Filsafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal munculnya filsafat. Di wilayah Yunani, sekitar abad VI SM, muncul pemikir-pemikir yang disebut filosof alam. Dinamakan demikian karena objek yang dijadikan pokok persoalan oleh mereka adalah mengenai alam (cosmos). Dengan kata lain, mereka hanya menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya.
Pada saat itu, pemikiran tersebut dianggap merupakan pemikiran yang maju, rasional, dan radikal karena kebanyakan orang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang ditangkap dengan indranya atau dari cerita nenek moyang mereka atau legenda-legenda, tanpa mempersoalkannya lebih jauh.
Para filosof alam ini juga disebut filosof pra-Socrates, sebab mereka hidup sebelum zaman Socrates. Mengapa sejarah filsafat membagi dunia filsafat secara umum menjadi filsafat pra-Socrates dan Socrates? Antara lain adalah karena Socrates dianggap mewakili suatu era baru, secara geografis maupun temporal.
Berikut adalah beberapa filosof alam atau filosof pra-Socrates:1. Thales (625-545 SM)
Thales disebut-sebut sebagai bapak filsafat Yunani sebab dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Namun sayang, filsafatnya tidak pernah ditulisnya sendiri, hanya disampaikan dari mulut ke mulut melalui murid-muridnya.
Thales adalah orang yang suka berkelana. Pernah pada suatu saat dia berkelana ke Mesir, dikatakan bahwa ia pernah menghitung tinggi sebuah piramid. Ada yang mengatakan bahwa Thales menggunakan kepintarannya dalam ilmu pasti dan ilmu astronomi sebagai ahli nujum dan akhirnya ia kaya raya. Dia juga dikisahkan pernah meramalkan secara tepat terjadinya gerhana matahari pada 585 SM.
Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan jadi dan akhir dari segala yang ada dan yang jadi itu. Di awal air, di ujung air. Pandangannya menghubungkan semua yang ada di alam ini dengan air. Air asal dan akhir.
2. Anaximandros (610-547 SM)
Anaximandros adalah salah seorang murid Thales, lebih muda lima belas tahun dari Thales tapi meninggal dunia dua tahun lebih dulu dari Thales.
Meskipun ia murid Thales, namun Anaximandros mempunyai prinsip alam yang berbeda dari gurunya. Menurut Anaximandros, prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas, yang olehnya disebut apeiron. Apeiron ini tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal manusia.
Jika melihat sifat-sifat yang diberikan oleh Anaximandros tentang apeiron yaitu sebagai sesuatu /zat yang tak terhingga, tak terbatas, tak dapat diserupakan dengan alam, maka barangkali yang ia maksud dengan apeiron adalah Tuhan.
3. Anaximenes (585-494 SM)
Anaximenes adalah salah seorang murid Anaximandros. Ia adalah filosof alam terakhir dari kota Miletos.
Dalam pandangan tentang asal muasal, Anaximenes turun kembali ke tingkat yang sama dengan Thales. Kedua-duanya berpendapat, yang asal itu mestilah sesuatu dari yang ada dan kelihatan. Bedanya, kalau Thales mengatakan air adalah asal dan kesudahan dari segala-galanya, Anaximenes mengatakan sumber dari segala sesuatu adalah udara atau uap. Air sendiri menurutnya merupakan udara yang dipadatkan.
Sebagai kesimpulan ajarannya, Anaximenes mengatakan bahwa sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain adalah udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini menjadi satu. Maka ia menjadi filosof yang pertama kali memperbincangkan jiwa dalam pandangan filsafat. Hanya saja, Anaximenes tidak melanjutkan pikirannya kepada soal penghidupan jiwa. Dan memang ini di luar garis filosofi alam.
4. Pythagoras (580-500 SM)
Pythagoras dilahirkan di Samos, tetapi kemudian pindah ke Kroton, Italia Selatan. Di kota ini, Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan yang disebut-sebut orang kaum Pythagoras. Mereka diam dan menyisihkan diri dari masyarakat. Tarekat ini mendidik kebatinan dengan mesucikan ruh.
Menurut kepercayaan Pythagoras, manusia itu asalnya Tuhan. Selain itu, falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh angka-angka. Dapat dikatakan bahwa ajaran tentang bilangan ini adalah batu sendi seluruh pandangan hidup Pythagoras.
Dari sini dapat dilihat kecakapan Pythagoras dalam matematika mempengaruhi pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan hubungan antara angka-angka tersebut.
