Struktur Kalimat dari Segi Bentuk
Dari segi bentuk, kalimat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal yamg biasa disebut juga sebagai kalimat sederhana ,/;alah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Berdasarkan predikatnya, kalimat sederhana dibedakan lagi mejadi (1) kalimat verbal, (2) kalimat nominal, (3) kalimat adjektival, (4) kalimat numeral, dan kalimat reposisionul.
5.2.1.1 Kalimat Tunggal Berpredikat Verba
Kalimat ini masih dibedakan lagi atas kalimat aktif dan kalimat pasif. Kalimal Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang berpredikat verba dan subjeknya pelaku.
Saya makan daging.
Dia datang ke sini
Kalimat aktif dibedakan lagi atas kalimat aktif transitif, kalimat bitransitif, dan aktif intransitif.
1) Kalimat Aktif Transitif
Kalimat ini berpredikat verba yang memerlukan objek.
Contoh:
>Kera membakar jagung dalam api.
>Bapakmu memukul anak saya.
>Kami minum kopi.
Dalam contoh tersebut verba Membakar mernukur, dan inu 'mimim' adalah verba transitif yang memerlukan objek:yawtf anak say a dan kopi 'kopi\ Kalimat itutidak lengkap tanpa adanya objek kalimat.
2) Kalimat Bitransitif
Kalimat bitransitif adalah kalimat verba transitif yang disertai pelengkap. Kehadiranfco 'untuk dalam pertanyaan ini bersifat manasuka.
Contoh:
>Mereka memberi saya jagung tiga butir
>Dia mengambilkan saya air minum.
>Ibu membelikan kami baju baru
Dalam contoh tersebut, memberi mengambi, dan membeli adalah verba bitransitif dengan objek dan pelengkap masing-masing dan saya dan jagung dan saya dan air minum, dan kami dan baju baru.
3) Kalimat Intransitif
Kalimat intransitif adalah kalimat verbal yang tidak memiliki objek. Kalimat ini dapat diikuti verba atau frasa verbal lain dan preposisi.
Contoh:
>Kami pergi ke (atas) pasar.
>Kaka saya datang.
>Kakek kami sudah meninggal,
Dalam contoh tersebut, verba transitif pergi datang, dan sudah meninggal hanya dapat diikuti preposisi seperti ke pasar atau ke sini.
b. Kalimat Pasif
Kaiimat pasif adalah kalimat berpredikat verba dengan subjek sebagai penderita., kalimat ini ditandai oleh adanya preposisi oleh sebelum objek pelaku.
Contoh:
>Penyu dipukul kera.
>Daging itu dimakan anjing tadi.
>Kalimat Tunggal Berpredikat Nomina
Contoh:
>Nama kakek saya Ande.
>Dia ibu saya.
Dalam contoh tersebut, ibu saya dan suami wanita ini adalah nomina yang berfungsi sebagai predikat.
c. Kalimat Tunggal Berpredikat Numeralia
Contoh:.
>Istri lelaki itu tiga orang.
>Kerbau saya satu ekor.
d. Dalam contoh, tiga orang, satu ekor, dan Mima ekor adalah frasa numeral sebagai predikat kalimat.
Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektiva
Contoh:
>Ibu saya baik sekali.
>Kera di kebunmu besar.
>Baju wanita itu bagus sekali.
Kata-kata baik sekali besar dan bagus sekali adalah adjektiva yang berfungsi sebagai predikat kalimat sederhana pada contoh tesebut.
e. Kalimat Tunggai Berpredikat Frasa Preposisional
Contoh:
>Kayu yang kecil di sana.
>Kuda besar kita di atas bukit.
>Perluasan Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal dapat diperluas dengan beberapa cara menambahkan keterangan kalimat seperti (1) keterangan waktu, (2) keteranga tempat, (3) keterangan cara, (4) keterangan tujuan, (5) keterangan alat, dan (6) keterangan penyerta.
Perluasan dengan Keteranagan Waktu
Keterangan waktu memberikan informasi tentang saat terjadi-nya peristi wa. Dalam contoh berikut, sekarang dan selama ini adalah keterangan waktu.
Contoh:
>Ibu mernbeli baju baru.
>dapat diperluas menjadi:
>Sekarang Ibu membeli baju baru.
>Perluasan dengan Keterangan Tempat
Keterangan tempat bermakna menunjukkan tempat terjadinya peristiwa. Dalam contoh berikut di rumah Anda adalah keterangan tempat.
Contoh:
>Saya guru
>dapat diperluas menjadi:
>Saya guru di rumah.
Perluasan dengan keterangan Cara
Keterangan cara menyatakan cara terjadinya satu peristiwa. Dalam contoh berikut
Pernah dan selalu adalah kete-rangan cara.
Contoh:
>Dia dating kesini
>dapat diperluas menjadi:
>Dia pernah datang ke sini,
5.2.2.4 Perluasan dengan Keterangan Tujuan
Keterangan ini menyatakan tujuan atau maksud satu kejadian atau peristiwa. Dalam contoh berikut. demi adalah kata yang menghubungkan keterangan tujuan dengan bagian kalimat yang lain.
Contoh :
>Dia datang ke sini.
>dapat diperluas menjadi:
>Dia datang ke sini demi kebaikan
5.2.2.5 Perluasan dengan Keterangan Alat
Keterangan ini menunjukkan ada atau tidaknya alat yang dipakai dalam peristiwa yang dinyatakan dalam kalimat tersebut. Dalam contoh.
Contoh:
>Raja memukul ayahmu.
>dapat diperluas menjadi:
>Raja memukul ayahmu dengan kayu besar.
5.2.2.6 Perluasan dengan Keterangan Penyerta
Keterangan penyerta menunjukkan adanya atau tidaknya orang lain yang mengambil bagian dalam peristiwa. Dalam contoh berikut, 'dengan anak muda' dan 'dengan anak gadis' adalah keterangan penyerta.
Contoh:
>Kami ke kebun dengan dua pemuda.
>Tadi mereka duduk di sini
5.2.3 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terbentuk dari dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
5.2.3.1 Kalimat Majemuk Setara
Satu kalimat majemuk disebut sebagai kalimat majemuk setara apabila kedudukan klausa yang membentuknya sama.
Contoh:
>Kami dengan mereka duduk di sana malam itu
5.2.3.2 Kalimat Majemtik Bertingkat
Satu kalimat disebut sebagai kalimat majemuk bertingkat apabila kalimat itu terjadi dari dua klausa atau lebih dengan kedudukan yang tidak setara. Salah satu klausa yang membentuknya mejadi keterangan bagi bagian klausa yang lain.
Contoh:
>Ayahmu yang malas mengerjakan kebun, jangan dilupakan.
Kalimat itu terjadi dari dua klausa dengan kedudukan masing-masing sebagai berikut.
a. Klausa utama:
>Ayahmu jangan dilupakan
b. Klausa subordinat:
>Ayahmu malas mengerjakan kebun
6.1.1 Kategori Kata
Hasil analisis menunjukkan bahwa kata dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu (1) kelas kata leksikal yang terdiri atas verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia dan (2) kelas katagramatikal yang terdiri atas konjungsi, preposisi, partikel, dan interjeksi.
Dari kedua kategori itu, diketahui bahwa semua kelas kata leksikal dapat mejadi unsur langsung dalam pembentukan frasa, sedangkan dari kelas kata leksikal hanya preposisi yang dapat menjadi komponen pembentuk frasa.
6.1.2 Struktur Frasa
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa frasa,dapat dibedakan menjadi frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektiva, frasa nu¬meral, frasa pronomina, dan frasa preposisional.
6.1.2.1 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa yang berinti nominal. Dari segi struktur, hasil gabungan nomina dengan kategori kata yang lain membentuk frasa:
>Frasa endosentrik atributif
>Frasa Nominal Endosentrik Koordinatif
>Frasa Nominal endosentrik apositif
Dari segi fungsi, frasa nominal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan komplemen kiausa atau kalimat. Sementara itu, hasil gabungan unsur pembentukan frasa nominal mengahsilkan makna struktural yang menunjukkan makna pemilikan, asal, sifat, tujuan, aditif, pilihan, penunjuk, urutan, aktivitas, dan lokatif.
6.1.2.2 Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang dibentuk dengan unsur inti verba. Dari segi struktur, hasil gabungan verbadengan kategori kata lain menghasilkan struktur frasa verbal berikut.
a. Frasa verbal endosentrik atributif
b. Frasa endosentrik koordinatif:
c. Frasa verbal eksosentrik objektif
Dari segi fungsi, frasa verbal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan komplemen kiausa atau kalimat. Semen-tara itu, gabungan unsur pembentuk frasa verbal mengahsilkan arti struktural frasa yang menyatakan makna aspek, pilihan, cara berlangsungnya peristiwa, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, tempat kejadian, dan penyertaan.
6.1.2.3 Frasa Adjektival
Frasa adjekti val adalah frasa yang berinti adjektiva Dari segi struktur hasil gabungan adjekti va dengan kategori kata lain dalam membentuk frasa adjektival menghasilkan struktur berikut.
a. Frasa adjektival endosentrik atributif
b. Frasa adjektival endosentrik koordinatif:
Dari segi fungsi, frasa adjekti val dapat erfungsi sebagai subjek dan predikat kiausa atau kalimat. Sementar itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa adjektival menghasilkan makna struk-turai frasa yang menyatakan makna tingkat positif, tingkat lebih, tihgkat superlatif, pilihan, aditif, aspek, dan pen'awanan.
6.1.2.4 Frasa Numeral
Frasa numeral adalah frasa dengan salah satu unsur kom-ponen pokoknya adalah numeralia. Dari segi struktur, hasil gabungannya dengan kategori kata yang lain menghasilkan frasa endosentrik atributif.
Dari segi fungsi, frasa numeral dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan komplemen klausa atau kalimat. Sementara itu, hasil gabungan antara unsur pembentuk frasa numeral membentuk makna struktural frasa yang membentuk makna menyatakan jumlah dan kekerapan.
6.1.2.5 Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa dengan salah satu unsur pusatnya adalah pronomina. Dari segi struktur, hasil gabungan pronomina dengan katagori kata lain dalam membentuk frasa itu menghasilkan struktur berikut.
>Frasa endosentrik atributif
>Frasa endosentrik apositif:
>Frasa endosentrik koordinatif
Dari segi funsi, frasa pronominal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan objek klausa dan kalimat. Sementara itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa menghasilkan makna struk-tural frasa yang menyatakan makna pewatas, penunjuk, aditif, dan pilihan.
6.1.2.6 Frasa Preposisional
Frasa preposision adalah frasa endosentrik direktif dengan preposisi sebagai salah satu unsurnya. Gabungan preposisi dengan kategori kata yang lain menghasilkan frasa eksosentnk direktif.
Dari segi fungsi, frasa preposisional dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, komplemen, dan objek pelaku klausa atau kalimat. Sementara itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa preposisional menghasilkan makna struktural frasa yang menyatakan makna keterangan tempat. keterangan alat, makna perkecualian, seba-gai pelaku perbuatan, makna perbandingan dan peyertaan.
6.1.3 Struktur Klausa
Klausa dikenal sebagai satuan gramatik yang minimal terdiri atas subjek dan predikat. Hasil analisis data mengungkapkan bahwa tidak semua jenis kata (leksikal) bisa menduduki fungsi subjek dan predikat klausa. Dalam, kata [leksikal] yang dapat berfungsi sebagai predikat klausa adalah nomina, adjektiva, pronomina, dan numeralia.
>struktur'klausa dapat dibedakan sebagai berikut.
6.1.3.1 Klausa Nominal
Dalam membentuk struktur klausa yang berpredikat nomina atau f rasa nominal, kategori kata yang dapat menduduki fungsi subjek pronomina, dan nomina.
6.L3.2 Klausa Verbal
6.1.4 Hubungan Antarklausa
Klausa dapat digabungkan satu dengan yang lain untuk membentuk struktur yang lebih tinggi yang disebut sebagai kalimat majemuk. Hubungan itu dapat terjadi apabila antara klausayang bergabung memiliki kesamaan semantis dan menggunakan konjungsi yang sesuai,
Hasil hubungan antarklausa tersebut bersifat koordinatif apabila kedudukan klausa yang bergabung itu tetap sama. Sebaliknya, hubungan itu dikatakan bersifat subordinatif apabila salah satu klausa yang bergabung kedudukannya menjadi bagian dari klausa yang lain.
Hubungan koordinatif menghasilkan beberapa pola hubungan. Pertama, hubungan penjumlahan. Konjungsi yang dipakai dalam hubungan itu adalah atau 4dan\ Kedua, hubungan waktu urutan peristiwa. Konjungsi yang dipakai untuk meyatakan hubungan itu adalah kemudian Ketiga, hubungan perlawanan. Konjungsi yang digunakan adalah tetapi dan hanya Keempat, hubungan pilihan.
1.5 Struktur Kalimat
Dengan memperhitungkan berbagai konsep dan karangka piki-ran yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, struktur kalimat dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, struktur jika dilihat dari segi makna, tidak ada yang menunjukkan kalimat emfatik. Dari sisi ini kalimat dialek
Dari segi bentuk, kalimat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal yamg biasa disebut juga sebagai kalimat sederhana ,/;alah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Berdasarkan predikatnya, kalimat sederhana dibedakan lagi mejadi (1) kalimat verbal, (2) kalimat nominal, (3) kalimat adjektival, (4) kalimat numeral, dan kalimat reposisionul.
5.2.1.1 Kalimat Tunggal Berpredikat Verba
Kalimat ini masih dibedakan lagi atas kalimat aktif dan kalimat pasif. Kalimal Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang berpredikat verba dan subjeknya pelaku.
Saya makan daging.
Dia datang ke sini
Kalimat aktif dibedakan lagi atas kalimat aktif transitif, kalimat bitransitif, dan aktif intransitif.
1) Kalimat Aktif Transitif
Kalimat ini berpredikat verba yang memerlukan objek.
Contoh:
>Kera membakar jagung dalam api.
>Bapakmu memukul anak saya.
>Kami minum kopi.
Dalam contoh tersebut verba Membakar mernukur, dan inu 'mimim' adalah verba transitif yang memerlukan objek:yawtf anak say a dan kopi 'kopi\ Kalimat itutidak lengkap tanpa adanya objek kalimat.
2) Kalimat Bitransitif
Kalimat bitransitif adalah kalimat verba transitif yang disertai pelengkap. Kehadiranfco 'untuk dalam pertanyaan ini bersifat manasuka.
Contoh:
>Mereka memberi saya jagung tiga butir
>Dia mengambilkan saya air minum.
>Ibu membelikan kami baju baru
Dalam contoh tersebut, memberi mengambi, dan membeli adalah verba bitransitif dengan objek dan pelengkap masing-masing dan saya dan jagung dan saya dan air minum, dan kami dan baju baru.
3) Kalimat Intransitif
Kalimat intransitif adalah kalimat verbal yang tidak memiliki objek. Kalimat ini dapat diikuti verba atau frasa verbal lain dan preposisi.
Contoh:
>Kami pergi ke (atas) pasar.
>Kaka saya datang.
>Kakek kami sudah meninggal,
Dalam contoh tersebut, verba transitif pergi datang, dan sudah meninggal hanya dapat diikuti preposisi seperti ke pasar atau ke sini.
b. Kalimat Pasif
Kaiimat pasif adalah kalimat berpredikat verba dengan subjek sebagai penderita., kalimat ini ditandai oleh adanya preposisi oleh sebelum objek pelaku.
Contoh:
>Penyu dipukul kera.
>Daging itu dimakan anjing tadi.
>Kalimat Tunggal Berpredikat Nomina
Contoh:
>Nama kakek saya Ande.
>Dia ibu saya.
Dalam contoh tersebut, ibu saya dan suami wanita ini adalah nomina yang berfungsi sebagai predikat.
c. Kalimat Tunggal Berpredikat Numeralia
Contoh:.
>Istri lelaki itu tiga orang.
>Kerbau saya satu ekor.
d. Dalam contoh, tiga orang, satu ekor, dan Mima ekor adalah frasa numeral sebagai predikat kalimat.
Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektiva
Contoh:
>Ibu saya baik sekali.
>Kera di kebunmu besar.
>Baju wanita itu bagus sekali.
Kata-kata baik sekali besar dan bagus sekali adalah adjektiva yang berfungsi sebagai predikat kalimat sederhana pada contoh tesebut.
e. Kalimat Tunggai Berpredikat Frasa Preposisional
Contoh:
>Kayu yang kecil di sana.
>Kuda besar kita di atas bukit.
>Perluasan Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal dapat diperluas dengan beberapa cara menambahkan keterangan kalimat seperti (1) keterangan waktu, (2) keteranga tempat, (3) keterangan cara, (4) keterangan tujuan, (5) keterangan alat, dan (6) keterangan penyerta.
Perluasan dengan Keteranagan Waktu
Keterangan waktu memberikan informasi tentang saat terjadi-nya peristi wa. Dalam contoh berikut, sekarang dan selama ini adalah keterangan waktu.
Contoh:
>Ibu mernbeli baju baru.
>dapat diperluas menjadi:
>Sekarang Ibu membeli baju baru.
>Perluasan dengan Keterangan Tempat
Keterangan tempat bermakna menunjukkan tempat terjadinya peristiwa. Dalam contoh berikut di rumah Anda adalah keterangan tempat.
Contoh:
>Saya guru
>dapat diperluas menjadi:
>Saya guru di rumah.
Perluasan dengan keterangan Cara
Keterangan cara menyatakan cara terjadinya satu peristiwa. Dalam contoh berikut
Pernah dan selalu adalah kete-rangan cara.
Contoh:
>Dia dating kesini
>dapat diperluas menjadi:
>Dia pernah datang ke sini,
5.2.2.4 Perluasan dengan Keterangan Tujuan
Keterangan ini menyatakan tujuan atau maksud satu kejadian atau peristiwa. Dalam contoh berikut. demi adalah kata yang menghubungkan keterangan tujuan dengan bagian kalimat yang lain.
Contoh :
>Dia datang ke sini.
>dapat diperluas menjadi:
>Dia datang ke sini demi kebaikan
5.2.2.5 Perluasan dengan Keterangan Alat
Keterangan ini menunjukkan ada atau tidaknya alat yang dipakai dalam peristiwa yang dinyatakan dalam kalimat tersebut. Dalam contoh.
Contoh:
>Raja memukul ayahmu.
>dapat diperluas menjadi:
>Raja memukul ayahmu dengan kayu besar.
5.2.2.6 Perluasan dengan Keterangan Penyerta
Keterangan penyerta menunjukkan adanya atau tidaknya orang lain yang mengambil bagian dalam peristiwa. Dalam contoh berikut, 'dengan anak muda' dan 'dengan anak gadis' adalah keterangan penyerta.
Contoh:
>Kami ke kebun dengan dua pemuda.
>Tadi mereka duduk di sini
5.2.3 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terbentuk dari dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
5.2.3.1 Kalimat Majemuk Setara
Satu kalimat majemuk disebut sebagai kalimat majemuk setara apabila kedudukan klausa yang membentuknya sama.
Contoh:
>Kami dengan mereka duduk di sana malam itu
5.2.3.2 Kalimat Majemtik Bertingkat
Satu kalimat disebut sebagai kalimat majemuk bertingkat apabila kalimat itu terjadi dari dua klausa atau lebih dengan kedudukan yang tidak setara. Salah satu klausa yang membentuknya mejadi keterangan bagi bagian klausa yang lain.
Contoh:
>Ayahmu yang malas mengerjakan kebun, jangan dilupakan.
Kalimat itu terjadi dari dua klausa dengan kedudukan masing-masing sebagai berikut.
a. Klausa utama:
>Ayahmu jangan dilupakan
b. Klausa subordinat:
>Ayahmu malas mengerjakan kebun
6.1.1 Kategori Kata
Hasil analisis menunjukkan bahwa kata dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu (1) kelas kata leksikal yang terdiri atas verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia dan (2) kelas katagramatikal yang terdiri atas konjungsi, preposisi, partikel, dan interjeksi.
Dari kedua kategori itu, diketahui bahwa semua kelas kata leksikal dapat mejadi unsur langsung dalam pembentukan frasa, sedangkan dari kelas kata leksikal hanya preposisi yang dapat menjadi komponen pembentuk frasa.
6.1.2 Struktur Frasa
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa frasa,dapat dibedakan menjadi frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektiva, frasa nu¬meral, frasa pronomina, dan frasa preposisional.
6.1.2.1 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa yang berinti nominal. Dari segi struktur, hasil gabungan nomina dengan kategori kata yang lain membentuk frasa:
>Frasa endosentrik atributif
>Frasa Nominal Endosentrik Koordinatif
>Frasa Nominal endosentrik apositif
Dari segi fungsi, frasa nominal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan komplemen kiausa atau kalimat. Sementara itu, hasil gabungan unsur pembentukan frasa nominal mengahsilkan makna struktural yang menunjukkan makna pemilikan, asal, sifat, tujuan, aditif, pilihan, penunjuk, urutan, aktivitas, dan lokatif.
6.1.2.2 Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang dibentuk dengan unsur inti verba. Dari segi struktur, hasil gabungan verbadengan kategori kata lain menghasilkan struktur frasa verbal berikut.
a. Frasa verbal endosentrik atributif
b. Frasa endosentrik koordinatif:
c. Frasa verbal eksosentrik objektif
Dari segi fungsi, frasa verbal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan komplemen kiausa atau kalimat. Semen-tara itu, gabungan unsur pembentuk frasa verbal mengahsilkan arti struktural frasa yang menyatakan makna aspek, pilihan, cara berlangsungnya peristiwa, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, tempat kejadian, dan penyertaan.
6.1.2.3 Frasa Adjektival
Frasa adjekti val adalah frasa yang berinti adjektiva Dari segi struktur hasil gabungan adjekti va dengan kategori kata lain dalam membentuk frasa adjektival menghasilkan struktur berikut.
a. Frasa adjektival endosentrik atributif
b. Frasa adjektival endosentrik koordinatif:
Dari segi fungsi, frasa adjekti val dapat erfungsi sebagai subjek dan predikat kiausa atau kalimat. Sementar itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa adjektival menghasilkan makna struk-turai frasa yang menyatakan makna tingkat positif, tingkat lebih, tihgkat superlatif, pilihan, aditif, aspek, dan pen'awanan.
6.1.2.4 Frasa Numeral
Frasa numeral adalah frasa dengan salah satu unsur kom-ponen pokoknya adalah numeralia. Dari segi struktur, hasil gabungannya dengan kategori kata yang lain menghasilkan frasa endosentrik atributif.
Dari segi fungsi, frasa numeral dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan komplemen klausa atau kalimat. Sementara itu, hasil gabungan antara unsur pembentuk frasa numeral membentuk makna struktural frasa yang membentuk makna menyatakan jumlah dan kekerapan.
6.1.2.5 Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa dengan salah satu unsur pusatnya adalah pronomina. Dari segi struktur, hasil gabungan pronomina dengan katagori kata lain dalam membentuk frasa itu menghasilkan struktur berikut.
>Frasa endosentrik atributif
>Frasa endosentrik apositif:
>Frasa endosentrik koordinatif
Dari segi funsi, frasa pronominal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan objek klausa dan kalimat. Sementara itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa menghasilkan makna struk-tural frasa yang menyatakan makna pewatas, penunjuk, aditif, dan pilihan.
6.1.2.6 Frasa Preposisional
Frasa preposision adalah frasa endosentrik direktif dengan preposisi sebagai salah satu unsurnya. Gabungan preposisi dengan kategori kata yang lain menghasilkan frasa eksosentnk direktif.
Dari segi fungsi, frasa preposisional dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, komplemen, dan objek pelaku klausa atau kalimat. Sementara itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa preposisional menghasilkan makna struktural frasa yang menyatakan makna keterangan tempat. keterangan alat, makna perkecualian, seba-gai pelaku perbuatan, makna perbandingan dan peyertaan.
6.1.3 Struktur Klausa
Klausa dikenal sebagai satuan gramatik yang minimal terdiri atas subjek dan predikat. Hasil analisis data mengungkapkan bahwa tidak semua jenis kata (leksikal) bisa menduduki fungsi subjek dan predikat klausa. Dalam, kata [leksikal] yang dapat berfungsi sebagai predikat klausa adalah nomina, adjektiva, pronomina, dan numeralia.
>struktur'klausa dapat dibedakan sebagai berikut.
6.1.3.1 Klausa Nominal
Dalam membentuk struktur klausa yang berpredikat nomina atau f rasa nominal, kategori kata yang dapat menduduki fungsi subjek pronomina, dan nomina.
6.L3.2 Klausa Verbal
6.1.4 Hubungan Antarklausa
Klausa dapat digabungkan satu dengan yang lain untuk membentuk struktur yang lebih tinggi yang disebut sebagai kalimat majemuk. Hubungan itu dapat terjadi apabila antara klausayang bergabung memiliki kesamaan semantis dan menggunakan konjungsi yang sesuai,
Hasil hubungan antarklausa tersebut bersifat koordinatif apabila kedudukan klausa yang bergabung itu tetap sama. Sebaliknya, hubungan itu dikatakan bersifat subordinatif apabila salah satu klausa yang bergabung kedudukannya menjadi bagian dari klausa yang lain.
Hubungan koordinatif menghasilkan beberapa pola hubungan. Pertama, hubungan penjumlahan. Konjungsi yang dipakai dalam hubungan itu adalah atau 4dan\ Kedua, hubungan waktu urutan peristiwa. Konjungsi yang dipakai untuk meyatakan hubungan itu adalah kemudian Ketiga, hubungan perlawanan. Konjungsi yang digunakan adalah tetapi dan hanya Keempat, hubungan pilihan.
1.5 Struktur Kalimat
Dengan memperhitungkan berbagai konsep dan karangka piki-ran yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, struktur kalimat dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, struktur jika dilihat dari segi makna, tidak ada yang menunjukkan kalimat emfatik. Dari sisi ini kalimat dialek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar