BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagai makluk sosial komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Komunikasi dapat diartikan sebagai berbagi pikiran, informasi dan intelejen. Komunikasi adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan menyampaikan pesannya pada orang lain. Lalu jika pesan yang dimaksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan bicara, maka terjadilah mis-komunikasi. Sebuah komunikasi yang efektif membutuhkan kejernihan pesan, kelengkapan pesan, ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal.
Studi komunikasi dewasa ini telah banyak melahirkan berbagai macam teori dan pengertian tentang komunikasi yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Ada banyak teori dan pengertian tentang komunikasi. Salah satunya adalah pengertian komunikasi menurut Bernal Albaig. Dia berpendapat bahwa komunikasi adalah penyampain informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebaginya dengan menggunakan bahasa, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyamapian pesan itulah yang biasanya dinamakan komunikasi.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang (mahluk hidup) untuk mneyatakan suatu gagasan atau ide kepada orang (mahluk hidup) lain dengan menggunakan lambang-lambang berupa bahasa, gambar-gambar atau tanda-tanda yang bermakna serta dapt saling dimengerti. Komunikasi (proses penyampaian pesan/informasi) memang pada prinsipnya hanya berlangsung diantara mahluk-mahluk hidup yaitu manusia dengan hewan.
Kegiatan komunikasi lazimnya dilakukan dengan tiga tujuan, yaitu: a) untuk mengetahui sesuatu , b) untuk memberitahu sesuatu, dan c) untuk mempengaruhi atau mengarahkan orang lain agar berbuat sesuatu.
Secara keseluruhan atau garis besar, tujuan komunisakasi adalah untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding), pemahaman bersama (common understanding), atau kesepakatan timbal balik (mutual agreement). Dengan demikian tingkat keberhasilan (pencapaian tujuan) komunikasi dapat dilihat atau dinilai dari sampai di mana atau sejauh mana saling pengertian dan kesepakatan dapat tercapai oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Jika ketiga aspek tersebut tidak terpenuhi, maka tidak akan terjadi komunikasi yang efektif dan akhirnya akan menimbulkan mis-komunikasi antara komunikator dan komunikan, sehingga akan berakibat kesalahan pemahaman antara komunikator dan komunikan seperti yang terjadi pada pemerintahan kita saat ini.
Dalam makalah ini penulis mencoba menganalisis kasus tentang rencana kebijakan pemerintah yang mengeluarkan kebijakan baru seputar konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan berlaku mulai januari 2008.
1.2. Tujuan Pembasan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji secara mendalam tentang bagaimana cara membangun komunikasi yang efektif baik dengan individu maupun dengan kelompok. Penulis juga mencoba menganalisis kasus yang saat ini menjadi sebuah tanda tanya dan kontroversi yaitu kebijkan pemerintah Indonesia seputar konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) dari premium ke pertamax.
1.3. Kerangka teori
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan melalui bahasa, baik verbal maupun non-verbal, mendengar, berbicara, gerak tubuh, dan ungkapan emosi (Ahmad Susanto,1998:25).
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan, gagasan-gagasan atau pengerian-pengertian, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun non-verbal dari seseorang atau kelompok orang kepada seseorang atau kelompok lainnya dena tujuan utnuk mencapai saling pengertian dan/atau kesepakatan bersama (Teuku May Rudi,2005:1).
Sedangkan menurut Stephen Covey (1989), komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam kehidupan kita. Ia mengibaratkan komunikasi itu layaknya bernapas yang sudah secara otomatis kita lakukan setiap hari. Akibatnya, kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukan komunikasi itu dangan efektif: bagaimana membaca dan menulis efektif, dan bagaimana mendengar dan berbicara dengan efektif. Kita terkadang lebih banyak berbicara daripada mendengar, padahal mulut kita hanya satu dan telinga kita ada dua yang berarti kita harus lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949).Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi.
Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka keadaan tersebut dapat dikatakan sebagai kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, teori ini juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikas
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1. Membangun Komunikasi Yang Efektif
Hal yang mesti diperhatikan dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sebagai berikut:
a. Kontak Mata
Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara tak merasa diabaikan.
b. Ekspresi WajahWajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang. Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan kasih-sayang, Mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran, Mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang tergambar di wajah. Jadi saat melakukan komunikasi tunjukan ekspresi bahwa Anda tertarik dengan bahan pembicaraan.
c. Postur Tubuh
Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan meyakinkan dari. Mereka bisa jadi semacam tambahan untuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada secara verbal. Sebagai contoh: menundukan kepala menunjukkan penyelesaian pernyataan, mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan, Terlalu sering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas atau kebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik saat melakukan komunikasi dengan lawan bicara.
d. Selera Berbusana
Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik. Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat dampak pasti pada proses komunikasi. Hal kecil ini memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan bagaimana cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun komunikasi kita.
Thomas Leech dalam bukunya Say it like Shakepeare, mengatakan ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: (1) Pengirim pesan (sender), (2) Pesan yang dikirimkan (message), (3) Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), (4) Penerima pesan (receiver), (5) Umpan balik (feedback). Leech menambahkan, bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu membaca-menulis (bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan). Begitu pentingmya, banyak orang menghabiskan waktunya untuk melakukan,paling tidak,salah satu keempat keterampilan itu.
Pesan tersebut disampaikan melalui suatu media komunikasi, sehingga dapat diterima dengan baik oleh si penerima, dan menghasilkan umpan balik yang berguna bagi si pengirim pesan. Yang dimaksud media komunikasi di sini bukan hanya berupa percakapan secara langsung dengan menggunakan suatu bahasa yang dapat dimengerti, melainkan segala hal yang dapat membuat individu saling berinteraksi dan saling mengerti mengenai pesan apa yang akan disampaikan, sehingga tidak terjadi salah penafsiran mengenai isi dari pesan tersebut. Media komunikasi tersebut bisa juga berupa isyarat melalui gerakan tubuh, morse, maupun melalui alat bantu seperti surat, gambar, serta alat bantu visual lainnya
Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut adalah kita perlu memperhatikan 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang dikembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. 5 hukum komunikasi yang efektif adalah:
=> 1). Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Ketika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa ”Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.” Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager.
=> 2). Empathy
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand – understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan komunikasi empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang diperlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer’s behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.
=> 3). Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
=> 4). ClaritySelain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
=> 5). HumbleHukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
2.2. Permasalahan dan Kasus
Dalam makalah ini, kasus yang penulis angkat adalah tentang kebijakan pemerintah yang berencana mengeluarkan kebijakan baru seputar konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan berlaku mulai januari 2008. Konversi yang dimaksud adalah dengan menarik premium dan menggantinya dengan pertamax (premium dengan oktan 90) secara bertahap di pasaran untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Kebijakan konversi premium ke pertamax, dikarenakan pemerintah sudah tidak mampu lagi mensubsidi premium yang nilainya terus bertambah bahkan melebihi ambang batas yakni Rp.25 trilyun seiring naiknya harga minyak dunia secara signifikan yang sempat berkisar $ 100 per barel.
Pemerintah berdalaih bahwa konversi konsumsi premium ke Pertamax dan premium oktan 90 adalah dalam rangka melakukan penghematan energi dan sebagai upaya mengatasi kenaikan harga minyak dunia yang hampir menembus 100 dolar AS per barel meskipun sekarang telah mengalami penurunan menjadi 60 dolar perbarel.
Pemerintah juga berdalih bahwa kebijakan tersebut tidak memberatkan masyarkat manengah kebawah justru dengan kebijakan tersebut subsidi yang seharusnya diberikan untuk BBM dapat dialihkan untuk kesejahtraan rakyat.
Namun pada kenyataannya kiebijakan tersebut menjadi sebuah kontorversi dan banyak disesalkan oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia berpendapat bahwa kebijakan tersebut hanya akan akan menambah beban bagi masyarakat menengah kebawah. Logikanya adalah kalau harga BBM dinaikkan, dampaknya adalah melonjaknya tingkat inflasi dan menurunnya daya beli masyarakat.
Pengalaman tahun 2005 memberi pelajaran pahit bagi kita. Gairah perbaikan ekonomi yang sedang terjadi segera sirna begitu kenaikan harga BBM ditetapkan. Hal yang lebih memukul lagi, perlambatan pertumbuhan ekonomi memperbesar jumlah masyarakat miskin.
Kebijakan pemerintah yang akan melakukan konversi premium ke pertamax, menurut Kusmedi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Serikat Pekerja Kimia Energi dan Pertambangan (SPKEP diperkirakan akan membuat posisi buruh atau pekerja semakin jauh dari sejahtera. Karena konversi tersebut pada hakikatnya sama atau identik dengan menaikkan harga BBM. “Bila tahun depan harga BBM naik, maka bisa dipastikan upah minimum kabupaten (UMK) tahun 2008 yang baru ditetapkan gubernur belum lama ini menjadi tidak berarti (kompas, kamis,2007,hal:12)
Para pakar dan pemerintah sama benarnya, mereka sama-sama mencari solusi mengurangi konsumsi BBM yang berimbas pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Tapi yang menjadi persoalan adalah gejolak yang nantinya akan berpengaruh kepada perekonomian secara umum.
Namun, satu hal yang menjadi masalah adalah karna kurangnya sosialisasi pemerintah terhadap masyarakat sehingga masyarakat banyak yang tidak mengerti tentang tujuan pemerintah membuat kebijakan tersebut. Sehingga tidak terjadi saling pengertian (mutual understanding), pemahaman bersama (common understanding), atau kesepakatan timbal balik (mutual agreement) yang sebenarnya merupakan tujuan dari komunikasi.
Ada empat hal penting yang menjadi kewajiban bagi komunikator agar terjadinya komunikasi yang efektif, yaitu:
=> a). Jelas dan yakin mengenai tujuan komunikasi:
- Bahwa pesan yang disampaikan atau komunikasi yang dilakukan memang diangap atau dirasakan perlu
- Bahwa ada tujuan yang ingin dicapai dari komunikasi itu
=> b). Menyusun pesan yang akan disampaikan
Bahwa komunikator perlu menyusun pesan yang akan disampaikannya kepada komunikan dengan mempertimbangkan berbagai hal di atas kepada komunikan denan mempertimbangkan berbagai hal seperti gender, usia, profesi, latar belakang dan budaya, dan sebaginya.
=> c). Memilih saluran atau media yang tepat
Dengan mempertimbangkan siapa komunikan yang dituju da bagaimana keadaan atau kondisi dari komunikan dalam jangka waktu tertentu, komukator memilih atau menentukan penggunaan media yang sesuai.
=> d). Memilih waktu dan suasana yang tepat
Bahwa komunikator sebaiknya memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan (berita atau informasi) dan suasana yang sesuai atau nyaman sehingga bisa diharapkan komunikan mudah menerima pesan yang disampaikan dan terbuka untuk berusaha memahami dan kemudian menyepakatinya.
Keempat hal inilah yang seharusnya dipertahatikan oleh pemerintah. Agar masyarkat sebagai komunikan dapat memahami maksud dan tujuan dari pemerintah menerapkan kebijakan tersebut.
2.3. Hambatan dalam komunikasi
Secara umum hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam komunikasi adalah:
=> a). Kurang kecakapan berkomunikasi
Kurang kecakapan berbicara (terutama di depan umum), Kurang cakap membaca dan mendengarkan.
=> b). Sikap yang komunikator yang kurang tepat
Sikap yang kurang tepat dapat menghalangi komunikasi, sehigga dalam hal ini diperlukan sikap simpatik, rendah hati, tetapi cukup tegas dan menunjukan kreadibilitasnya.
=> c). Kurangnya pengetahuan
Hal kurangnya pengetahuan bisa berlaku bagi keua belah pihak. Cara mengatasinya adalah apabila salah satu pihak memiliki pengetahuan lebih tinggi maka ia harus berusaha menyelaraskan cara penyampaian pesan atu sebaliknya menanggapi pesan dengan mempertimbangkan taraf pengetahuan pihak lainnya.
=> d). Kurang memahami sistem sosial
Bila komunikator krang memahasi sistem sosial atau budaya setempat maka arah pembicaraannya kurang tepat dan tidak menarik bagi komunikan setempat.
=> e). Kesalahan bahasa
Sering terjadi salah pengertian atau kesalahan penafsiran yang disebabkan perbedaan arti dari suatu istilah atau kata-kata. Hal ini sering terjadi dalam menggunakan serta menerjemahkan bahasa asing.
=> f). Penyajian yang verbalitas
Komunikasi cenderung menjadi tidak atau kurang lancar jika komunikator terus-menerus hanya membacakan atau berbicara saja tanpa peragaan atau tanpa gerak tubuh yang memperagakan untuk memberikan nuansa kepada pesan yang disampaikan.
=> g). Komunikasi satu arah
Komunikasi satu arah sering kali kurang memberikan hasil yang sesuai dengan harapan, karena komunikan tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau saran-sarannya sehingga pesan atu berita kurang jelas diterima (kurang dimengerti) oelh komunikan, bahkan bisa menimbulkan penafsiran yang salah atau kurang tepat.
BAB III
KESIMPULAN
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan melalui bahasa, baik verbal maupun non-verbal, mendengar, berbicara, gerak tubuh, dan ungkapan emosi (Ahmad Susanto,1998:25).
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan, gagasan-gagasan atau pengerian-pengertian, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun non-verbal dari seseorang atau kelompok orang kepada seseorang atau kelompok lainnya dena tujuan utnuk mencapai saling pengertian dan/atau kesepakatan bersama (Teuku May Rudi,2005:1).
Kegiatan komunikasi lazimnya dilakukan dengan tiga tujuan, yaitu: a) untuk mengetahui sesuatu , b) untuk memberitahu sesuatu, dan c) untuk mempengaruhi atau mengarahkan orang lain agar berbuat sesuatu.
Secara keseluruhan atau garis besar, tujuan komunisakasi adalah untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding), pemahaman bersama (common understanding), atau kesepakatan timbal balik (mutual agreement). Dengan demikian tingkat keberhasilan (pencapaian tujuan) komunikasi dapat dilihat atau dinilai dari sampai di mana atau sejauh mana saling pengertian dan kesepakatan dapat tercapai oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus diperhatikan yaitu: (1) Pengirim pesan (sender), (2) Pesan yang dikirimkan (message), (3) Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), (4) Penerima pesan (receiver), (5) Umpan balik (feedback).
----------------------
MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIFMEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar