al-Quran berukuran besar. Inilah generasi al-Quran bersamaan dangan kebangkitan islam, kita lihat minat generasi abad ini untuk mempelajari al-Quran. Tentunya banyak hal-hal yang menarik dari tafsir ini, konon Gladstone adalah seorang arsitek imprealism Inggris, pernah membawa al-Quran ke gedung parlemen. Sambil mengacung kan kitab suci itu, ia berkata : “selama orang-orang Mesir itu memegang buku ini detangan mereka, kita tidak akan menikmati kedamaian di negeri itu”. Hari ini yang memegang al-Quran bukan hanya orang-orang islam di Mesir, di Iran, presiden Rafsanjani mencium Endang, anak Indonesia, karena ia menegakkan rakyat Iran dengan qira’atnya yang indah.
Generasi abad ini adalah generasi al-Quran, tingakat kecintaan kepada al-Quran sudah sangat ekstrim, sehingga sebagian orang menganggap al-Quran saja sudah cukup, karena itu mereka menolak adanya sunnah yang dipandangnya selain tidak otentik juga membingungkan, sebagian lagi menafsirkan al-Quran tanpa bantuan ilmu-ilmu al-Quran. Tak jarang mereka manghasilakan penafisran yang aneh-aneh, dan akhirnya menafikan tafsir-tafsir yang lain. Sebagian lagi mngusulkan penafsiran kontekstual. Kita harus memahami ayat denga latar belakang historisnya. Kita harus melihat bahwa bagaimana Rasulullah dan para sahabatnya memahami ayat-ayat itu. Hampir semua orang setuju dengan cara ini, tetapi mereka kekurangan sumber rujukan. Tatkala umat islam sedang bersemangat kembali kepada al-Quran, Tafsir bil Ma’tsur merupakan penafsiran al-Quran dengan al-Quran lagi, atau dengan mengutip sabda Rasulullah, ucapan Sahabat dan Tabi’in (al-Dzahabi, al-Tafsir wal Mufasirun: 1 : 152).
Tulisan tafsir bil ma’tsur ini terdiri dari pendahuluan, daftar isi, kemudian penutup. Penulis tafsir ini dilakukan dalam beberapa cara yang nantinya akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya kemudian di sisni akan dijalaskan sistematika tafsir panafsiran dari bil Ma’tsur tersebut.
B. Biografi
Jalaluddin Rahmat adalah nama yang tak asing disebut dalam dunia ilmu pengetahuan di Indonesia. Pria kelahiran 29 Agustus 1949 ini lebih dikenal sebagai pakar komunikasi. Meski demikian, berbagai karya yang berkaitan dengan dunia keislaman, termasuk karya dengan tafsir al-Quran. Ayahnya dalah seorang aktifis islam di desanya. Ayahnya adalah seorang kiyai yang juga lurah desa. Akibat kemelut politik islam pada saat itu, ayahnya meninggalkannya dalam usia dua tahun.
Ia meninggalkan desanya sejak masuk SMP di kota Bandung. Karena merasa rendah diri, kang Jalal menghabiskan masa remajanya di perpustakaan negeri peninggalan Belanda. Disinilah ia berkenalan dengan gagasan-gagasan besar para filosof, terutama Spinoza dan Nietzche. Sejumlah buku berbahasa arab ditinggalkan ayahnya dan kemudian di baca oleh kang Jalal. Dari sini ia berkenalan dengan Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghozali.
Gelar kesarjanaannya di raih di jurusan penerangan Fakultas Publistik Universitas Padjajaran Bandung (1976). Dalam posisinya sebagai dosen, ia memperoleh beasiswa Fulbright dan masuk Lowa State University. Ia mengambil kuliyah komunikasi dan psikologi. Ia lulus dengan predikat magna cum laude. Karena mendapat perfact 4.0 grade point average. Sepulangnya dari Amerika, ia aktif mambina mahasiswa dan banyak memberikan kuliyah etika dan agama islam di ITB dan IAIN, serta berobsesi untuk mengkaji hubungan sains dan agama.
Sejumlah karya telah di torehkan, beberapa diantaranya : Khutbah-khutbah di Amerika, Catatan Kang Jalal, Visi Media, Politik dan Pendidikan, Islam Aktual, Rafleksi Sosial seorang Cendekiawan Muslim, Islam Alternatif, Reformsi Sufistik, Psikologi Komunikasi, sampai pada tahun 1999 buku ini telah di cetak ulang sebanyak 14 kali, Tafsir bil Ma’tsur; Pesan Moral al-Quran, Meraih Cinta Ilahi;Pencerahan Sufistik, Rekayasa Sosial; Reformsi atau Revolusi?, Psikologi Agama; Sebuah Pengantar, dan masih banyak karya-karya yang lain.
Sebagai seorang aktifis, ia menjadi ketua Dewan Syura IJABI (Ikatan Jamaa Ahli Bait Indonesia). Sosok yang sangat komunikatif dalam bertutur ini dikaruniai lima orang anak dan dua orang cucu.
C. Sistematika Tafsir
Tafsir bil Ma’tsur karangan Jalaluddin Rahnmat ini dala susunanhya pertama-tama dimulai dengan pendahuluan. Secara garis besasr dijelaskan tentang latar belakang tafsir tersebut ditulis, sehingga pada akhir kata mengajak kita semua untuk menetahui latar belakang dinalik ayat-ayat al-Quran, kemudian daftar isi yang tediri dari tema-tema tersebut tidak saling berkaitan antara satu sama yang lain, jadi tiap tema memliki pembahasan yang berbeda.
Setelah pendahuluan daftar isi kemudian lampiran. Dalam lampiran tersebut terdapat beberapa hadist yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Quran yagn ditafsir oleh Jalaluddin Rahmwat.
D. Sistematika Penafsiran
Sistematika penafsiran Jalaluddin Rahmat ini tediri dari beberapa jilid, sistematikanya tidak berdasarkan urutan ayat al-Quran, tetapi lebih banyak berdasarkan pada pesan moral yang disampaikannya. Penulis berharap agar para pembaca dapat berpindah dari satu jilid ke jilid yang lain dengan mudah karena setip jilid adalah buku tersendiri. Dalam penulisan teks, tafsir ini ditulis dengan awali ayat-ayat al-Quran, terkemah, kemudian teks yang menjelaskan kandungan ayat ersebut. Berdasarkan tafsir yang saya ambil dari karangan Jalaluddin Rahmat ini, tafsir ini bentuknya sperti buku. Sistematika penafsiran dalam penulisan teks tidak berurutan namun dala buku tafsir (pesan moral al-Quran) ini diawali dengan Ta’udz beserta penafsiranya kemudian basmallah juga beserta penafsiran setelah itu ayat-ayat yang secara tidak berurutan. Tafisr bil Ma’tsur ini di tulis dengan menggunakan beberapa cara, diantaranya: menjelaskan ayat-ayat dengan Ababun Nuzul, mengutip peristiwa-peristiwa diluar zaman Nabi, yang digunakan para Mufasir untuk menerangkan kandungan makna al-Quran.
Dalam tafir ini, juga terdapat beberapa hadis. Dalam lampitran-lampiran hadist tersebut ditulis berdasarkan tiga hal : 1. Otentisitas, kesahihan hadist. 2. Relevansi, kaitannya dengaaan pesan moral yang di kandung ayat al-Quran. 3. Aktualitas; kaitan pesan moral itu dengan keadaan umat islam sekarang .
Hadits-hadis tersebut dikutip berdasarkan peristiwa-peristiwa pada zaman rasulullah, tentu saja pemilihan hadis itu dilakukan secara selektif bukan untuk membela mazhab tertentu seperti dituduhkan sebagian orang yang jahil. Tafsir ini lebih banyak mengandung pesan moral yang disampaikan.
E. Keistimewaan Tafsir
Dilihat dari tafsir tersebut ada beberapa keistimewaan yang dapat kita temukan seperti :
a). tafsir bil ma’tsur (pesan moral) ini mudah dipahami,dibaca karena tafsir ini menyerupai buku-buku bacaan.
b). Dalam pemilihan ayat, tidak begitu panjang dan penafsirannyapun mudah untuk dicerna
c). Sistematika penafsiran ini ditulis dengan asbabun-nuzul sehinggga dengan mudah kita akan mengetahui kandungan dari ayat-ayat tersebut.
F. Penutup
Setelah melihat tafsir bil ma’tsur karangan Jalaludin Rahmat ini, bahwa dalam tafsir ini banyak mengandung pesan-pesan moral yang disampaikan. Selain itu jugadalam tafsirnya bisa dilihat bahwa tafsir ini mudah dibaca dan dipahami karena bentuknya seperti buku bacaan biasa.
Dalam tafsirnya yang juga terdapat beberapa hadits dalam lampiran yang tidak dicantumkan dalam alur tulisan agar membacanya secara sinambung.
Dalam tafsir karangan Jalaludin Rahmat ini, kita juga dapat mengetahuio beberapa metode yang ditulis daklam penafsirannya.
Buku tafsir ini ditulis oleh Jalaludin Rahmat untuk mereka yang ingin mengetahui latar belajang dibalik ayat-ayat al-qur’an, kepada mereka yang ingin memahami ayat al-qur’an dalam bingkai kemanusiaan, yang ingin menghakimi dunia dengan pesan moral abadi dari firman Allah swt.
-------------
Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia)
lagi walking bloger mas
BalasHapusdimana saya dapetin tafsir bil ma'tsur ini??
BalasHapusapa di toko buku walisongo jakarta juga tersedia??? makasih infonya ditunggu