5. Heraklitos (540-480 SM)
Heraklitos berasal dari Ephesus di Asia kecil. Ia mengatakan bahwa asal segala sesuatu adalah api. Selain itu, Heraklitos juga mengatakan segala sesuatu mengalami perubahan terus-menerus dan selalu bergerk, tidak ada yang menetap. Karena itu, kita “tidak dapat melangkah dua kali ke dalam sungai yang sama.” Kalau saya melangkah ke dalam sungai untuk kedua kalinya, maka saya atau sungainya sudah berubah. Ia juga mengatakan bahwa dunia ini dicirikan dengan adanya kebalikan.
Heraklitos sering menggunakan kata Yunani logos yang berarti akal sebagai kata pengganti untuk kata Tuhan atau Dewa
6. Parmenides (540-473 SM)
Parmenides hidup sezaman dengan Heraklitos akan tetapi ia berasal dari Elea dan berpandangan yang sangat kontras dengan Heraklitos. Parmenides menegaskan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat berubah. Baginya, justru hakekat sesuatu adalah perubahan. Arti besar Parmenides ialah, bahwa ia menemukan secara mendalam idea tau gagasan tentang “ada.” “Yang ada itu ada.” Oleh karena “yang tidak ada” tidak dapat dipikirkan, dan hanya “yang ada” yang dapat dipikirkan, maka berada dan berpikir adalah sama.
7. Leukippos (± 540 SM)
Sejarah hidupnya hampir tak dikenal namun dia adalah ahli pikir yang pertama kali mengajarkan tentang atom. Menurut pendapatnya tiap benda terdiri dari atom. Yang dipakai sebagai dasar teorinya tentang atom ialah: yang penuh dan kosong. Atom dinamainya sebagai yang penuh sabagai benda betapapun kecilnya dan bertubuh. Setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang kosong.
Ia juga menyatakan tentang tidak mungkinnya ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, akan tetapi ia tidak menolak kenyataan banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak pada segala sesuatu.
Pada saat itu, pemikiran tersebut dianggap merupakan pemikiran yang maju, rasional, dan radikal karena kebanyakan orang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang ditangkap dengan indranya atau dari cerita nenek moyang mereka atau legenda-legenda, tanpa mempersoalkannya lebih jauh.
Para filosof alam ini juga disebut filosof pra-Socrates, sebab mereka hidup sebelum zaman Socrates. Mengapa sejarah filsafat membagi dunia filsafat secara umum menjadi filsafat pra-Socrates dan Socrates? Antara lain adalah karena Socrates dianggap mewakili suatu era baru, secara geografis maupun temporal.
Berikut adalah beberapa filosof alam atau filosof pra-Socrates:1. Thales (625-545 SM)
Thales disebut-sebut sebagai bapak filsafat Yunani sebab dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Namun sayang, filsafatnya tidak pernah ditulisnya sendiri, hanya disampaikan dari mulut ke mulut melalui murid-muridnya.
Thales adalah orang yang suka berkelana. Pernah pada suatu saat dia berkelana ke Mesir, dikatakan bahwa ia pernah menghitung tinggi sebuah piramid. Ada yang mengatakan bahwa Thales menggunakan kepintarannya dalam ilmu pasti dan ilmu astronomi sebagai ahli nujum dan akhirnya ia kaya raya. Dia juga dikisahkan pernah meramalkan secara tepat terjadinya gerhana matahari pada 585 SM.
Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan jadi dan akhir dari segala yang ada dan yang jadi itu. Di awal air, di ujung air. Pandangannya menghubungkan semua yang ada di alam ini dengan air. Air asal dan akhir.
2. Anaximandros (610-547 SM)
Anaximandros adalah salah seorang murid Thales, lebih muda lima belas tahun dari Thales tapi meninggal dunia dua tahun lebih dulu dari Thales.
Meskipun ia murid Thales, namun Anaximandros mempunyai prinsip alam yang berbeda dari gurunya. Menurut Anaximandros, prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas, yang olehnya disebut apeiron. Apeiron ini tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal manusia.
Jika melihat sifat-sifat yang diberikan oleh Anaximandros tentang apeiron yaitu sebagai sesuatu /zat yang tak terhingga, tak terbatas, tak dapat diserupakan dengan alam, maka barangkali yang ia maksud dengan apeiron adalah Tuhan.
3. Anaximenes (585-494 SM)
Anaximenes adalah salah seorang murid Anaximandros. Ia adalah filosof alam terakhir dari kota Miletos.
Dalam pandangan tentang asal muasal, Anaximenes turun kembali ke tingkat yang sama dengan Thales. Kedua-duanya berpendapat, yang asal itu mestilah sesuatu dari yang ada dan kelihatan. Bedanya, kalau Thales mengatakan air adalah asal dan kesudahan dari segala-galanya, Anaximenes mengatakan sumber dari segala sesuatu adalah udara atau uap. Air sendiri menurutnya merupakan udara yang dipadatkan.
Sebagai kesimpulan ajarannya, Anaximenes mengatakan bahwa sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain adalah udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini menjadi satu. Maka ia menjadi filosof yang pertama kali memperbincangkan jiwa dalam pandangan filsafat. Hanya saja, Anaximenes tidak melanjutkan pikirannya kepada soal penghidupan jiwa. Dan memang ini di luar garis filosofi alam.
4. Pythagoras (580-500 SM)
Pythagoras dilahirkan di Samos, tetapi kemudian pindah ke Kroton, Italia Selatan. Di kota ini, Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan yang disebut-sebut orang kaum Pythagoras. Mereka diam dan menyisihkan diri dari masyarakat. Tarekat ini mendidik kebatinan dengan mesucikan ruh.
Menurut kepercayaan Pythagoras, manusia itu asalnya Tuhan. Selain itu, falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh angka-angka. Dapat dikatakan bahwa ajaran tentang bilangan ini adalah batu sendi seluruh pandangan hidup Pythagoras.
Dari sini dapat dilihat kecakapan Pythagoras dalam matematika mempengaruhi pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan hubungan antara angka-angka tersebut.
5. Heraklitos (540-480 SM)
Heraklitos berasal dari Ephesus di Asia kecil. Ia mengatakan bahwa asal segala sesuatu adalah api. Selain itu, Heraklitos juga mengatakan segala sesuatu mengalami perubahan terus-menerus dan selalu bergerk, tidak ada yang menetap. Karena itu, kita “tidak dapat melangkah dua kali ke dalam sungai yang sama.” Kalau saya melangkah ke dalam sungai untuk kedua kalinya, maka saya atau sungainya sudah berubah. Ia juga mengatakan bahwa dunia ini dicirikan dengan adanya kebalikan.
Heraklitos sering menggunakan kata Yunani logos yang berarti akal sebagai kata pengganti untuk kata Tuhan atau Dewa
6. Parmenides (540-473 SM)
Parmenides hidup sezaman dengan Heraklitos akan tetapi ia berasal dari Elea dan berpandangan yang sangat kontras dengan Heraklitos. Parmenides menegaskan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat berubah. Baginya, justru hakekat sesuatu adalah perubahan. Arti besar Parmenides ialah, bahwa ia menemukan secara mendalam idea tau gagasan tentang “ada.” “Yang ada itu ada.” Oleh karena “yang tidak ada” tidak dapat dipikirkan, dan hanya “yang ada” yang dapat dipikirkan, maka berada dan berpikir adalah sama.
7. Leukippos (± 540 SM)
Sejarah hidupnya hampir tak dikenal namun dia adalah ahli pikir yang pertama kali mengajarkan tentang atom. Menurut pendapatnya tiap benda terdiri dari atom. Yang dipakai sebagai dasar teorinya tentang atom ialah: yang penuh dan kosong. Atom dinamainya sebagai yang penuh sabagai benda betapapun kecilnya dan bertubuh. Setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang kosong.
Ia juga menyatakan tentang tidak mungkinnya ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, akan tetapi ia tidak menolak kenyataan banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak pada segala sesuatu.
8. Demokritos (460-360 SM)
Demokritos berasal dari kota kecil Abdera di pantai utara Aegea. Demokritos adalah murid Leukippos dan sama berpendapat bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangat banyak. Bagi Demokritos, adalah sangat penting untuk menekankan bahwa bagian-bagian pokok yang membentuk segala sesuatu tidak mungkin dibagi secara tak terhingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi.
Teori atom Demokritos menandai berakhirnya filsafat alam Yunani. Dia setuju dengan Heraklitos bahwa segala sesuatu di alam ini mengalir, sebab bentuk-bentuk itu datang dan pergi.
9. Zeno (± 490 SM)
Zeno adalah murid Parmenides yang mencoba membuktikan bahwa gerak adalah suatu khayalan dan tiada kejamakan dan ruang kosong. Ada bermacam alasan yang ia kemukakan untuk membuktikan bahwa gerak adalah suatu khayalan, di antaranya adalah:
Anda tidak akan pernah mencapai garis finish dalam suatu balapan kalau tidak menempuh separuh jarak, lalu setengah dari separuh jarak, kemudian setengah dari sisa, setengah dari sisa, setengah dari sisa, kemudian anda hanya akan menghabiskan sisa yang tidak pernah habis.
Anak panah yang meluncur dari busurnya, apakah bergerak atau diam? Kata Zeno, diam. Diam adalah bila suatu benda pada suatu saat berada pada suatu tempat. Anak panah itu setiap saat berada di suatu tempat, jadi anak panah itu diam, padahal kita jelas-jelas menyaksikan bahwa anak panah itu bergerak dengan cepat.
SOFISME
Sofisme berasal dari kata sofis yang berarti cerdik pandai dan kemudian berkembang artinya menjadi bersilat lidah. Sebab cara menyampaikan filsafatnya kaum sofis berkeliling ke kota-kota dan ke pasar-pasar. Para pemudanya juga dilatih berdebat dan berpidato.
Pokok-pokok ajaran kaum sofis adalah:
1) Manusia menjadi ukuran segala-galanya
2) Kebenaran umum (mutlak) tidak ada
3) Kebenaran hanya berlaku sementara
4) Kebenaran tidak terdapat pada diri sendiri
Tokoh-tokoh Sofisme antara lain adalah Phytagoras, Hippias, dan Gorgias.
REFERENSI
Ahmad Sadali, Filsafat Umum, Pustaka Setia: Bandung, 2004
Dr. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Penerbit Kanisus: Yogyakarta, 1980
Jostein Gaarder, Dunia Sophie (Sebuah Novel Filsafat), Mizan: Bandung, 2004
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat umum, Rosda: Bandung, 2007.
FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES
Demokritos berasal dari kota kecil Abdera di pantai utara Aegea. Demokritos adalah murid Leukippos dan sama berpendapat bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangat banyak. Bagi Demokritos, adalah sangat penting untuk menekankan bahwa bagian-bagian pokok yang membentuk segala sesuatu tidak mungkin dibagi secara tak terhingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi.
Teori atom Demokritos menandai berakhirnya filsafat alam Yunani. Dia setuju dengan Heraklitos bahwa segala sesuatu di alam ini mengalir, sebab bentuk-bentuk itu datang dan pergi.
9. Zeno (± 490 SM)
Zeno adalah murid Parmenides yang mencoba membuktikan bahwa gerak adalah suatu khayalan dan tiada kejamakan dan ruang kosong. Ada bermacam alasan yang ia kemukakan untuk membuktikan bahwa gerak adalah suatu khayalan, di antaranya adalah:
Anda tidak akan pernah mencapai garis finish dalam suatu balapan kalau tidak menempuh separuh jarak, lalu setengah dari separuh jarak, kemudian setengah dari sisa, setengah dari sisa, setengah dari sisa, kemudian anda hanya akan menghabiskan sisa yang tidak pernah habis.
Anak panah yang meluncur dari busurnya, apakah bergerak atau diam? Kata Zeno, diam. Diam adalah bila suatu benda pada suatu saat berada pada suatu tempat. Anak panah itu setiap saat berada di suatu tempat, jadi anak panah itu diam, padahal kita jelas-jelas menyaksikan bahwa anak panah itu bergerak dengan cepat.
SOFISME
Sofisme berasal dari kata sofis yang berarti cerdik pandai dan kemudian berkembang artinya menjadi bersilat lidah. Sebab cara menyampaikan filsafatnya kaum sofis berkeliling ke kota-kota dan ke pasar-pasar. Para pemudanya juga dilatih berdebat dan berpidato.
Pokok-pokok ajaran kaum sofis adalah:
1) Manusia menjadi ukuran segala-galanya
2) Kebenaran umum (mutlak) tidak ada
3) Kebenaran hanya berlaku sementara
4) Kebenaran tidak terdapat pada diri sendiri
Tokoh-tokoh Sofisme antara lain adalah Phytagoras, Hippias, dan Gorgias.
REFERENSI
Ahmad Sadali, Filsafat Umum, Pustaka Setia: Bandung, 2004
Dr. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Penerbit Kanisus: Yogyakarta, 1980
Jostein Gaarder, Dunia Sophie (Sebuah Novel Filsafat), Mizan: Bandung, 2004
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat umum, Rosda: Bandung, 2007.
FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES FILSAFAT PRA SOCRATES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar